
Dalam berbagai diskusi, Islam sering dihadapkan pada persoalan klasik
dari sebuah pertanyaan: “Apakah ajaran Islam relevan dengan modernisasi?”.
Pertanyaan tersebut berangkat dari umat Islam sendiri dan sekaligus juga mendapat
respon dari umat Islam sendiri. Bagi kelompok kaum tekstualis seperti salafi
wahabi dalam perkembangan awal mereka menolak mentah-mentah terhadap ilmu sains
dan eksakta. Mereka menganggap llmu-ilmu semacam itu menyesatkan akidah mereka.
Seperti contoh bukuh berjudul Hidayah Al-Hairan Fi Mas’alati Ad-Dauran
karya Abdul Karim Ibn Shalih Al-Hamid mengatakan bahwa keyakinan tentang bumi
berputar itu merusak akidah. Pemahaman ini berlandaskan pada pemikiran bahwa Allah
selalu turun ke langit bumi ini setiap sepertiga malam terakhir, menanti doa
hamba-hamba-Nya. Jika bumi berputar, berarti Allah tidak naik-naik ke arasy
Bagi kelompok Islam modernis sebenarnya sama pada pijakan pemikirannya
yaitu tauhid. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Nurcholish Madjid bahwa
modernisasi ialah rasionalisasi yang ditopang oleh dimenasi-dimensi moral
dengan berpijak pada prinsip iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi
menolak westernisasi yaitu sebagai jalan sekularisme. Sekularisasi berbeda
dengan sekularisme. Ia merupakan suatu ideologi tertutup berpandangan keduniaan
yang menjauhkan diri dari agama. Sekularisasi yaitu menduniakan nilai-nilai
semestinya bersfiat duniawi dan melepaskan umat Islam dari kecenderungan untuk
“mengukhrawikan”-nya. Ia lebih memantapkan tugas manusia sebagai khalifah di
bumi dan sekaligus memberikan pembenaran bagi adanya tanggung jawab manusia
atas perbuatan-perbuatan itu dihadapan Tuhan”
Modernisasi dalam islam tidak sama dengan rasionalisme, yaitu suatu
paham yang mengakui kemutlakan rasio,sebagaimana yang dilakukan oleh kaum
komunis. Orang yang menggunakan akal pikiran-rasio-adalah orang yang
menggunakan akal pikirannya dengan sebaik-baiknya sehingga ia sanggup menemukan
kebenaran, sampai merupakan kebenaran terakhir. Sedangkan dalam Islam rasio
dapat menemukan kebenaran-kebenaran yang relative,sedangkan yang mutlak hanya
dapat diketahui oleh manusia melalui sesuatu yang lain yang lebih tinggi dari
rasioa, yaitu wahyu yang melahirkan agama-agama Tuhan, melalui nabi-nabi
Nilai-nilai modernisasi dalam Islam sebagaimana dikatakan oleh Robert N
Bellah sebagai berikut:
“Tidak lagi dapat dipersoalkan bahwa di bawah (Nabi) Muhammad masyarakat
arab telah membuat lompatan jauh ke depan dalam kecanggihan sosial dan
kapasitas politik. Ketika struktur yang telah terbentuk di bahwa nabi
dikembangkan oleh para khalifah pertama untuk menyediakan prinsip penyusunan
suatu imperium dunia, hasilnya ialah sesuatu yang untuk masa dan tempat sangat
modern. Ia modern dalam hal tingginya tingkat komitmen, keterlibatan dan
partisipasi yang diharapkan dari kalangan rakyat jelata sebagai anggota masyarakat.
Ia modern dalam keterbukaan kedudukan kepemimpinannya untuk dinilai kemampuan
mereka menurut landasan-landasan universalistis dan dilambangkan dalam usaha
melembagakan kepemimpinan tertinggi yang tidak bersifat turun-temurun”
Modernisasi yang diungkapkan oleh Robert N Bellah menunjukan pada
kehidupan sosial politik. Menurutnya ajaran tauhid sebagai bentuk pengakuan
diri umat Islam kepada Tuhan nya telah memberikan dampak positif tumbuh nya
nilai-nilai kebaikan universal di kalangan masyarakat pada masa Nabi Muhammad
saw. Kalimat tauhid telah membentuk kesetaraan derajat umat Islam, adanya
kontrol masyarakat hidup secara alamiah, dan tertutupnya potensi-potensi
kekuasaan otoriter berdasarkan keturunan. Dari sini sistem sosial politik Islam
menghendaki seorang pemimpin lahir berdasarkan kualitas, kapabilitas,
kredibilitas dan profesionalitas dengan tidak melihat latarbelakang nya. semua
mempunyai hak sama untuk memilih dan dipilih. Sebab manusia dihargai oleh amal
perbutannya, bukan karena keturunannya. Dari sini sebenarnya, Islam sangat
menolak kediktatoran yang menggambarkan dari pemerintahan tidak memberikan
kelonggaran kepada masyarakat untuk berbeda pendapat secara luas dan menetapkan
dengan penguasa
Sayang sekali orang-orang Yahudi Madinah saat itu satu demi satu
berkhianat, mulai dari Bani Qainiqa, Bani Quraizhah, dan Bani Nadlir. Akibatnya
mereka mendapatkan hukuman setimpal keluar dari Madinah. Jika waktu itu tidak
terjadi penghianatan, bisa jadi waktu itu Islam bisa hidup berdampingan dengan
Yahudi di Madinah. Bahkan ketika pada masa umar bin khatab, kota seluruh
Madinah, Mekah dan Hijaz bersih dari non-muslim. Umat Kristen Najran protes
terhadap kebijakan Umar bin Khatab atas kebijakan yang tidak pernah dilakukan
oleh Nabi Muhammad SAW. Mereka di pindah di Mesopotamia dan diganti
berlimpat-limpat keuntungan. Kini mereka keturunannya masih hidup di Irak.
Modernisasi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional juga berlaku
pada aspek ilmu pengetahuan. Pemikiran kaum intelektual Islam seperti Ibn Rusyd
ini yang diserap oleh orang-orang Yahudi dan Kristen Eropa Barat, kemudian
bangkit kembali dengan lahirnya Universitas Paris, laluberkembang menjadi salah
satu bahan pokok kebangkitan intelektual mereka, dan seterusnya ikut menentukan
warna dan bentuk hubungan lebih lanjut antara dunia Barat dan Kristen itu
dengan dunia timur yang Islam
Modernisasi Islam bukan semata-mata meletakannya pada kemajuan saint dan
teknologi yang sekarang telah menjadi ajang perlombaan di era digital. Islam meletakan
modernisasi pada keterbukaan ajaran nya yang universal sesuai dengan
perkembangan zaman. Universalisme Islam menyangkut hal sebagai berikut:
pertama, jaminan keselamatan fisik dari tindakan fisik secara hukum; kedua
keselamatan individu menjalankan agama tanpa paksaan; ketiga keselamatan
keluarga dan keturunan; keempat keselamatan harta dan kepemilikannya
berdasarkan prosedur hukum dan kelima keselamatan warga
Ajaran Islam tidak membenarkan ketika ilmu pengeetahuan dan teknologi
mengancam peradaban manusia. Modernisasi sebagai wujud kemerdekaan akal tidak bisa
dibenarkan ketika temuan-temuan ilmu pengetahuan dan saint hanya sebatas untuk
kepentingan secara kelompok dan mengabaikan kepentingan kelompok lain. Padahal Islam
menekankan adanya keselamatan universal dalam keberagaman. Penemuan-penemuan
yang bersifat saintifik harus bisa dipertanggungjawabkan dengan tidak melanggar
maqasih-maqasih syariah yang disebutkan di atas. Jika terjadi
pelanggaran, Kemajuan saint dan teknologi tersebut justru menjadi wujud
kejahilian berbaju modern.
Ruang Diskusi
Bagaimana menurut anda modernisasi yang ideal?
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Nisrina Annisa
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah disaat kemajuan zaman bisa berjalan seiring dengan tetap menjaga nilai-nilai budaya dan kemanusiaan. Jadi, bukan hanya soal teknologi yang canggih atau ekonomi yang maju, tapi juga tentang bagaimana masyarakat tetap beretika, adil, dan peduli pada sesama.Modernisasi yang baik juga harus menjaga jati diri bangsa, tidak membuat kesenjangan sosial, serta tetap memperhatikan lingkungan agar pembangunan bisa berkelanjutan. Selain itu, pendidikan dan kreativitas masyarakat juga penting supaya kita bisa maju tanpa kehilangan arah.
diha ramadani
Modernisasi yang ideal adalah proses transformatif yang menyeimbangkan kemajuan teknologi dan ekonomi dengan pembangunan sosial, pelestarian budaya, dan keberlanjutan lingkungan, demi menciptakan masyarakat yang adil, inklusif, dan sejahtera. Ini bukan hanya tentang mengadopsi hal-hal baru, tetapi tentang mengintegrasikan inovasi dengan nilai-nilai inti dan kebutuhan manusia. Berikut adalah pilar-pilar modernisasi yang ideal: • Pembangunan Berpusat pada Manusia: ◦ Pendidikan Berkualitas: Akses merata ke pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masa depan, mendorong pemikiran kritis dan kreativitas. ◦ Kesehatan Optimal: Sistem kesehatan yang terjangkau dan berkualitas untuk semua, dengan fokus pada pencegahan dan kesejahteraan fisik serta mental. ◦ Keadilan Sosial: Mengurangi kesenjangan ekonomi dan sosial, memastikan setiap individu memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. • Inovasi dan Ekonomi Berkelanjutan: ◦ Teknologi Adaptif: Pemanfaatan teknologi untuk memecahkan masalah lokal dan global, bukan sekadar meniru, serta mendorong inovasi domestik. ◦ Ekonomi Hijau: Pengembangan sektor ekonomi yang ramah lingkungan, menciptakan lapangan kerja berkelanjutan dan mengurangi dampak negatif terhadap alam. ◦ Infrastruktur Modern: Pembangunan infrastruktur yang efisien dan inklusif (transportasi, digital, energi) untuk mendukung konektivitas dan produktivitas. • Tata Kelola yang Baik dan Inklusif: ◦ Transparansi dan Akuntabilitas: Pemerintahan yang bersih, terbuka, dan bertanggung jawab kepada rakyatnya. ◦ Partisipasi Publik: Mendorong keterlibatan aktif warga dalam proses pengambilan keputusan. ◦ Penegakan Hukum: Sistem hukum yang adil, tidak diskriminatif, dan ditegakkan secara konsisten. • Pelestarian Budaya dan Identitas: ◦ Harmoni Global-Lokal: Mengadopsi kemajuan global tanpa mengikis nilai-nilai, tradisi, dan kearifan lokal yang menjadi identitas bangsa. ◦ Diversitas Budaya: Menghargai dan mempromosikan keberagaman budaya sebagai aset bangsa. • Keberlanjutan Lingkungan: ◦ Manajemen Sumber Daya: Pengelolaan sumber daya alam yang bijaksana untuk generasi sekarang dan mendatang. ◦ Adaptasi Perubahan Iklim: Kebijakan dan praktik untuk mengurangi emisi dan beradaptasi terhadap dampak perubahan iklim.
SITI SURI MAIYUNI
Rangkuman 1. Pertanyaan Utama Apakah ajaran Islam relevan dengan modernisasi? Umat Islam sendiri yang mengajukan pertanyaan ini, sekaligus yang meresponnya dari berbagai sisi.  2. Pendekatan Kaum Tekstualis (Salafi Wahabi) • Menolak secara keras ilmu-ilmu eksakta / sains apabila dianggap menyesatkan akidah.  • Contoh: buku Hidayah Al-Hairan Fi Mas’alati Ad-Dauran oleh Abdul Karim Ibn Shalih Al-Hamid menganggap bahwa keyakinan bumi berputar merusak akidah, karena terkait pemahaman tradisional tentang Allah turun ke langit bumi tiap sepertiga malam terakhir.  3. Pendekatan Kaum Modernis • Memposisikan modernisasi sebagai rasionalisasi dibingkai iman kepada Tuhan Yang Maha Esa.  • Menolak westernisasi (yang dilihat sebagai jalan menuju sekularisme), tapi membedakan sekularisasi dengan sekularisme. Sekularisasi sebagai menduniakan nilai, bukan menghapus agama.  • Modernitas dan rasio digunakan bukan sebagai absolut, tetapi harus tetap ditempatkan dalam kerangka wahyu / agama.  4. Pandangan Robert N. Bellah tentang Islam dan Modernitas Sosial Politik • Di masa Nabi Muhammad dan para khalifah awal, masyarakat Islam melakukan kemajuan sosial dan politik yang bisa dibilang “modern” dalam banyak segi: komitmen masyarakat, partisipasi rakyat, kepemimpinan yang tidak diturunkan secara turun-temurun, penilaian berdasarkan kualitas/kinerja.  • Ajaran tauhid membuat kesetaraan di antara umat, membuka ruang kontrol sosial, dan membatasi potensi kekuasaan yang otoriter.  5. Implementasi Modernisasi dalam Islam • Tidak hanya kemajuan di bidang saintifik/teknologi, tapi juga keterbukaan ajaran Islam yang universal sesuai perkembangan zaman.  • Islam menjamin keselamatan fisik, kebebasan beragama tanpa paksaan, keselamatan keluarga, harta, dan warga negara secara hukum.  • Penemuan ilmu & teknologi harus sesuai maqâşid syariah; jika tidak, bisa berubah menjadi kejahilan berbaju modern (“modernitas yang salah arah”).  ⸻ Catatan / Kritik / Pertimbangan • Ketegangan antara tradisi dan perubahan Adanya kelompok yang sangat tekstualis yang melihat modernitas – khususnya sains/ilmu pengetahuan – sebagai ancaman terhadap akidah, menimbulkan soal: seberapa jauh “kemajuan” bisa diterima jika dianggap menyalahi interpretasi syariat yang sudah mapan? • Siapa yang menentukan interpretasi “modernisasi yg sesuai Islam”? Interpretasi wahyu, ijtihad, maqâşid, dsb., bisa sangat dipengaruhi oleh konteks budaya, politik, kekuasaan, dan pendidikan. Ada risiko bahwa “modernisasi” digunakan sebagai legitimasi untuk kepentingan tertentu. • Modernisasi vs Westernisasi vs Sekularisme Artikel menegaskan perbedaan antara modernisasi dan sekularisme, namun dalam praktik sering kabur. Apakah nilai-nilai modern-liberal yang diimpor dari Barat selalu compatible dengan pemahaman Islam lokal? Bagaimana menghadapi nilai-nilai baru (gender, HAM, pluralisme) yang terkadang bertentangan dengan tradisi lokal? • Keadilan dan keberlanjutan Modernisasi seringkali dikaitkan dengan teknologi dan ekonomi; tetapi aspek keadilan sosial, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan bersama, tak boleh diabaikan. Artikel menyebut pentingnya keselamatan universal — ini bagus sebagai tolok ukur.
FAZIA MAULINI
menurut saya modernisasi yang ideal adalah proses yang secara bijak memadukan kemajuan teknologi dan rasionalitas dengan tetap melestarikan nilai-nilai luhur budaya lokal, serta memastikan semua perubahan berdampak positif dan merata bagi kesejahteraan seluruh masyarakat. Ini mencakup peningkatan kualitas sumber daya manusia, sistem administrasi yang efisien, dan kemampuan untuk beradaptasi secara fleksibel terhadap perubahan tanpa mengorbankan identitas bangsa. Modernisasi yang ideal adalah kemajuan teknologi dan sosial yang tetap berlandaskan nilai moral, budaya, dan kemanusiaan. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan tanpa merusak lingkungan serta menjaga keadilan dan identitas bangsa.
FAZIA MAULINI
menurut saya modernisasi yang ideal adalah proses yang secara bijak memadukan kemajuan teknologi dan rasionalitas dengan tetap melestarikan nilai-nilai luhur budaya lokal, serta memastikan semua perubahan berdampak positif dan merata bagi kesejahteraan seluruh masyarakat. Ini mencakup peningkatan kualitas sumber daya manusia, sistem administrasi yang efisien, dan kemampuan untuk beradaptasi secara fleksibel terhadap perubahan tanpa mengorbankan identitas bangsa. Modernisasi yang ideal adalah kemajuan teknologi dan sosial yang tetap berlandaskan nilai moral, budaya, dan kemanusiaan. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan tanpa merusak lingkungan serta menjaga keadilan dan identitas bangsa.
INDAH WULANDARI
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang mampu membawa kemajuan tanpa menghilangkan jati diri manusia dan nilai-nilai kemanusiaan. Artinya, kita bisa maju secara teknologi, ekonomi, dan ilmu pengetahuan, namun tetap menjaga moral, budaya, dan keadilan sosial. 1. Modernisasi yang manusiawi Modernisasi ideal harus berpihak pada manusia — bukan sekadar pada mesin atau sistem. Tujuannya untuk mempermudah kehidupan, meningkatkan kesejahteraan, dan memperkuat hubungan sosial, bukan justru membuat manusia kehilangan empati atau menjadi individualistis. 2. Seimbang antara kemajuan material dan moral Kemajuan teknologi dan ekonomi penting, tetapi nilai moral, etika, dan spiritual juga harus dijaga. Modernisasi tanpa moral akan menimbulkan kesenjangan sosial, kerusakan lingkungan, dan hilangnya kemanusiaan. 3. Berbasis pada ilmu pengetahuan dan budaya Modernisasi yang ideal bukan sekadar meniru negara lain, tetapi berangkat dari identitas dan budaya bangsa sendiri, dipadukan dengan kemajuan ilmu pengetahuan. Jadi, kita maju dengan “cara kita sendiri”, tanpa kehilangan akar tradisi dan nilai lokal. 4. Berkeadilan dan berkelanjutan Modernisasi seharusnya tidak hanya menguntungkan sebagian pihak, tapi membawa manfaat bagi seluruh masyarakat dan menjaga kelestarian bumi. Prinsipnya adalah pembangunan yang adil, inklusif, dan ramah lingkungan.
BUNGA SUCI AULIA (ABI 1 C)
Menurut pandangan agama Islam, modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang selaras dengan nilai-nilai Islam, bukan yang meniru secara buta budaya Barat atau meninggalkan ajaran agama. Berikut penjelasannya: 1. Modernisasi harus membawa kemaslahatan (kebaikan) Dalam Islam, setiap perubahan atau pembaruan seharusnya membawa manfaat bagi umat manusia, bukan kerusakan. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah:11–12: > “Dan apabila dikatakan kepada mereka: ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi,’ mereka menjawab: ‘Sesungguhnya kami justru orang-orang yang mengadakan perbaikan.’ Ketahuilah, sesungguhnya merekalah yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadarinya.” Maka, modernisasi ideal adalah yang meningkatkan kesejahteraan, keadilan, dan kualitas hidup tanpa merusak moral dan lingkungan. 2. Menjaga akhlak dan nilai-nilai Islam Islam tidak menolak kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, atau ekonomi, selama semuanya tidak melanggar syariat. Rasulullah SAW bersabda: > “Barang siapa yang meniru suatu kaum, maka ia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Abu Dawud) Artinya, modernisasi boleh diikuti selama tidak mengubah identitas dan akidah umat Islam. 3. Berorientasi pada keseimbangan dunia dan akhirat Islam mengajarkan keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat (QS. Al-Qashash:77): > “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia.” Modernisasi ideal adalah yang memanfaatkan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan untuk mendukung ibadah, dakwah, pendidikan, dan kemaslahatan umat. 4. Berlandaskan pada nilai keadilan dan kemanusiaan Modernisasi harus memperkuat nilai-nilai kemanusiaan, menegakkan keadilan, serta menghapus kesenjangan sosial, sebagaimana diperintahkan dalam Islam untuk berlaku adil terhadap semua golongan. --- Kesimpulan: Modernisasi yang ideal menurut Islam adalah kemajuan yang berlandaskan iman, akhlak, dan syariat, serta bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan umat manusia di dunia dan keselamatan di akhirat.
Nur karimah
menurut saya Modernisasi yang ideal adalah proses yang konstruktif dan preventif; ia mengambil perubahan demi perbaikan yang sesuai dengan kapasitas masyarakat, dengan fokus pada memaksimalkan dampak positif (seperti teknologi, kemajuan ekonomi, dan perubahan sikap rasional) dan meminimalkan dampak negatif seperti ketidaksetaraan sosial, urbanisasi yang tak terkendali, atau hilangnya interaksi sosial dan nilai luhur Singkatnya, modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang berkeadaban, yakni kemajuan teknologi dan rasionalitas yang dibingkai oleh nilai-nilai luhur dan bertujuan untuk mencapai kemakmuran bersama yang berkelanjutan.
Rasmida hayati
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah kemajuan yang tidak hanya menekankan teknologi dan ekonomi, tetapi juga menjaga nilai-nilai budaya, kemanusiaan, dan lingkungan. Modernisasi seharusnya membawa kesejahteraan bagi semua, bersifat adil, ramah lingkungan, serta tetap berakar pada jati diri bangsa.
Suci
Menurut saya, Modernisasi ideal adalah pembaruan yang meningkatkan kualitas hidup tanpa mengorbankan budaya, keadilan sosial, dan lingkungan. Modernisasi bukan hanya soal teknologi, tetapi harus memberi manfaat menyeluruh bagi manusia, budaya, dan lingkungan.
Risma ariani
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah proses perubahan menuju kehidupan yang lebih maju tanpa meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan, budaya, dan moral. Artinya, modernisasi tidak hanya tentang kemajuan teknologi atau ekonomi, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat menjadi lebih beradab, adil, dan sejahtera Jadi, modernisasi yang ideal adalah perpaduan antara kemajuan material dan kematangan moral-spiritual.
Syifa angraini
Modernisasi yang ideal di Indonesia menurut Islam, seperti yang dinyatakan banyak tokoh Islam modernis seperti Nurcholish Madjid, adalah: Berdasarkan proses rasionalisasi yang disertai dengan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan tidak mengadopsi nilai-nilai Barat secara membabi buta. Menolak westenisasi yang mengarah pada sekularisme, dan memisahkan agama dari kehidupan, tetapi menerima modernisasi sebagai pembaruan yang kontekstual dan sesuai prinsip Islam. Membran pembaruan dalam pola pikir dan kerja, yang lebih efisien dan logis, dalam kerja sama, dan terbuka dalam ilmu pengetahuan dan teknologi dari berbagai sumber, tanpa melupakan kesan yang dinyatakan agama dan budaya. Mendorong revitalisasi khazanah ilmu pengetahuan Islam klasik atau klasik Islam, untuk bisa diimplementasikan dengan relevan dalam konteks modern. Menjaga keseimbangan antara kemajuan material dengan kemajuan moral, etika, dan spiritual, agar kemajuan itu membawa manfaat untuk kesejahteraan umat, dan tidak merusak tatanan sosial, maupun lingkungan. Maka, modernisasi ideal dalam Islam Indonesia adalah proses transformasi yang tidak hanya soal teknologi dan ekonomi, tetapi juga tentang pembaharuan dengan iman, moral, budaya, dan keberlanjutan sosial lingkungan.
Muhammad Vikri
bagi saya, modernisasi yang ideal adalah perkembangan yang disertai dengan keimanan yang dimana tetap menanamkan sifat keagamaan di dalam nya dan tidak melunturkan budaya yang telah ditanam sejak jaman Rasullullah Saw. tentu ini hanya pandangan saya terhadap modernisasi yang ideal, sejatinya sesuatu yang ideal itu muncul karna penilaian kita terhadap kehidupan dan tiap orang tentu memiliki tipe ideal nya masing masing dan tidak bisa disamakan dengan kita
Nurfitri Suryani
Pandangan Islam terhadap Modernisasi Artikel ini membahas bagaimana Islam memandang modernisasi, dengan fokus pada relevansi ajaran Islam dalam konteks perkembangan zaman. Berikut adalah poin-poin penting yang dapat diambil: - Pertanyaan Klasik: Apakah ajaran Islam relevan dengan modernisasi? Pertanyaan ini sering muncul dari kalangan umat Islam sendiri dan mendapatkan berbagai respons. - Kelompok Tekstualis (Salafi Wahabi): Pada awalnya, kelompok ini menolak ilmu sains dan eksakta karena dianggap menyesatkan akidah. Contohnya, keyakinan bahwa bumi berputar dianggap merusak akidah karena bertentangan dengan keyakinan bahwa Allah selalu turun ke langit bumi setiap sepertiga malam terakhir. - Kelompok Islam Modernis: Memiliki pijakan pemikiran yang sama, yaitu tauhid. Modernisasi adalah rasionalisasi yang ditopang oleh dimensi moral dengan beriman kepada Tuhan. Mereka menolak westernisasi sebagai jalan sekularisme, tetapi menerima sekularisasi sebagai upaya menduniakan nilai-nilai duniawi dan memantapkan tugas manusia sebagai khalifah di bumi. - Modernisasi vs. Rasionalisme: Dalam Islam, modernisasi tidak sama dengan rasionalisme yang mengakui kemutlakan rasio. Rasio dalam Islam dapat menemukan kebenaran relatif, sementara kebenaran mutlak hanya dapat diketahui melalui wahyu. - Nilai-Nilai Modernisasi dalam Islam (Robert N. Bellah): Masyarakat Arab di bawah Nabi Muhammad SAW membuat lompatan jauh ke depan dalam kecanggihan sosial dan kapasitas politik. Ini modern karena tingginya tingkat komitmen, keterlibatan, dan partisipasi rakyat, serta keterbukaan kepemimpinan berdasarkan kemampuan universalistis. - Sistem Sosial Politik Islam: Menghendaki pemimpin yang lahir berdasarkan kualitas, kapabilitas, kredibilitas, dan profesionalitas tanpa melihat latar belakang. Semua memiliki hak yang sama untuk memilih dan dipilih berdasarkan amal perbuatan, bukan keturunan, sehingga menolak kediktatoran. - Modernisasi dalam Ilmu Pengetahuan: Pemikiran intelektual Islam seperti Ibn Rusyd diserap oleh orang-orang Yahudi dan Kristen Eropa Barat, yang kemudian memicu kebangkitan intelektual mereka. - Universalisme Islam: Modernisasi Islam tidak hanya tentang kemajuan sains dan teknologi, tetapi juga tentang keterbukaan ajaran yang universal sesuai perkembangan zaman. Ini mencakup: - Jaminan keselamatan fisik secara hukum. - Kebebasan menjalankan agama tanpa paksaan. - Keselamatan keluarga dan keturunan. - Keselamatan harta dan kepemilikan berdasarkan hukum. - Keselamatan warga. - Kritik terhadap Ilmu Pengetahuan dan Teknologi: Ajaran Islam tidak membenarkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengancam peradaban manusia atau hanya menguntungkan kelompok tertentu. Penemuan saintifik harus dipertanggungjawabkan dan tidak melanggar maqashid syariah (tujuan-tujuan syariah). Pelanggaran terhadap hal ini dianggap sebagai kejahilian modern. Modernisasi yang Ideal Menurut Perspektif Islam Modernisasi yang ideal menurut pandangan Islam adalah modernisasi yang tetap berpegang pada nilai-nilai universal Islam dan maqashid syariah. Ini berarti bahwa kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus: - Tidak mengancam keselamatan dan peradaban manusia. - Memberikan manfaat yang merata bagi seluruh umat manusia, bukan hanya kelompok tertentu. - Selaras dengan prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan bersama. Dengan demikian, modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang berlandaskan pada iman dan moralitas, serta bertujuan untuk mewujudkan kemaslahatan bagi seluruh umat manusia.
Gita Prisca Sari
menurut saya Modernisasi yang ideal adalah proses perubahan menuju kemajuan di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, ekonomi, sosial, dan budaya tanpa meninggalkan nilai-nilai moral, agama, dan kemanusiaan. Modernisasi tidak hanya berfokus pada kemajuan materi, tetapi juga harus menciptakan masyarakat yang beradab, beretika, dan beriman. Dengan demikian, kemajuan yang dicapai tidak menimbulkan kesenjangan sosial, kerusakan lingkungan, atau krisis moral. Modernisasi yang ideal bersifat: • Seimbang antara kemajuan lahiriah dan spiritual. • Berorientasi pada kemaslahatan bersama, bukan kepentingan pribadi. • Berlandaskan nilai-nilai agama dan budaya lokal agar tidak kehilangan jati diri bangsa. • Mendorong kreativitas dan tanggung jawab sosial untuk membangun peradaban yang berkelanjutan.
Siska Murlya
Modernisasi yang ideal adalah pembaruan masyarakat yang memadukan kemajuan teknologi dan ekonomi dengan nilai budaya, keadilan sosial, dan kelestarian lingkungan, sehingga membawa kemajuan yang manusiawi dan beretika.
WINDARI
Modernisasi yang ideal adalah proses yang menyeimbangkan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai kemanusiaan, di mana tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan, bukan hanya aspek ekonomi. Modernisasi yang ideal harus bersifat inklusif, berorientasi pada solusi berkelanjutan, dan tidak mengabaikan budaya lokal, dengan tetap menjaga keseimbangan antara kemajuan dan nilai-nilai tradisional.
Deni Astuti
Modernisasi yang ideal adalah proses perubahan sosial, ekonomi, dan teknologi yang membawa kemajuan secara berkelanjutan, inklusif, dan berkeadilan bagi seluruh lapisan masyarakat. Modernisasi ini tidak hanya fokus pada aspek teknologi dan infrastruktur, tetapi juga memperhatikan nilai-nilai budaya, lingkungan, dan kesejahteraan manusia.
nisya febriani putri
Modernisasi yang ideal adalah kemajuan teknologi dan sosial yang tetap menjaga nilai-nilai budaya, moral, dan lingkungan. Tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara adil, berkelanjutan, dan sesuai jati diri bangsa.
juliana safitri 1d
Modernisasi yang ideal adalah kemajuan yang tidak hanya berfokus pada teknologi, tetapi juga memperhatikan nilai kemanusiaan dan budaya. Modernisasi seharusnya mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, memberikan pemerataan pembangunan, menjaga kelestarian lingkungan, serta mempertahankan identitas bangsa. Dengan begitu, kemajuan yang dicapai bukan hanya bersifat material, tetapi juga membawa manfaat sosial dan moral bagi semua orang
nopianti
menurut saya, modernisasi yang ideal adalah perubahan menuju kemajuan dengan memanfaatkan teknologi dan ilmu pengetahuan tanpa meninggalkan nilai budaya dan lingkungan. Modernisasi harus membawa manfaat nyata bagi masyarakat, menciptakan pemerintahan yang transparan, serta meningkatkan kesejahteraan secara merata. Dengan begitu, kemajuan yang dicapai tidak hanya bersifat materi, tetapi juga membangun masyarakat yang beradab dan berkelanjutan.
SRI WAHYUNI
Modernisasi yang ideal, menurut saya, adalah proses yang seimbang dan holistik, di mana kemajuan teknologi, ekonomi, dan sosial tidak hanya mengejar efisiensi atau pertumbuhan cepat, tetapi juga menjaga kesejahteraan manusia, lingkungan, dan identitas budaya.
Alya Septiamanda
Menurut saya modernisasi yang ideal ialah perubahan dalam cara masyarakat dan ekonomi berkembang, dengan dasar inovasi teknologi, perlindungan lingkungan, dan keadilan sosial. Proses ini melibatkan penggunaan teknologi seperti kecerdasan buatan dan energi dari alam secara seimbang, sekaligus menjaga nilai-nilai budaya lokal dan memastikan semua orang dapat mengakses keuntungannya. Tujuannya untuk menciptakan pertumbuhan yang efisien, produktif, adil, ramah lingkungan, dan mampu mengurangi perbedaan antar kelompok tanpa menghilangkan identitas budaya atau mengorbankan kesejahteraan masa depan.
Mugni basit rasida
Modernisasi yang ideal adalah perubahan terencana menuju kemajuan yang rasional dan adaptif, yaitu: 1. Mengutamakan IPTEK dan pola pikir ilmiah. 2. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata. 3. Mempertahankan nilai luhur (budaya dan agama) dan bukan sekadar meniru Barat.
Dzalfa Putri Syalika
Modernisasi yang ideal adalah Rasionalisasi yang ditopang oleh dimensi-dimensi moral dan berlandaskan pada prinsip Tauhid (iman kepada Tuhan Yang Maha Esa), yang menolak Sekularisme dan Kediktatoran, serta bertujuan untuk memantapkan tugas manusia sebagai Khalifah di bumi dengan mewujudkan nilai-nilai universal Islam.
NURIZA DIAN AULIA
Modernisasi yang ideal adalah proses perubahan menuju kemajuan di bidang teknologi, ekonomi, dan sosial yang tetap seimbang dengan pelestarian nilai-nilai budaya, moral, serta jati diri bangsa. Artinya, masyarakat dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa kehilangan karakter dan identitas nasionalnya.
Ayu Dewi Astuti
proses perubahan sosial, ekonomi, dan budaya yang berkelanjutan dan seimbang, dengan mengadopsi teknologi dan ilmu pengetahuan untuk meningkatkan kesejahteraan, tanpa mengorbankan nilai-nilai lokal, identitas budaya, dan keberlanjutan lingkungan
Fatmawati
Modernisasi yang ideal menurut saya adalah modernisasi yang menyeimbangkan kemajuan teknologi dan nilai-nilai kemanusiaan. Artinya, modernisasi tidak hanya mengejar kemajuan materi atau teknologi, tetapi juga menjaga moral, budaya, dan keadilan sosial. seperti, 1. Berorientasi pada manusia (human-centered) Modernisasi seharusnya membuat hidup manusia lebih baik, bukan sekadar lebih cepat atau lebih canggih. Teknologi dan pembangunan harus digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, dan kebahagiaan masyarakat. 2. Berlandaskan nilai dan etika Kemajuan modern tidak boleh mengorbankan nilai-nilai moral, spiritual, dan budaya bangsa. Misalnya, dalam penggunaan media sosial atau AI, tetap harus ada tanggung jawab dan kejujuran. 3. Berkeadilan sosial Modernisasi yang ideal tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang atau kota besar, tetapi juga dirasakan oleh masyarakat pedesaan, kelompok miskin, dan daerah tertinggal. 4. Ramah lingkungan (berkelanjutan) Pembangunan modern harus memperhatikan kelestarian alam — tidak merusak lingkungan demi pertumbuhan ekonomi jangka pendek. 5. Menghargai identitas budaya lokal Modernisasi ideal tidak berarti meniru Barat sepenuhnya. Sebaliknya, bangsa tetap mempertahankan identitas, bahasa, adat, dan nilai-nilai sendiri sambil mengadopsi hal-hal positif dari luar.
AULYA NABILLA
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah proses perubahan menuju kehidupan yang lebih maju tanpa meninggalkan nilai-nilai luhur budaya dan moral masyarakat. Artinya, kemajuan teknologi, ekonomi, dan ilmu pengetahuan harus berjalan seimbang dengan kemanusiaan, etika, dan keadilan sosial. Berikut beberapa cirinya: 1. Berorientasi pada kemajuan – Mendorong inovasi, efisiensi, dan kualitas hidup masyarakat. 2. Berlandaskan nilai kemanusiaan – Tetap menjunjung tinggi moral, gotong royong, dan keadilan sosial. 3. Ramah lingkungan – Pembangunan dan teknologi tidak merusak alam, tapi mendukung keberlanjutan. 4. Berbasis pendidikan dan pengetahuan – Masyarakat didorong untuk berpikir kritis dan terbuka terhadap ilmu. 5. Tidak menimbulkan kesenjangan sosial – Semua lapisan masyarakat mendapat manfaat dari kemajuan tersebut. Jadi, modernisasi yang ideal bukan hanya tentang menjadi “lebih canggih”, tetapi juga lebih manusiawi dan berkeadilan.
Novizzayani
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah proses perubahan menuju kehidupan yang lebih maju tanpa meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan, budaya, dan moral bangsa. 1. Berbasis nilai dan etika Modernisasi tidak hanya mengejar kemajuan teknologi atau ekonomi, tetapi juga menumbuhkan karakter, kejujuran, dan tanggung jawab sosial. Nilai-nilai seperti gotong royong, keadilan, dan toleransi tetap dijaga. 2. Berorientasi pada kesejahteraan bersama Tujuannya bukan hanya kemakmuran individu atau kelompok tertentu, tetapi meningkatkan kualitas hidup seluruh masyarakat. 3. Mendorong pendidikan dan inovasi Pendidikan menjadi kunci agar masyarakat mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan menjadi kreatif, bukan hanya konsumen teknologi. 4. Ramah lingkungan Modernisasi yang ideal memperhatikan keberlanjutan alam, menggunakan teknologi hijau, dan menjaga keseimbangan ekosistem. 5. Menjaga identitas nasional dan budaya lokal Kemajuan tidak berarti meniru mentah-mentah budaya Barat; modernisasi ideal justru memperkuat jati diri bangsa. 6. Berpihak pada keadilan sosial Semua warga mendapat kesempatan yang sama dalam pendidikan, ekonomi, dan pembangunan, tanpa diskriminasi. Jadi, modernisasi yang ideal adalah perpaduan antara kemajuan teknologi dan kemajuan moral, yang menjadikan manusia tidak hanya lebih pintar, tetapi juga lebih bijak.
Marsya santiya
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang sejalan dengan nilai-nilai moral dan spiritual, bukan hanya berorientasi pada kemajuan material dan teknologi. Dalam konteks Islam, modernisasi tidak berarti meniru Barat secara total (westernisasi), tetapi mengembangkan kemajuan berdasarkan prinsip tauhid, yaitu kesadaran bahwa segala aktivitas manusia harus berlandaskan pada keimanan kepada Allah SWT.
Suci Hayati
Menurut saya, modernisasi yang ideal itu adalah modernisasi yang berjalan seimbang antara kemajuan ilmu dan teknologi dengan nilai-nilai Islam. Artinya, kita boleh mengikuti perkembangan zaman, tapi tetap berpegang pada ajaran agama sebagai pedoman hidup. Modernisasi juga harus membawa manfaat bagi masyarakat, bukan malah menimbulkan kerusakan atau ketimpangan. Dengan begitu, umat Islam bisa tetap maju dan berperan aktif di dunia modern tanpa kehilangan identitas dan keimanan. Sebagai contoh, Islam nggak pernah melarang kita untuk belajar sains atau teknologi, tapi penggunaannya harus untuk kebaikan umat manusia, bukan untuk hal-hal yang merusak atau menimbulkan ketidakadilan. Modernisasi yang ideal juga harus bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat, baik dari segi pendidikan, ekonomi, maupun sosial, tanpa kehilangan jati diri dan nilai spiritual kita sebagai umat Islam.
CITI SARAH
Berdasarkan teks yang Anda berikan, modernisasi yang ideal bukanlah sekadar kemajuan material dan teknologi, tetapi sebuah transformasi masyarakat yang menyeluruh, berlandaskan nilai-nilai universal, dan bertanggung jawab. Saya akan menjabarkannya menjadi beberapa prinsip utama, yang merupakan sintesis dari pemikiran Robert N. Bellah, Ibn Rusyd, dan para pemikir lainnya
Maisya Ayuni Rahma
modernisasi yang ideal itu bukan cuma soal kemajuan teknologi atau gaya hidup serba modern, tapi juga harus seimbang dengan nilai moral dan spiritual. Berdasarkan artikel “Islam dan Modernisasi”, ada beberapa poin penting: 1. Modern tapi tetap berlandaskan iman. Islam nggak menolak kemajuan, asal kemajuan itu tetap punya arah dan nilai. Jadi, modernisasi yang ideal adalah yang pakai akal dan ilmu pengetahuan, tapi tetap berpegang pada ajaran agama sebagai pedoman moralnya. 2. Nggak meniru Barat mentah-mentah. Artikel itu menegaskan kalau modernisasi bukan berarti harus sekuler sepenuhnya kayak di Barat. Islam menolak sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan, tapi tetap terbuka sama sekularisasi sehat — artinya, urusan dunia bisa dikelola secara rasional tanpa ninggalin nilai-nilai agama. 3. Gunakan akal, tapi tahu batasnya. Akal dan sains penting buat maju, tapi jangan sampai merasa semua bisa dijelaskan tanpa Tuhan. Ilmu dan iman harus saling melengkapi. 4. Adil dan berpihak pada kemanusiaan. Modernisasi ideal itu yang bikin hidup manusia lebih adil, bermartabat, dan sejahtera. Bukan yang cuma bikin orang kaya makin kaya atau menciptakan ketimpangan sosial. 5. Terbuka sama perubahan, tapi tetap punya filter. Islam itu fleksibel dan bisa beradaptasi dengan zaman, asal perubahan itu nggak ngerusak nilai-nilai dasar agama atau budaya yang baik.
AMELIA WIDYA ASTI
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah proses pembaruan yang tidak hanya berfokus pada kemajuan teknologi dan ekonomi, tetapi juga tetap menjaga nilai-nilai sosial, budaya, dan moral masyarakat. Modernisasi seharusnya tidak memutus jati diri bangsa, melainkan menyesuaikan kemajuan zaman dengan karakter dan identitas lokal. Secara umum, modernisasi ideal memiliki beberapa ciri penting: Berbasis pada kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan. Modernisasi harus mendorong masyarakat untuk lebih kreatif, inovatif, dan produktif. Penggunaan teknologi di berbagai bidang seperti pendidikan, ekonomi, dan pemerintahan dapat meningkatkan efisiensi dan kualitas hidup masyarakat. Menjaga nilai budaya dan moral bangsa. Meskipun modern, masyarakat tidak boleh kehilangan akar budayanya. Nilai gotong royong, toleransi, sopan santun, dan rasa hormat terhadap sesama tetap harus dipertahankan agar modernisasi tidak menimbulkan krisis moral dan sosial. Berorientasi pada kesejahteraan bersama. Modernisasi yang ideal bukan hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi menciptakan pemerataan kesejahteraan bagi seluruh lapisan masyarakat. Misalnya melalui pembangunan infrastruktur, peningkatan akses pendidikan, dan kesempatan kerja yang setara. Ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kemajuan modern seharusnya tidak merusak alam. Penerapan teknologi hijau, energi terbarukan, dan pola hidup berkelanjutan perlu menjadi bagian dari proses modernisasi agar tidak menimbulkan kerusakan jangka panjang. Mendorong partisipasi masyarakat. Modernisasi ideal juga melibatkan masyarakat dalam proses pembangunan. Dengan adanya kesadaran dan keterlibatan aktif, masyarakat tidak hanya menjadi objek modernisasi, tetapi juga subjek yang berperan dalam mengarahkan perubahan. Jadi, bisa disimpulkan bahwa modernisasi yang ideal adalah keseimbangan antara kemajuan dan nilai kemanusiaan. Artinya, kita boleh maju dan mengikuti perkembangan zaman, tetapi tidak boleh melupakan siapa kita dan apa yang menjadi dasar nilai kehidupan bersama.
NIDA ULKHOIRIAH
Menurut saya, modernisasi yang ideal itu adalah kemajuan zaman yang tetap seimbang antara teknologi, budaya, dan moral. Artinya, kita boleh maju dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi jangan sampai melupakan nilai-nilai budaya, agama, dan kemanusiaan. Modernisasi yang baik itu bisa membuat hidup manusia lebih mudah tanpa merusak lingkungan atau menghilangkan jati diri bangsa. Jadi, modernisasi ideal adalah ketika kita bisa mengikuti perkembangan zaman, tapi tetap menjaga karakter, etika, dan nilai-nilai yang baik dalam kehidupan.
TAUFIK HIDAYAT
Modernisasi yang ideal adalah proses perubahan menuju kemajuan tanpa meninggalkan nilai budaya dan moral bangsa. Masyarakat memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan, namun tetap menjaga jati diri dan lingkungan. Modernisasi yang ideal juga harus adil, merata, serta membentuk manusia yang kreatif, kritis, dan bertanggung jawab.
Muhammad Amrizan
1. Berlandaskan iman dan moral Modernisasi tidak boleh dilepaskan dari nilai-nilai agama dan etika. Artinya, dalam setiap kemajuan teknologi, sains, dan sistem sosial, harus ada filter moral agar perubahan itu tidak merusak manusia atau lingkungan. Bila suatu kemajuan melanggar prinsip-prinsip agama atau kemanusian, maka perlu dikaji ulang. 2.Memperhatikan konteks lokal dan budaya Modernisasi tidak identik dengan meniru Barat secara mentah-mentah. Kita harus bisa memilih hal-hal positif dari luar dan menyesuaikannya dengan kondisi lokal — budaya, adat, nilai-nilai masyarakat. Identitas budaya tidak boleh hilang dalam proses modernisasi. 3.Adil dan merata Kesejahteraan dari modernisasi harus dirasakan semua lapisan masyarakat — bukan hanya kota atau golongan tertentu. Bila modernisasi menciptakan jurang sosial yang semakin besar, maka ia bukan modernisasi yang ideal. 4.Berkelanjutan (sustainability) Teknologi dan pembangunan harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Pertumbuhan yang merusak lingkungan justru akan menciptakan masalah jangka panjang. 5.Terbuka sekaligus selektif terhadap perubahan Masyarakat perlu terbuka terhadap inovasi dan ilmu baru, namun tidak menjadi konsumen pasif. Harus ada refleksi, kritik, dan penyesuaian agar perubahan itu tetap sejalan dengan tujuan kemaslahatan manusia. 6.Menyeimbangkan dunia dan akhirat Dalam tradisi Islam, kehidupan dunia dan akhirat bukanlah hal yang dipisah secara ekstrim. Modernisasi ideal hendaknya mendukung kehidupan dunia (kesejahteraan, pendidikan, kesehatan) tanpa mengabaikan kehidupan spiritual dan tanggung jawab akhirat. contoh modernisasi ideal Teknologi pendidikan yang memungkinkan akses belajar daring ke daerah terpencil, namun kurikulumnya tetap memasukkan nilai-nilai karakter dan etika. Energi terbarukan di tempat-tempat pedesaan sehingga kemajuan listrik tidak merusak lingkungan. Pembangunan kota pintar (smart city) yang memperhatikan ruang terbuka hijau, transportasi publik yang efisien, sekaligus menjaga nilai-nilai sosial gotong royong. Inovasi bisnis sosial — usaha atau startup yang selain mencari profit juga memiliki tujuan sosial dan keadilan.
Muhammad Amrizan
1. Berlandaskan iman dan moral Modernisasi tidak boleh dilepaskan dari nilai-nilai agama dan etika. Artinya, dalam setiap kemajuan teknologi, sains, dan sistem sosial, harus ada filter moral agar perubahan itu tidak merusak manusia atau lingkungan. Bila suatu kemajuan melanggar prinsip-prinsip agama atau kemanusian, maka perlu dikaji ulang. 2.Memperhatikan konteks lokal dan budaya Modernisasi tidak identik dengan meniru Barat secara mentah-mentah. Kita harus bisa memilih hal-hal positif dari luar dan menyesuaikannya dengan kondisi lokal — budaya, adat, nilai-nilai masyarakat. Identitas budaya tidak boleh hilang dalam proses modernisasi. 3.Adil dan merata Kesejahteraan dari modernisasi harus dirasakan semua lapisan masyarakat — bukan hanya kota atau golongan tertentu. Bila modernisasi menciptakan jurang sosial yang semakin besar, maka ia bukan modernisasi yang ideal. 4.Berkelanjutan (sustainability) Teknologi dan pembangunan harus memperhatikan kelestarian lingkungan dan sumber daya alam. Pertumbuhan yang merusak lingkungan justru akan menciptakan masalah jangka panjang. 5.Terbuka sekaligus selektif terhadap perubahan Masyarakat perlu terbuka terhadap inovasi dan ilmu baru, namun tidak menjadi konsumen pasif. Harus ada refleksi, kritik, dan penyesuaian agar perubahan itu tetap sejalan dengan tujuan kemaslahatan manusia. 6.Menyeimbangkan dunia dan akhirat Dalam tradisi Islam, kehidupan dunia dan akhirat bukanlah hal yang dipisah secara ekstrim. Modernisasi ideal hendaknya mendukung kehidupan dunia (kesejahteraan, pendidikan, kesehatan) tanpa mengabaikan kehidupan spiritual dan tanggung jawab akhirat. contoh modernisasi ideal Teknologi pendidikan yang memungkinkan akses belajar daring ke daerah terpencil, namun kurikulumnya tetap memasukkan nilai-nilai karakter dan etika. Energi terbarukan di tempat-tempat pedesaan sehingga kemajuan listrik tidak merusak lingkungan. Pembangunan kota pintar (smart city) yang memperhatikan ruang terbuka hijau, transportasi publik yang efisien, sekaligus menjaga nilai-nilai sosial gotong royong. Inovasi bisnis sosial — usaha atau startup yang selain mencari profit juga memiliki tujuan sosial dan keadilan.
RODIATUS SHOLIHAH
Modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang mampu memajukan ilmu pengetahuan, teknologi, dan kehidupan sosial tanpa meninggalkan nilai-nilai moral dan spiritual. Dalam pandangan Islam, modernisasi harus berlandaskan tauhid dan berfungsi untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, bukan untuk menimbulkan kerusakan atau kesenjangan. Jadi, kemajuan harus diimbangi dengan akhlak, keadilan, dan tanggung jawab agar tetap sesuai dengan ajaran Islam dan bermanfaat bagi seluruh umat manusia.
fitra nur annisa
menurut saya, modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang berjalan seiring dengan nilai-nilai islam, yaitu kemajuan yang tidak hanya berfokus pada aspek teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi juga diimbangi dengan moral, spiritual, dan kemanusiaan. modernisasi seharusnya tidak meniru budaya barat secara buta, melainkan tetap berpijak pada ajaran tauhid dan berorientasi pada kemaslahatan bersama sesuai dengan prinsip maqāṣid syariah. artinya, setiap kemajuan harus membawa manfaat bagi manusia tanpa menimbulkan kerusakan, menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat, serta menjadikan ilmu dan teknologi sebagai sarana untuk memperkuat keimanan dan mewujudkan keadilan sosial.
novia harni kurniasih
Berlandaskan iman dan moral Modernisasi tidak boleh dilepaskan dari nilai-nilai agama dan etika. Artinya, dalam setiap kemajuan teknologi, sains, dan sistem sosial, harus ada filter moral agar perubahan itu tidak merusak manusia atau lingkungan. Bila suatu kemajuan melanggar prinsip-prinsip agama atau kemanusian, maka perlu dikaji ulang.
Nabila Alzena
Menurut saya, modernisasi yang ideal dalam Islam adalah modernisasi yang sejalan dengan ajaran tauhid dan nilai moral Islam. Artinya, kemajuan ilmu dan teknologi boleh diterima selama digunakan untuk kebaikan umat manusia dan tidak bertentangan dengan ajaran agama. Islam mendorong umatnya untuk berpikir rasional dan maju, tapi tetap berdasarkan wahyu dan tanggung jawab kepada Allah. Modernisasi bukan meniru Barat (westernisasi), tapi mengembangkan ilmu dengan nilai-nilai Islam seperti keadilan, kemanusiaan, dan tanggung jawab sosial. Jadi, modernisasi ideal adalah kemajuan yang menggabungkan akal, ilmu, dan iman demi kesejahteraan manusia tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.
Ilmadyan Fahirra ABI 1D
Menurut saya, modernisasi yang ideal itu ketika kemajuan teknologi dan perubahan cara hidup bisa berjalan seimbang dengan nilai kemanusiaan dan budaya. Artinya, kita boleh maju dan memanfaatkan hal-hal baru yang membuat hidup lebih efisien, tapi tetap harus ingat siapa kita dan darimana kita berasal. modernisasi yang baik bukan yang membuat manusia tergantung pada mesin, tapi yang justru membantu manusia berpikir lebih kritis, terbuka, dan hidup lebih layak tanpa kehilangan empati atau identitasnya.
Indah Julia Putri
Menurut saya,modernisasi yang ideal adalah proses perubahan menuju kemajuan yang tetap berlandaskan pada nilai-nilai budaya dan moral bangsa. Modernisasi tidak hanya menekankan pada perkembangan teknologi dan ekonomi, tetapi juga harus diimbangi dengan peningkatan karakter, etika, dan kepedulian sosial. Kemajuan yang dicapai sebaiknya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara merata tanpa mengorbankan lingkungan dan identitas nasional. Oleh karena itu, modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang mampu menggabungkan kemajuan ilmu pengetahuan dengan keluhuran budi pekerti, sehingga tercipta masyarakat yang maju, sejahtera, dan tetap berkepribadian Indonesia.
DESNI SELVIOLA
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah proses perubahan menuju kehidupan yang lebih maju tanpa meninggalkan nilai-nilai kemanusiaan, budaya, dan moral bangsa.Berikut penjelasannya secara singkat: 1. Berorientasi pada kemajuan, seperti kemajuan teknologi, ekonomi, pendidikan, dan tata kelola pemerintahan yang efisien. 2. Tetap menjaga jati diri bangsa, misalnya dengan tetap mengamalkan nilai-nilai Pancasila, gotong royong, dan menghormati keberagaman. 3. Berkeadilan sosial, artinya kemajuan tidak hanya dinikmati oleh sebagian orang, tetapi juga memberi manfaat bagi seluruh masyarakat. 4. Berwawasan lingkungan, modernisasi harus memperhatikan kelestarian alam agar pembangunan berkelanjutan. 5. Berbasis etika dan moral, agar kemajuan tidak menimbulkan krisis nilai seperti individualisme atau ketimpangan sosial. Jadi, modernisasi yang ideal adalah yang menggabungkan kemajuan teknologi dengan nilai-nilai kemanusiaan dan kearifan lokal.
RATU FATHANA BAYU SUCI
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah proses pembaruan yang membawa kemajuan tanpa menghilangkan jati diri bangsa, nilai moral, dan budaya lokal. Artinya, kita bisa memanfaatkan kemajuan teknologi, ilmu pengetahuan, dan gaya hidup modern, namun tetap berpegang pada nilai-nilai kemanusiaan, etika, dan kearifan lokal. Berikut penjelasan lebih rinci: 1. Seimbang antara kemajuan dan moralitas Modernisasi ideal bukan hanya tentang teknologi atau ekonomi maju, tetapi juga menciptakan masyarakat yang beretika, beradab, dan peduli terhadap sesama. 2. Berorientasi pada kesejahteraan manusia Tujuan utama modernisasi harus untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat — bukan hanya memperkaya segelintir orang atau merusak lingkungan. 3. Mempertahankan nilai budaya dan identitas bangsa Kemajuan jangan membuat kita kehilangan karakter dan budaya sendiri. Misalnya, menggunakan teknologi digital untuk melestarikan bahasa daerah, seni, dan tradisi. 4. Berwawasan lingkungan dan berkelanjutan Modernisasi ideal harus memperhatikan keberlanjutan lingkungan agar kemajuan saat ini tidak merugikan generasi mendatang. 5. Inklusif dan adil Semua lapisan masyarakat harus bisa merasakan manfaat modernisasi — bukan hanya kelompok tertentu di kota besar. ???? Contohnya: Indonesia bisa menjadi negara maju dengan tetap memegang nilai-nilai Pancasila — seperti gotong royong, keadilan sosial, dan kemanusiaan — sambil terus mengembangkan teknologi digital, energi terbarukan, dan pendidikan modern.
NURIZA DIAN AULIA
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah proses perubahan menuju kehidupan yang lebih maju dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi, namun tetap berpegang pada nilai-nilai moral, budaya, dan kearifan lokal. Modernisasi tidak hanya soal pembangunan fisik atau kemajuan ekonomi, tetapi juga peningkatan kualitas manusia yang berakhlak, berpendidikan, dan peduli terhadap sesama. Dalam modernisasi yang ideal, kemajuan teknologi digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat tanpa merusak lingkungan atau mengabaikan nilai-nilai sosial. Setiap individu tetap menghormati tradisi dan norma yang berlaku sambil terbuka terhadap perubahan positif. Jadi, modernisasi yang ideal adalah ketika kemajuan zaman sejalan dengan pelestarian nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan keberlanjutan lingkungan sehingga menciptakan kehidupan yang maju, harmonis, dan beradab.
AULIA MUTHMA INNAH
Modernisasi yang ideal adalah yang seimbang antara kemajuan teknologi dan tetap menjaga nilai-nilai budaya serta sosial bangsa. Artinya, kita gunakan teknologi untuk mempermudah hidup tapi tetap menghargai tradisi, gotong royong, dan etika agar perubahan tetap manusiawi. Intinya, kemajuan tanpa kehilangan identitas dan nilai luhur.
QUMIL LAILA SAFITRI
modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam, melainkan sejalan dengan ajaran dan tujuan syariat (maqāṣid syariah). Modernisasi bukan sekadar kemajuan teknologi atau ilmu pengetahuan, tetapi juga mencakup perubahan sosial dan politik yang menegakkan keadilan, kesetaraan, serta menghargai kemanusiaan. Dengan demikian, modernisasi yang ideal menurut pandangan Islam adalah modernisasi yang berpijak pada iman, moral, dan nilai universal Islam, serta bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan, keadilan, dan kemaslahatan umat manusia tanpa kehilangan identitas keagamaannya.
KHAIRANI ATIFA SARI (ABI 1A)
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang tidak hanya berfokus pada kemajuan teknologi dan ekonomi, tetapi juga tetap menjaga nilai-nilai moral, budaya, dan lingkungan hidup. Berikut beberapa ciri modernisasi yang ideal: 1. Berorientasi pada manusia (human-centered): Kemajuan harus meningkatkan kualitas hidup manusia, bukan hanya efisiensi atau keuntungan ekonomi. 2. Berlandaskan nilai dan etika: Modernisasi sebaiknya tidak menghilangkan nilai-nilai budaya dan agama, tetapi menyesuaikannya agar tetap relevan di era modern. 3. Berkeadilan sosial: Semua lapisan masyarakat harus mendapat manfaat dari kemajuan, bukan hanya kelompok tertentu. 4. Berwawasan lingkungan: Pembangunan modern tidak boleh merusak alam, melainkan mencari solusi berkelanjutan. 5. Mengembangkan pendidikan dan inovasi: Mendorong masyarakat agar berpikir kritis, kreatif, dan terbuka terhadap perubahan tanpa kehilangan identitas bangsa. Jadi, modernisasi yang ideal adalah perpaduan antara kemajuan teknologi dan keluhuran nilai-nilai kemanusiaan.
RAHMA NUR AZIZAH
Menurut saya, Modernisasi yang ideal adalah proses perubahan yang seimbang antara kemajuan teknologi, ekonomi, dan sosial, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai budaya dan kemanusiaan. Berikut beberapa aspek penting: 1. Peningkatan Kualitas Hidup: Modernisasi harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti akses pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja yang layak. 2. Kemajuan Teknologi yang Berkelanjutan: Mengadopsi teknologi terbaru untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, namun tetap mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial. 3. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Meningkatkan kemampuan dan keterampilan masyarakat agar dapat beradaptasi dengan perubahan zaman. 4. Keadilan Sosial: Menjamin distribusi manfaat modernisasi yang adil dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat. 5. Pelestarian Budaya: Mengembangkan dan melestarikan budaya lokal, serta mempromosikan keragaman budaya dalam era globalisasi. 6. Partisipasi Aktif Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan untuk memastikan kebutuhan dan aspirasi mereka terwakili. Dengan demikian, modernisasi yang ideal dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan dan berkeadilan.
diha ramadani
Modernisasi yang ideal menurut saya adalah proses transformasi yang komprehensif dan berkelanjutan, dengan tetap memperhatikan keseimbangan antara kemajuan teknologi, nilai-nilai sosial budaya, dan kelestarian lingkungan. Berikut adalah beberapa aspek penting dari modernisasi yang ideal: • Peningkatan Kualitas Hidup: Modernisasi harus meningkatkan kualitas hidup seluruh masyarakat melalui peningkatan akses terhadap pendidikan, kesehatan, sanitasi, air bersih, energi, dan perumahan yang layak. • Pembangunan Ekonomi yang Inklusif: Modernisasi harus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, menciptakan lapangan kerja yang layak, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta meningkatkan daya saing bangsa di pasar global. • Pengembangan Sumber Daya Manusia: Modernisasi yang ideal memerlukan investasi besar dalam pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan, pengembangan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, serta peningkatan kemampuan adaptasi terhadap perubahan teknologi. • Penguatan Tata Kelola Pemerintahan: Modernisasi harus memperkuat tata kelola pemerintahan yang baik, transparan, akuntabel, partisipatif, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Hal ini meliputi reformasi birokrasi, pemberantasan korupsi, penegakan hukum, dan peningkatan pelayanan publik. • Pelestarian Lingkungan: Modernisasi yang ideal harus memperhatikan kelestarian lingkungan melalui penerapan teknologi ramah lingkungan, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, pengendalian pencemaran, dan mitigasi perubahan iklim. • Penguatan Identitas Nasional dan Nilai-Nilai Budaya: Modernisasi tidak boleh menghilangkan identitas nasional dan nilai-nilai budaya bangsa. Sebaliknya, modernisasi harus memperkuat identitas nasional dan nilai-nilai budaya bangsa melalui pengembangan seni, budaya, dan warisan sejarah. • Peningkatan Partisipasi Masyarakat: Modernisasi harus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan pembangunan. Hal ini meliputi peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya, serta penyediaan ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan berpartisipasi dalam pembangunan. • Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi: Modernisasi harus memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembangunan di berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan ekonomi. Namun, pemanfaatan TIK juga harus diimbangi dengan upaya untuk mengurangi kesenjangan digital dan melindungi masyarakat dari dampak negatif TIK, seperti penyebaran informasi palsu dan ujaran kebencian. Modernisasi di Indonesia: Di Indonesia, modernisasi yang ideal juga harus mempertimbangkan konteks sosial budaya dan geografis yang unik. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam modernisasi di Indonesia adalah: • Desentralisasi: Modernisasi di Indonesia harus memperhatikan prinsip desentralisasi, yaitu memberikan otonomi yang lebih besar kepada daerah untuk mengelola sumber daya dan mengembangkan potensi daerah masing-masing. • Pembangunan yang Berkelanjutan: Modernisasi di Indonesia harus memperhatikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan, yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. • Peningkatan Kualitas Pendidikan: Modernisasi di Indonesia harus memprioritaskan peningkatan kualitas pendidikan di semua tingkatan, terutama di daerah-daerah terpencil dan tertinggal. • Pengembangan Infrastruktur: Modernisasi di Indonesia harus didukung oleh pengembangan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, dan jaringan telekomunikasi. • Penguatan Industri Nasional: Modernisasi di Indonesia harus memperkuat industri nasional melalui peningkatan daya saing, inovasi, dan
Mugni basit rasida
Modernisasi yang ideal adalah rasionalisasi (mengedepankan akal dan ilmu pengetahuan) yang tidak sama dengan Westernisasi (meniru Barat secara total). Intinya adalah: 1. Rasionalisasi dan Moral: Mengambil kemajuan ilmu dan teknologi, tetapi harus ditopang oleh nilai-nilai moral dan iman (Tauhid/kepercayaan kepada Tuhan). 2. Selektif dan Kritis: Menerima hal positif dari modernitas, namun menolak yang bertentangan dengan prinsip dasar agama (Al-Qur'an dan Sunnah). 3. Dinamis: Bersikap maju, aktif, dan melakukan pembaruan (reinterpretasi) ajaran agar relevan dengan zaman, tanpa kehilangan esensi agama.
Nabilatul Afifah
modernisasi yang ideal adalah proses perubahan sosial, ekonomi,dan politik yang berkelanjutan dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara menyeluruh
Annisa Febry Aulia
1. Berorientasi pada kesejahteraan manusia Modernisasi seharusnya meningkatkan kualitas hidup masyarakat — baik dalam pendidikan, kesehatan, maupun kesejahteraan ekonomi. Bukan hanya mempercepat pembangunan fisik atau kemajuan teknologi semata. 2. Menjaga nilai-nilai budaya dan moral Kemajuan modern jangan sampai menghilangkan identitas bangsa. Tradisi, etika, dan budaya lokal harus tetap dilestarikan agar masyarakat tidak kehilangan jati diri di tengah arus globalisasi. 3. Berwawasan lingkungan Modernisasi yang ideal juga harus ramah lingkungan. Pembangunan industri dan infrastruktur sebaiknya dilakukan secara berkelanjutan agar tidak merusak alam dan generasi mendatang masih dapat menikmati sumber daya yang ada. 4. Adil dan inklusif Semua lapisan masyarakat perlu merasakan manfaat modernisasi, bukan hanya kelompok tertentu. Artinya, modernisasi harus menciptakan pemerataan kesempatan, bukan memperlebar kesenjangan sosial. Jadi, bisa disimpulkan bahwa modernisasi yang ideal adalah perpaduan antara kemajuan teknologi, kesejahteraan manusia, pelestarian budaya, dan kelestarian lingkungan.
Aisyah Muthmainnah
menurut saya, modernisasi yang ideal adalah proses pembaruan dalam berbagai aspek kehidupan baik ekonomi, sosial, politik, maupun budaya yang mampu membawa kemajuan tanpa menghilangkan jati diri bangsa dan nilai-nilai kemanusiaan. jadi kesimpulannya modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang berwawasan kemanusiaan, berakar pada budaya bangsa, berpihak pada rakyat, dan berorientasi pada masa depan yang berkelanjutan.
RATU FATHANA BAYU SUCI
Menurut saya Modernisasi yang ideal adalah kemajuan yang seimbang antara teknologi, budaya, moral, dan lingkungan untuk menciptakan masyarakat yang maju, beradab, dan berkeadilan.
rahma destriyani
Modernisasi yang ideal adalah Rasionalisasi yang ditopang oleh dimensi-dimensi moral dan berlandaskan pada prinsip Tauhid (iman kepada Tuhan Yang Maha Esa), yang menolak Sekularisme dan Kediktatoran, serta bertujuan untuk memantapkan tugas manusia sebagai Khalifah di bumi dengan mewujudkan nilai-nilai universal Islam.
ARUMI ABQARY HIBATULLAH
Modernisasi yang ideal menurut saya adalah proses transformasi yang komprehensif dan berkelanjutan, dengan tetap memperhatikan keseimbangan antara kemajuan teknologi, nilai-nilai sosial budaya, dan kelestarian lingkungan. Berikut adalah beberapa aspek penting dari modernisasi yang ideal: • Peningkatan Kualitas Hidup: Modernisasi harus meningkatkan kualitas hidup seluruh masyarakat melalui peningkatan akses terhadap pendidikan, kesehatan, sanitasi, air bersih, energi, dan perumahan yang layak. • Pembangunan Ekonomi yang Inklusif: Modernisasi harus mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, menciptakan lapangan kerja yang layak, mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pendapatan, serta meningkatkan daya saing bangsa di pasar global. • Pengembangan Sumber Daya Manusia: Modernisasi yang ideal memerlukan investasi besar dalam pengembangan sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas pendidikan dan pelatihan, pengembangan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja, serta peningkatan kemampuan adaptasi terhadap perubahan teknologi. • Penguatan Tata Kelola Pemerintahan: Modernisasi harus memperkuat tata kelola pemerintahan yang baik, transparan, akuntabel, partisipatif, dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat. Hal ini meliputi reformasi birokrasi, pemberantasan korupsi, penegakan hukum, dan peningkatan pelayanan publik. • Pelestarian Lingkungan: Modernisasi yang ideal harus memperhatikan kelestarian lingkungan melalui penerapan teknologi ramah lingkungan, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, pengendalian pencemaran, dan mitigasi perubahan iklim. • Penguatan Identitas Nasional dan Nilai-Nilai Budaya: Modernisasi tidak boleh menghilangkan identitas nasional dan nilai-nilai budaya bangsa. Sebaliknya, modernisasi harus memperkuat identitas nasional dan nilai-nilai budaya bangsa melalui pengembangan seni, budaya, dan warisan sejarah. • Peningkatan Partisipasi Masyarakat: Modernisasi harus meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan pembangunan. Hal ini meliputi peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajibannya, serta penyediaan ruang bagi masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan berpartisipasi dalam pembangunan. • Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi: Modernisasi harus memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembangunan di berbagai bidang, seperti pendidikan, kesehatan, pemerintahan, dan ekonomi. Namun, pemanfaatan TIK juga harus diimbangi dengan upaya untuk mengurangi kesenjangan digital dan melindungi masyarakat dari dampak negatif TIK, seperti penyebaran informasi palsu dan ujaran kebencian. Modernisasi di Indonesia: Di Indonesia, modernisasi yang ideal juga harus mempertimbangkan konteks sosial budaya dan geografis yang unik. Beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan dalam modernisasi di Indonesia adalah: • Desentralisasi: Modernisasi di Indonesia harus memperhatikan prinsip desentralisasi, yaitu memberikan otonomi yang lebih besar kepada daerah untuk mengelola sumber daya dan mengembangkan potensi daerah masing-masing. • Pembangunan yang Berkelanjutan: Modernisasi di Indonesia harus memperhatikan prinsip pembangunan yang berkelanjutan, yaitu pembangunan yang memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka. • Peningkatan Kualitas Pendidikan: Modernisasi di Indonesia harus memprioritaskan peningkatan kualitas pendidikan di semua tingkatan, terutama di daerah-daerah terpencil dan tertinggal. • Pengembangan Infrastruktur: Modernisasi di Indonesia harus didukung oleh pengembangan infrastruktur yang memadai, seperti jalan, jembatan, pelabuhan, bandara, dan jaringan telekomunikasi. • Penguatan Industri Nasional: Modernisasi di Indonesia harus memperkuat industri nasional melalui peningkatan daya saing, inovasi, dan investasi. Dengan memperhatikan aspek-aspek tersebut, modernisasi di Indonesia dapat berjalan secara efektif dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi seluruh masyarakat.
ARIRIN PERMADANI
Modernisasi yang ideal adalah proses perubahan yang seimbang antara kemajuan teknologi, ekonomi, dan sosial dengan nilai-nilai spiritual dan moral. Beberapa aspek penting: - Keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai spiritual - Pengembangan sumber daya manusia - Pemberdayaan masyarakat - Keadilan sosial - Penghormatan terhadap lingkungan Dalam konteks Islam, modernisasi yang ideal harus berdasarkan pada nilai-nilai seperti tauhid, keadilan, kemanfaatan, dan keseimbangan.
SRI WAHYUNI
JAWABAN UTS: Relevansi agama dan modernisasi dapat dijelaskan sebagai hubungan antara nilai-nilai keagamaan dengan perkembangan zaman yang semakin maju di bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial budaya. Berikut penjelasannya secara singkat dan jelas: 1. Panduan Moral dan Etika Di tengah kemajuan teknologi dan perubahan sosial akibat modernisasi, agama tetap berperan penting sebagai pedoman moral dan etika agar manusia tidak kehilangan arah dan tetap berperilaku sesuai nilai kemanusiaan. 2. Keseimbangan Spiritual dan Material Modernisasi sering berfokus pada kemajuan material dan rasionalitas. Agama hadir untuk menjaga keseimbangan dengan menekankan pentingnya nilai spiritual, keimanan, dan kebahagiaan batin. 3. Penyesuaian Nilai tanpa Menghilangkan Esensi Agama yang relevan dengan modernisasi bukan berarti harus berubah total, tetapi mampu menyesuaikan penyampaiannya agar tetap sesuai dengan konteks zaman, misalnya melalui dakwah digital atau pendidikan berbasis teknologi. 4. Pengendalian Dampak Negatif Modernisasi Modernisasi dapat membawa dampak negatif seperti individualisme, hedonisme, dan krisis moral. Agama berfungsi sebagai kontrol sosial yang menanamkan nilai-nilai kebersamaan, tanggung jawab, dan kasih sayang. Kesimpulan: Agama dan modernisasi bukan hal yang bertentangan, melainkan dapat saling melengkapi. Agama memberikan arah moral bagi perkembangan modern, sementara modernisasi membantu penyebaran nilai-nilai agama secara lebih luas dan relevan dengan kehidupan masa kini.
Nurfitri suryani
JAWABAN UTS Relevansi Agama dan Modernisasi Dalam perkembangan zaman yang semakin maju, modernisasi menjadi salah satu ciri utama kehidupan manusia. Modernisasi ditandai dengan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, sistem sosial, serta perubahan gaya hidup yang serba cepat dan efisien. Namun, di tengah derasnya arus modernisasi, peran dan relevansi agama tetap menjadi hal yang penting dalam menjaga keseimbangan hidup manusia. Agama memiliki fungsi utama sebagai pedoman moral dan spiritual bagi umat manusia. Nilai-nilai keagamaan mengajarkan kebaikan, kejujuran, keadilan, dan kasih sayang, yang semuanya tetap relevan bahkan dalam masyarakat modern. Modernisasi tanpa nilai-nilai agama berisiko menimbulkan krisis moral, individualisme ekstrem, dan dehumanisasi akibat orientasi yang terlalu materialistik. Di sisi lain, agama perlu dipahami secara kontekstual dan terbuka terhadap perkembangan zaman. Ajaran agama yang bersifat universal dapat diadaptasi dengan kemajuan ilmu dan teknologi tanpa mengubah substansi nilai-nilainya. Misalnya, penggunaan teknologi digital untuk dakwah, pendidikan agama daring, serta pemanfaatan media sosial untuk menyebarkan pesan moral merupakan bentuk harmonisasi antara agama dan modernisasi. Relevansi agama dalam era modern juga tampak dalam upaya membangun masyarakat berperadaban yang beretika dan berkeadilan. Agama menuntun manusia agar kemajuan teknologi dan ekonomi tidak melanggar nilai kemanusiaan serta tidak merusak lingkungan. Dengan demikian, modernisasi yang didasari nilai-nilai keagamaan akan menghasilkan kemajuan yang bermartabat. --- Kesimpulan Agama dan modernisasi bukanlah dua hal yang bertentangan, melainkan dapat saling melengkapi. Modernisasi memberi kemajuan bagi kehidupan, sementara agama memberikan arah dan makna. Relevansi agama dalam era modern terletak pada kemampuannya menuntun manusia agar tetap berpegang pada nilai moral dan spiritual di tengah perubahan zaman.
Marsya santiya
Jawaban UTS Berikut poin-poin relevansi antara agama (dalam hal ini Islam) dan modernisasi sebagaimana dibahas dalam artikel “Islam dan Modernisasi” di situs Imam Ghozali Institute — lengkap dengan uraian bagaimana agama dan modernisasi saling berkaitan dalam pandangan artikel tersebut: 1. Pertanyaan relevansi ajaran Islam dengan zaman modern Artikel menyatakan bahwa ada pertanyaan klasik: “Apakah ajaran Islam relevan dengan modernisasi?” Imam Ghozali +1 Jadi di sini agama (Islam) dipertanyakan hubungannya dengan perubahan zaman: sains, teknologi, rasionalitas, sistem sosial-politik yang baru. Relevansinya: agama tidak dipandang sebagai sesuatu yang “usang” atau hanya untuk masa lampau, melainkan mesti dapat menanggapi tantangan zaman modern. 2. Dua pendekatan dalam umat Islam terhadap modernisasi Artikel membedakan dua pendekatan: Kelompok tekstualis (misalnya salafi/wahabi) yang cenderung menolak ilmu sains/eksakta apabila dianggap mengancam akidah. Imam Ghozali Kelompok modernis dalam Islam — yang menerima modernisasi sebagai proses rasionalisasi yang tetap berpijak pada iman dan prinsip tauhid, serta menolak westernisasi yang membawa sekularisme. Imam Ghozali +1 Relevansi di sini: agama hadir sebagai kerangka nilai untuk menyaring modernisasi — tidak hanya menerima semua hal baru tanpa pertimbangan, tetapi tetap membawa nilai-agama sebagai orientasi. 3. Agama sebagai kerangka moral dan arah modernisasi Dalam artikel disebut bahwa modernisasi menurut Islam tidak identik dengan rasionalisme mutlak yang menempatkan akal sebagai satu-satunya kebenaran mutlak. Sebaliknya, akal punya peran tapi wahyu (agama) tetap menjadi sumber kebenaran mutlak. Imam Ghozali Contoh: “Rasio dapat menemukan kebenaran‐kebenaran relatif, sedangkan yang mutlak hanya dapat diketahui … melalui wahyu.” Imam Ghozali Jadi relevansinya: agama memberikan orientasi moral, nilai, dan batas-batas terhadap bagaimana modernisasi seharusnya berlangsung — mencegah modernisasi menjadi mekanistik atau tanpa etika. 4. Modernisasi dalam kerangka sosial-politik menurut Islam Artikel mengutip pandangan Robert N. Bellah bahwa masyarakat Islam awal (masa Nabi) telah melakukan lompatan sosial-politik yang modern dalam arti komitmen partisipasi rakyat, kepemimpinan yang berdasarkan kualitas bukan keturunan, kesetaraan antar umat. Imam Ghozali Relevansi: agama Islam tidak hanya soal ritual dan keimanan pribadi, tetapi juga membentuk tata sosial yang responsif terhadap zaman — modernisasi sosial dan politik bisa selaras dengan ajaran agama. 5. Modernisasi teknologi/ilmu pengetahuan dan universalisme Islam Artikel menegaskan bahwa modernisasi bukan sekadar kemajuan teknologi atau sains, melainkan juga keterbukaan ajaran Islam yang bersifat universal sesuai perkembangan zaman. Imam Ghozali Misalnya, ilmu dari pemikir Islam klasik seperti Ibn Rushd diserap oleh Barat dan menyebabkan lompatan intelektual. Imam Ghozali Relevansi: agama Islam mendorong ilmu pengetahuan dan adaptasi terhadap perubahan zaman, asalkan tetap dalam kerangka nilai universal dan kemaslahatan umat. 6. Prinsip‐prinsip modernisasi yang ideal dalam perspektif Islam Artikel menyajikan bahwa modernisasi yang ideal menurut Islam memiliki ciri-ciri seperti: Kemajuan yang membawa kemanfaatan dan bukan kerusakan. Imam Ghozali Tidak meniru Barat secara buta (menolak westernisasi yang berarti sekularisme) tetapi selektif terhadap modernitas. Imam Ghozali Menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat — kemajuan duniawi jangan sampai merugikan urusan akhirat. Imam Ghozali Keselamatan individu, keluarga, harta, masyarakat secara hukum dan sosial — disebut sebagai bagian dari universalisme Islam. Imam Ghozali Relevansi: agama menyediakan kerangka normative yang memastikan modernisasi tetap manusiawi, adil, inklusif, dan tidak merusak nilai-kemanusiaan. 7. Potensi konflik dan tantangan antara agama & modernisasi Artikel juga mengakui adanya ketegangan: misalnya antara tradisi agama yang tekstual dengan tuntutan zaman yang dinamis. Imam Ghozali Ada risiko bahwa modernisasi diadopsi tanpa filter nilai agama sehingga menjadi “kejahilian berbaju modern”. Imam Ghozali Relevansi: agama hadir sebagai alat kontrol kritis terhadap modernisasi — agar kemajuan tidak jadi merusak identitas, moral, keadilan sosial. 8. Kesimpulan: mengapa agama dan modernisasi relevan satu sama lain Dari artikel tersebut dapat disimpulkan bahwa: Agama (Islam) relevan untuk modernisasi karena memberikan nilai, kerangka, dan arah supaya modernisasi tidak kehilangan manusiawi dan moralitas. Modernisasi relevan untuk agama karena ajaran agama dituntut untuk bergulir bersama perkembangan zaman, dimaknai dan diaplikasikan dalam konteks modern agar tetap hidup dan kontekstual. Keduanya tidak harus bertentangan; justru hubungan yang konstruktif dapat menciptakan kemajuan yang berkualitas (teknologi, sosial, politik) yang tetap berlandaskan iman, akhlak, keadilan.
Dewi Astuti
uts agama 3. Relevansi agama dan modernisasi dalam artikel tersebut adalah bahwa agama dapat memberikan pedoman moral dan etika dalam proses modernisasi. Agama dapat membantu memastikan bahwa modernisasi tidak hanya berfokus pada kemajuan materi, tetapi juga pada kesejahteraan spiritual dan moral. Agama juga dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk melakukan perubahan positif dalam masyarakat.
Nur Adrea Rezki
Menurut saya, Modernisasi yang ideal adalah suatu proses pembaruan dalam berbagai dimensi — teknologi, ekonomi, sosial, budaya — yang seimbang, beretika, berorientasi kemaslahatan bersama, dan tetap berakar pada nilai-nilai kemanusiaan serta identitas masyarakat. Dengan menjaga keseimbangan antara kemajuan dan nilai, antara inovasi dan tradisi, antara material dan spiritual, maka modernisasi tidak akan menjadi kekuatan yang melepas manusia dari kemanusiaannya, melainkan memberdayakan manusia secara penuh. Modernisasi bukan semata penerapan teknologi atau kemajuan material, tetapi juga melibatkan rasionalitas, moralitas, dan nilai-iman. modernisasi yang ideal adalah suatu proses pembaruan dalam berbagai dimensi — teknologi, ekonomi, sosial, budaya — yang seimbang, beretika, berorientasi kemaslahatan bersama, dan tetap berakar pada nilai-nilai kemanusiaan serta identitas masyarakat. Dengan menjaga keseimbangan antara kemajuan dan nilai, antara inovasi dan tradisi, antara material dan spiritual, maka modernisasi tidak akan menjadi kekuatan yang melepas manusia dari kemanusiaannya, melainkan memberdayakan manusia secara penuh.
rasmida hayati
Jelaskan relevansi agama dan modernisasi dalam artikel berikut ini! jawaban uts Nama :Rasmida hayati kelas:ABI (1C) Agama dan modernisasi memiliki hubungan yang saling melengkapi. Di tengah kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, agama berperan penting sebagai pedoman moral dan spiritual agar manusia tidak terjerumus pada gaya hidup materialistis dan kehilangan nilai kemanusiaan. Sementara itu, modernisasi memberi peluang bagi agama untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, misalnya melalui pendidikan, media digital, dan inovasi sosial. Dengan demikian, agama dan modernisasi seharusnya tidak dipertentangkan, melainkan berjalan seiring untuk mewujudkan masyarakat yang maju, beretika, dan berkeadaban.
AULYA NABILLA (abi 1c)
Jawaban Uts Relevansi agama dan modernisasi terletak pada peran agama sebagai pedoman moral dan etika dalam menghadapi perubahan zaman yang dibawa oleh modernisasi. Meskipun modernisasi menekankan kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan cara berpikir rasional, agama tetap relevan karena: Menjaga nilai moral dan spiritual di tengah kemajuan material. Menjadi pedoman hidup agar manusia tidak kehilangan arah dan kemanusiaan. Menyeimbangkan kemajuan dan etika, sehingga perkembangan teknologi tidak disalahgunakan. Mendorong adaptasi positif, karena banyak ajaran agama yang mendukung kerja keras, pendidikan, dan kemajuan. Jadi, agama dan modernisasi bukan hal yang bertentangan, melainkan dapat saling melengkapi untuk menciptakan kehidupan yang maju namun tetap berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan dan moral.
FITRI WULANDARI
JAWABAN UTS: Berikut penjelasan mengenai relevansi antara agama (khususnya Islam) dan modernisasi berdasarkan artikel “Islam dan Modernisasi” dari situs Imam Ghozali (oleh Vijianfaiz, PhD). 1. Tantangan: Pertanyaan Relevansi Artikel memulai dengan menegaskan bahwa umat Islam sendiri sering mempertanyakan: “Apakah ajaran Islam relevan dengan modernisasi?” Artinya: seiring dengan kemajuan zaman — ilmu pengetahuan, teknologi, sistem sosial-politik modern — muncul kekhawatiran bahwa ajaran agama bisa tampak usang atau tidak cocok. Artikel ini menunjukkan bahwa relevansi ini bukan hanya eksternal (bagaimana Islam dilihat dunia), tetapi juga internal (bagaimana umat Islam merespon perubahan zaman) 2. Dua Pendekatan dalam Islam terhadap Modernisasi Artikel mengidentifikasi dua pendekatan utama yang berbeda dalam merespon modernisasi: a) Pendekatan Kaum Tekstualis Kelompok seperti Salafi/Wahabi (dalam perkembangan awal) menolak ilmu sains/eksakta apabila dianggap “mengancam akidah”. Contoh: buku yang menyebut keyakinan bahwa bumi berputar “merusak akidah” karena dianggap bertentangan dengan pemahaman bahwa Allah turun ke langit bumi setiap sepertiga malam terakhir. → Ini menunjukkan bahwa bagi sebagian, modernisasi (termasuk ilmu pengetahuan) dianggap berpotensi menggoyahkan keyakinan agama. b) Pendekatan Kaum Modernis Kaum yang disebut “Islam modernis” menempatkan modernisasi sebagai rasionalisasi yang ditopang moral dan iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mereka membedakan antara modernisasi dengan westernisasi/sekularisme. Modernisasi boleh, bahkan diperlukan; tetapi westernisasi yang membawa sekularisme (agama dipisahkan dari kehidupan) ditolak. Dalam pandangan ini, rasio (akal) penting namun tidak absolut—yang mutlak adalah wahyu; manusia menggunakan akal tetapi tetap dalam kerangka ajaran agama. 3. Dimensi-Dimensi relevansi antara Agama dan Modernisasi Berikut aspek‐aspek di mana agama (Islam) dan modernisasi saling relevan, sebagaimana dijabarkan dalam artikel: a) Sosial-Politik Artikel mengutip pemikiran Robert N. Bellah bahwa masa awal Islam (masa Nabi Muhammad dan para khalifah) sudah menunjukkan bentuk masyarakat yang “modern” dalam arti: partisipasi rakyat, kepemimpinan berdasarkan kapabilitas, kesetaraan di antara umat. → Ini menunjukkan relevansi agama dengan sistem sosial yang adil, partisipatif dan modern. b) Ilmu Pengetahuan & Teknologi Artikel menunjukkan bahwa Islam tidak menolak ilmu pengetahuan dan teknologi secara mutlak, tetapi mengkaitkan kemajuan sains dengan tanggung jawab moral dan syariat. → Relevansi: agama memberikan landasan moral bagi penggunaan teknologi dan ilmu; sehingga modernisasi tidak sekadar kemajuan teknis, tetapi kemajuan yang beretika. c) Universalitas Ajaran Agama dan Modernisasi Artikel menyebut bahwa modernisasi dalam Islam bukan hanya adopsi teknologi atau sains, tetapi juga keterbukaan ajaran yang bersifat universal dan relevan dengan perkembangan zaman. → Relevansi: agama menjadi kerangka nilai yang memungkinkan modernisasi tetap “bermanfaat” dan “adil”, bukan hanya konsumsi kemajuan. d) Maqâṣid Syariah dan Kemaslahatan Artikel menekankan bahwa modernisasi yang ideal menurut Islam harus memenuhi tujuan-syariah (maqâṣid syariah): keselamatan fisik, kebebasan beragama tanpa paksaan, keamanan keluarga, harta, dan warga negara. → Relevansi: agama menetapkan parameter moral/etis bagi proses modernisasi — sehingga modernisasi yang tidak memenuhi parameter ini dianggap “kejahilian berbaju modern”. 4. Kesimpulan: Bagaimana Agama dan Modernisasi Bisa Bersinergi Dari artikel tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa relevansi agama dan modernisasi dapat diringkas sebagai berikut: Agama (Islam) tidak menolak modernisasi; ia justru bisa mengarahkan modernisasi ke arah yang lebih manusiawi, adil, dan bermartabat. Modernisasi bukan identik dengan westernisasi atau sekularisme; modernisasi yang direkomendasikan adalah yang rasional, terbuka, dan beretika, dalam kerangka ajaran agama. Relevansi muncul ketika modernisasi dipakai sebagai sarana untuk mencapai kemaslahatan (keadilan, kesejahteraan, keselamatan) dan tidak hanya untuk efisiensi, kemajuan materi, atau dominasi teknologi. Relevansi juga muncul ketika umat agama tetap aktif dalam konteks perubahan zaman — bukan hanya sebagai penonton tetapi sebagai subjek yang memberi kontribusi dengan landasan nilai-agama.
Deni Astuti
Agama, khususnya Islam, tetap relevan dalam era modernisasi karena Islam mengajarkan nilai-nilai moral dan etika yang menjadi landasan penting dalam menghadapi perubahan zaman. Modernisasi membawa kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, namun tanpa panduan moral dari agama, kemajuan tersebut bisa menimbulkan masalah sosial dan spiritual. Islam mampu beradaptasi dengan modernisasi tanpa mengorbankan prinsip dasarnya, sehingga keduanya dapat berjalan seiring. Dengan demikian, agama berperan sebagai penyeimbang agar modernisasi membawa kemajuan yang berkelanjutan dan bermartabat.
Najiha (ABI 1C)
Relevansi agama, khususnya Islam, dengan modernisasi sangat penting karena Islam tidak hanya sebagai sistem kepercayaan spiritual, tetapi juga sebagai pedoman hidup yang mengatur aspek moral dan sosial manusia. Dalam artikel yang dibahas, dijelaskan bahwa Islam memiliki fleksibilitas dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa menghilangkan prinsip-prinsip dasar ajarannya. Modernisasi membawa perubahan dalam teknologi, ilmu pengetahuan, dan gaya hidup, yang jika dikombinasikan dengan nilai-nilai Islam, dapat menciptakan masyarakat yang maju sekaligus beretika. Oleh karena itu, agama berperan sebagai penyeimbang dalam modernisasi agar kemajuan tidak mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan dan moralitas. Islam dan modernisasi dapat berjalan beriringan dengan saling melengkapi, dimana modernisasi menyediakan kemudahan dan inovasi, sementara Islam memberikan landasan moral dan spiritual.
nopianti
relevansi agama dan modernisasi dalam artikel tersebut adalah bahwa agama dapat memberikan pedoman moral dan etika dalam proses modernisasi. agama dapat membantu memastikan bahwa modernisasi tidak hanya berfokus pada kemajuan materi, tetapi juga pada kesejahteraan spiritual dan moral. Agama juga dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi untuk melakukan perubahan positif dalam masyarakat.
Gita Prisca Sari
jawaban UTS: Relevansi Agama (Islam) dan Modernisasi menurut artikel: Islam tidak menolak modernisasi — justru mendorong kemajuan ilmu, teknologi, dan sosial asal tetap berada dalam nilai iman, moral, dan kemaslahatan. Modernisasi yang ideal menurut Islam bukan meniru Barat secara mentah (westernisasi), tetapi modernisasi yang rasional sekaligus berlandaskan tauhid. Agama berperan sebagai pengarah dan penyaring: memastikan perkembangan zaman tidak menghilangkan nilai kemanusiaan, keadilan, dan identitas spiritual. Artinya, agama dan modernisasi bisa berjalan berdampingan — agama memberi arah moral, modernisasi memberi sarana kemajuan. Yang ditolak adalah modernisasi tanpa nilai atau agama yang menutup diri total.
SYAMSIDAR
JAWABAN UTS Artikel ngebahas pertanyaan: "Apakah Islam relevan dengan modernisasi?" Kelompok tekstualis (seperti Salafi awal) tolak sains karena takut rusak akidah, misalnya teori bumi berputar. Modernisasi = rasionalisasi berbasis tauhid (iman ke Tuhan), ditopang moral, tolak westernisasi/sekularisme (pisah agama dari hidup), tapi terima sekularisasi positif: duniawi tapi tanggung jawab ke Tuhan. Rasio buat kebenaran relatif; wahyu buat mutlak. Relevansi: Masa Nabi & khalifah udah "modern" (Bellah)—kesetaraan tauhid, partisipasi rakyat, pemimpin berdasarkan kemampuan (bukan warisan), tolak diktator. Ibn Rusyd pengaruhin sains Eropa. Universalisme Islam jamin keselamatan fisik, beragama bebas, dll., asal sesuai maqasid syariah—nggak boleh ancam peradaban atau diskriminatif, kalau nggak jadi "kejahilan modern". Intinya: Islam & modernisasi saling lengkapi—agama kasih arah moral, modernisasi bantu adaptasi tanpa hilang iman.
Novizzayani
JAWABAN UTS: Artikel “Islam dan Modernisasi” dari situs Imam Ghozali menjelaskan bahwa Islam dan modernisasi bukanlah dua hal yang saling bertentangan. Keduanya justru dapat berjalan beriringan jika modernisasi dipahami sebagai proses perubahan menuju kemajuan yang tetap berpijak pada nilai-nilai moral dan keimanan. Modernisasi memang membawa rasionalitas dan kemajuan ilmu pengetahuan, tetapi dalam pandangan Islam, kemajuan itu harus selalu diarahkan pada kemaslahatan manusia dan tidak lepas dari bimbingan wahyu. Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa di kalangan umat Islam ada dua pandangan terhadap modernisasi. Pertama, kelompok yang bersifat tekstualis atau konservatif. Kelompok ini cenderung menolak modernisasi, terutama jika dianggap bertentangan dengan ajaran agama secara tekstual. Mereka berpendapat bahwa sains dan modernitas bisa mengancam kemurnian akidah, sehingga setiap gagasan baru harus diukur ketat dengan tafsir literal terhadap teks agama. Contoh yang dikutip dalam artikel adalah adanya pandangan bahwa keyakinan terhadap bumi yang berputar dianggap bertentangan dengan akidah. Kedua, kelompok modernis yang justru menerima modernisasi sebagai bagian dari sunnatullah, yaitu hukum perubahan yang terjadi di alam dan masyarakat. Bagi mereka, modernisasi bukanlah westernisasi atau sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Modernisasi dalam Islam berarti penggunaan akal dan ilmu pengetahuan secara rasional untuk memajukan kehidupan manusia, tetapi tetap dengan dasar iman kepada Tuhan. Tokoh seperti Nurcholish Madjid menegaskan bahwa modernisasi tidak bertujuan meniru Barat, melainkan memperbaharui cara berpikir umat agar tetap relevan dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan nilai-nilai keislaman. Artikel ini juga menegaskan bahwa modernisasi bukan berarti mengutamakan rasio secara mutlak. Dalam Islam, rasio hanyalah alat untuk memahami ciptaan Tuhan, sedangkan kebenaran mutlak tetap berasal dari wahyu. Oleh karena itu, rasionalitas yang berkembang dalam modernisasi perlu dikendalikan oleh etika dan moral agama. Ilmu pengetahuan dan teknologi memang penting, tetapi keduanya harus digunakan untuk kepentingan umat manusia secara adil. Jika kemajuan teknologi hanya dimanfaatkan oleh sebagian kecil orang atau bahkan merusak tatanan kehidupan, maka modernisasi itu tidak sejalan dengan nilai Islam. Sejarah Islam sendiri telah menunjukkan bahwa umat Islam pernah berada pada puncak peradaban yang sangat modern untuk zamannya. Pada masa Nabi Muhammad dan para khalifah, masyarakat Islam memiliki sistem sosial yang demokratis, menghargai keadilan, dan menempatkan kepemimpinan berdasarkan kemampuan, bukan keturunan. Pandangan ini diperkuat oleh Robert N. Bellah yang menganggap masyarakat Islam awal sebagai bentuk modernitas yang berbasis moral dan partisipasi sosial. Hal ini membuktikan bahwa nilai-nilai modern sudah ada dalam Islam sejak awal, seperti keadilan, kesetaraan, dan tanggung jawab sosial. Artikel tersebut menegaskan bahwa modernisasi yang sejati justru membutuhkan agama sebagai pengarah. Tanpa nilai moral, modernisasi hanya akan menghasilkan kemajuan material yang kosong dari makna. Karena itu, Islam relevan dalam proses modernisasi karena memberi arah dan tujuan yang jelas agar perubahan yang terjadi membawa kesejahteraan dan bukan kerusakan. Modernisasi yang Islami harus menyeimbangkan antara kemajuan teknologi dan keilmuan dengan nilai-nilai kemanusiaan, keadilan sosial, dan spiritualitas. Namun demikian, artikel juga mengingatkan adanya tantangan besar. Banyak umat yang masih salah paham dengan modernisasi, menganggapnya sama dengan sekularisasi Barat. Padahal, Islam tidak menolak sains atau teknologi, tetapi menolak pemisahan total antara agama dan kehidupan sosial. Modernisasi yang tepat adalah yang selektif dan kontekstual, menyesuaikan dengan budaya dan kebutuhan masyarakat Muslim tanpa kehilangan prinsip tauhid. Secara praktis, penerapan modernisasi dalam kerangka Islam dapat diwujudkan melalui pendidikan yang menggabungkan ilmu agama dan ilmu modern, kebijakan publik yang berdasarkan keadilan dan kesejahteraan bersama, serta penggunaan teknologi yang bertujuan untuk kemaslahatan umat. Dengan begitu, modernisasi tidak akan menjadi ancaman bagi iman, melainkan sarana untuk memperkuat nilai-nilai Islam dalam kehidupan modern. Kesimpulannya, artikel ini menegaskan bahwa agama tetap relevan di tengah arus modernisasi karena berperan sebagai penuntun moral dan spiritual bagi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan masyarakat. Islam tidak menolak modernisasi, tetapi justru mengarahkan agar kemajuan zaman tetap berada dalam jalur etika, keadilan, dan keimanan. Modernisasi yang sejati adalah modernisasi yang berpijak pada nilai-nilai agama agar kemajuan yang dicapai manusia memiliki makna, manfaat, dan keberkahan bagi seluruh umat.
NUR KARIMAH
JAWABAN UTS Relevansi agama dan modernisasi terletak pada bagaimana agama berperan dan beradaptasi dalam menghadapi perubahan sosial akibat modernisasi. Modernisasi yang ditandai oleh rasionalisasi, individualisasi, dan kemajuan teknologi tidak menghilangkan peran agama, melainkan mendorong revitalisasi dan reinterpretasi ajaran agar agama tetap relevan dengan kondisi kontemporer. Agama menyesuaikan diri dengan tantangan zaman melalui adaptasi doktrinal, reformasi pendidikan agama, pemanfaatan media digital, dan penguatan peran perempuan dalam ranah keagamaan. Dengan demikian, modernisasi justru memicu pembaharuan agama agar nilai-nilai spiritual dan moralnya tetap berfungsi sebagai panduan bagi masyarakat modern tanpa kehilangan esensinya.Di Indonesia, fenomena ini terlihat dari berbagai aktivitas dakwah digital, pengajian virtual, dan penggunaan teknologi oleh tokoh agama sebagai respons modernisasi. Agama yang relevan di era modern ini juga menjaga moderasi beragama sebagai strategi integratif dalam menghadapi perubahan tanpa kehilangan nilai-nilai dasar keagamaan. Selain itu, modernisasi beragama membantu mengatasi tantangan pluralisme sekaligus memperkuat peran agama sebagai sumber moral dan solusi terhadap masalah sosial kontemporer.
dea marsha
Relevansi agama adalah sebagai panduan moral, sumber identitas dan pendorong perubahan sosial. Modernisasi ialah rasionalisasi yang ditopang oleh dimenasi-dimensi moral dengan berpijak pada prinsip iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Modernisasi dalam islam tidak sama dengan rasionalisme, yaitu suatu paham yang mengakui kemutlakan rasio,sebagaimana yang dilakukan oleh kaum komunis.
Alya Septiamanda
Jawaban UTS Agama : Relevansi ajaran Islam dengan proses modernisasi dapat dilihat dari berbagai perspektif, dimulai dari pertanyaan klasik yang mengarah pada kemungkinan Islam dapat bersinergi dengan perkembangan zaman, yang ditunjukkan melalui kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan aspek sosial. Kelompok tekstualis seperti Salafi Wahabi pada awalnya menolak ilmu-ilmu eksakta karena dianggap membahayakan aqidah, misalnya keyakinan bahwa bumi berputar yang dianggap bertentangan dengan pemahaman literal akan peristiwa turunnya Allah ke bumi. Namun, kelompok modernis Islam seperti yang diwakili oleh Nurcholish Madjid melihat modernisasi sebagai bentuk rasionalisasi yang didasarkan pada dimensi moral yang bermuara pada tauhid. Mereka menolak sekularisme yang berasal dari westernisasi, tetapi menerima sekularisasi sebagai proses penduniaan nilai-nilai tanpa menghilangkan posisi agama dalam kehidupan sehari-hari. Robert N. Bellah menekankan bahwa Islam telah menunjukkan ciri modernitas sosial dan politik sejak masa Nabi Muhammad dan para khalifah awal, di mana tauhid menjadi dasar untuk kesetaraan, partisipasi rakyat, dan kepemimpinan yang berlandaskan kualitas universal. Hal ini mengarah pada penolakan terhadap pemerintahan otoriter serta memperkuat peran manusia sebagai khalifah di muka bumi. Poin ini menegaskan prinsip universalisme dalam Islam yang menjamin keselamatan fisik, kebebasan beragama, keluarga, harta, dan kewarganegaraan, serta pentingnya maqasid syariah untuk menjaga agar kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak merusak peradaban manusia. Hal ini dipengaruhi oleh pemikiran seperti Ibn Rusyd yang turut memperkaya kebangkitan intelektual di dunia Barat. Dengan demikian, relevansi antara agama dan modernisasi terletak pada kemampuan Islam untuk beradaptasi dalam konteks zaman tanpa kehilangan esensi tauhid, rasionalitas, dan etika, sehingga dapat menciptakan keseimbangan yang berkontribusi pada kemajuan peradaban manusia tanpa mengorbankan nilai-nilai spiritual dan sosial yang mendalam.
SUCI 1 C (UTS)
Agama yang relevan dalam modernisasi adalah menjadi pedoman moral agar kemajuan teknologi dan sosial tidak menghilangkan nilai kemanusiaan. Agama membantu menyeimbangkan aspek spiritual dan material, serta mengarahkan manusia agar memanfaatkan modernisasi secara bijak. Agama tetap relevan bila mampu menyesuaikan cara penyampaiannya dengan perkembangan zaman tanpa mengubah esensi ajarannya — misalnya melalui dakwah digital atau pendidikan berbasis teknologi.
WIZA SHAHIRA
JAWABAN UTS KELAS 1C PRODI ADMINISTRASI BISNIS INTERNASIONAL: Relevansi agama terletak pada fungsinya sebagai panduan moral dan etika, sumber makna spiritual, identitas sosial, serta alat untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Agama memberikan kerangka nilai dan prinsip yang mengatur perilaku individu, menciptakan rasa kebersamaan dalam komunitas, dan dapat memotivasi tindakan positif untuk kebaikan sosial. Modernisasi Islam bukan semata-mata meletakannya pada kemajuan saint dan teknologi yang sekarang telah menjadi ajang perlombaan di era digital. Islam meletakan modernisasi pada keterbukaan ajaran nya yang universal sesuai dengan perkembangan zaman.Ajaran Islam tidak membenarkan ketika ilmu pengeetahuan dan teknologi mengancam peradaban manusia. Modernisasi sebagai wujud kemerdekaan akal tidak bisa dibenarkan ketika temuan-temuan ilmu pengetahuan dan saint hanya sebatas untuk kepentingan secara kelompok dan mengabaikan kepentingan kelompok lain. Penemuan-penemuan yang bersifat saintifik harus bisa dipertanggungjawabkan dengan tidak melanggar maqasih-maqasih syariah yang disebutkan di atas. Relevansi antara agama dan modernisasi bersifat kompleks dan dialektis, di mana keduanya tidak harus bertentangan, melainkan dapat saling memengaruhi dan bertransformasi. Modernisasi, yang ditandai dengan rasionalisasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta diferensiasi sosial, tidak serta merta mengikis peran agama, namun lebih menggeser bentuk dan arena keberagamaan.
Nisrina Annisa
jawaban uts:Relevansi agama dan modernisasi terletak pada konflik dan sinergi di antara keduanya, di mana agama berfungsi sebagai panduan moral dan spiritual sementara modernisasi menghadirkan perubahan melalui teknologi, ilmu pengetahuan, dan budaya. Modernisasi Islam bukan semata-mata meletakannya pada kemajuan saint dan teknologi yang sekarang telah menjadi ajang perlombaan di era digital. Islam meletakan modernisasi pada keterbukaan ajaran nya yang universal sesuai dengan perkembangan zaman.Modernisasi sebagai wujud kemerdekaan akal tidak bisa dibenarkan ketika temuan-temuan ilmu pengetahuan dan saint hanya sebatas untuk kepentingan secara kelompok dan mengabaikan kepentingan kelompok lain. Modernisasi dalam islam tidak sama dengan rasionalisme, yaitu suatu paham yang mengakui kemutlakan rasio,sebagaimana yang dilakukan oleh kaum komunis.
Risma ariani
UTS: Modernisasi yang ideal adalah proses perubahan menuju masyarakat yang lebih maju, berkembang, berkualitas, dan sejahtera dengan beberapa syarat dan ciri tertentu. Menurut Soerjono Soekanto, syarat terjadinya modernisasi meliputi: cara berpikir ilmiah yang sudah melembaga, sistem administrasi negara yang baik, sistem pengumpulan data yang teratur, terciptanya iklim yang menyenangkan terhadap modernisasi (terutama melalui media massa), tingkat organisasi yang tinggi dengan disiplin diri, dan sentralisasi wewenang dalam perencanaan sosial yang mengutamakan kepentingan umum di atas pribadi atau golongan.Ciri-ciri modernisasi yang ideal mencakup penerimaan teknologi baru, sikap terbuka terhadap perubahan, individualisme yang bertanggung jawab, pola pikir yang maju, kemajuan ekonomi dan teknologi, diferensiasi tenaga kerja, mobilitas sosial yang tinggi, dan kemampuan menyatakan pendapat secara demokratis. Modernisasi juga harus bersifat preventif dan konstruktif, memproyeksikan perubahan yang progresif dan berkelanjutan dengan orientasi masa depan yang jelas.
Ayu Dewi Astuti
JAWABAN UTS: Bagi kelompok kaum tekstualis seperti salafi wahabi dalam perkembangan awal mereka menolak mentah-mentah terhadap ilmu sains dan eksakta. Mereka menganggap llmu-ilmu semacam itu menyesatkan akidah mereka. Seperti contoh bukuh berjudul Hidayah Al-Hairan Fi Mas’alati Ad-Dauran karya Abdul Karim Ibn Shalih Al-Hamid mengatakan bahwa keyakinan tentang bumi berputar itu merusak akidah. Bagi kelompok Islam modernis sebenarnya sama pada pijakan pemikirannya yaitu tauhid. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Nurcholish Madjid bahwa modernisasi ialah rasionalisasi yang ditopang oleh dimenasi-dimensi moral dengan berpijak pada prinsip iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Modernisasi dalam islam tidak sama dengan rasionalisme, yaitu suatu paham yang mengakui kemutlakan rasio,sebagaimana yang dilakukan oleh kaum komunis. Orang yang menggunakan akal pikiran-rasio-adalah orang yang menggunakan akal pikirannya dengan sebaik-baiknya sehingga ia sanggup menemukan kebenaran, sampai merupakan kebenaran terakhir.
BUNGA SUCI AULIA (ABI 1 C)
Jawaban UTS: Relvansi agama ialah agama menjadi filter dan arah dalam proses modernisasi, supaya kemajuan tidak menjadi sekadar material atau kehilangan nilai. Modernisasi yang ideal menurut Islam bukan hanya kemajuan fisik atau teknologi, tetapi kemajuan yang membawa manfaat bagi semua, menjamin hak‐hak universal, bukan membuat ketimpangan sosial, atau merusak moral/lingkungan. Dengan demikian, agama relevan sebagai pengarah nilai supaya modernisasi menghasilkan masyarakat yang adil, inklusif, bermartabat. Agama dan modernisasi dalam artikel tersebut diposisikan sebagai dua hal yang bisa dan harus bersinergi jika kemajuan modern (ilmu, teknologi, sosial-politikal) dibingkai oleh nilai‐nilai agama (iman, keadilan, kemaslahatan, kemanusiaan). Relevansinya adalah bahwa agama menjaga agar modernisasi tidak melepaskan arah moral dan identitas, sementara modernisasi memberikan agama dan kehidupan keagamaan ruang untuk berkembang kontekstual di zaman sekarang. Dengan demikian, relevansi tersebut mencakup: -nilai-agama sebagai fondasi arah modernisasi, -modernisasi sebagai wahana untuk mewujudkan nilai-nilai agama dalam kehidupan nyata (kesejahteraan, keadilan, pengetahuan), -perlunya keseimbangan antara kemajuan dan nilai moral/spiritual.
Fatmawati
Jawaban UTS: Islam tidak bertentangan dengan modernisasi, justru memberi landasan moral dan spiritual agar kemajuan tidak lepas dari nilai kemanusiaan. Modernisasi dalam Islam bukan hanya soal teknologi dan sains, tetapi juga pembangunan moral, sosial, dan kesejahteraan umat yang sesuai dengan ajaran agama. Agama berperan sebagai pengarah dan pengendalian modernisasi agar tetap berpihak pada keadilan dan kemaslahatan (maqâshid syariah). Islam mendorong penggunaan akal dan ilmu pengetahuan, namun tetap menempatkan wahyu sebagai sumber kebenaran utama. Sejarah juga menunjukkan bahwa masyarakat Islam sejak masa Nabi sudah memiliki nilai-nilai modern seperti partisipasi, keadilan, dan kesetaraan.
Syifa angraini
Menurut saya modernisasi yang ideal adalah - Moralitas dan Spiritualitas: Rasionalisasi yang ditopang oleh iman kepada Tuhan, menolak sekularisme radikal. - Universalisme Islam: Menjamin keselamatan fisik, kebebasan beragama, perlindungan keluarga, hak milik, dan hak-hak warga negara. - Tanggung Jawab Etis: Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi harus selaras dengan tujuan syariah (maqashid syariah), tidak mengancam peradaban manusia, dan dapat dipertanggungjawabkan. - Keseimbangan Akal dan Wahyu: Mengakui bahwa akal (rasio) dapat menemukan kebenaran relatif, sementara wahyu memberikan petunjuk untuk kebenaran mutlak. Keduanya harus berjalan beriringan. - Kepemimpinan yang Berkualitas: Pemimpin dipilih berdasarkan kemampuan (kapabilitas) dan kredibilitas, bukan berdasarkan keturunan atau paksaan.
Muhammad Vikri
Jawaban UTS : Relevansi antara agama dan modernisasi terletak pada hubungan yang saling memengaruhi. Agama, khususnya Islam, berperan sebagai pedoman moral dan etika dalam menghadapi perubahan sosial, budaya, serta kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang muncul akibat proses modernisasi. Sementara itu, modernisasi menuntut agama untuk bersikap dinamis dengan melakukan penafsiran ulang ajaran (ijtihad) agar tetap relevan terhadap perkembangan zaman. Dengan demikian, agama berfungsi sebagai penyeimbang terhadap dampak negatif modernisasi, seperti sekularisasi dan materialisme, sedangkan modernisasi menjadi pendorong bagi agama untuk terus beradaptasi dan memberikan kontribusi positif bagi kehidupan masyarakat modern.
Fahtullah
Menurut saya Modernisasi yang ideal adalah ketika suatu zaman bisa menyatukan antara pengetahuan teknologi dan pengetahuan akan ajaran agama seimbang, supaya menjadi kesatuan. Dan jawaban uts : modernisasi yang ideal adalah ketika tidak adanya peru ndungan atau pun peperangan antara umat.
DZALFA PUTRI SYALIKA
JAWAB UTS: Relevansi agama Islam dan modernisasi menimbulkan dua respons yang berbeda dari umat Islam. Di satu sisi, kelompok tekstualis (seperti Salafi Wahabi pada perkembangan awal mereka) menolak mentah-mentah modernisasi, khususnya ilmu sains, karena dianggap dapat merusak akidah. Sebagai contoh, keyakinan ilmiah seperti bumi berputar ditolak karena dianggap bertentangan dengan pemahaman literal keagamaan, seperti keyakinan bahwa Allah turun ke langit bumi pada sepertiga malam terakhir. Pada intinya, bahwa modernisasi Islam bukanlah sekadar kemajuan sains dan teknologi. Relevansi utamanya terletak pada keterbukaan ajaran Islam yang universal dan sesuai dengan perkembangan zaman. Akan tetapi, modernisasi ini memiliki batasan yang jelas: ia tidak dibenarkan jika mengancam peradaban manusia, hanya mementingkan kelompok tertentu, atau melanggar Maqasid Syariah (jaminan keselamatan fisik, agama, keluarga, harta, dan warga). Jika kemajuan tersebut melanggar batasan ini, ia hanya dianggap sebagai kejahilian berbaju modern.
Maisya Ayuni Rahma
UTS Jadi, menurut saya, modernisasi yang ideal adalah kemajuan yang bertanggung jawab, yang memanusiakan, yang berkarakter, dan yang berakar pada nilai-nilai yang baik — bukan kemajuan yang hanya “lebih cepat, lebih canggih” tapi kehilangan arah. Di dalam konteks Islam, ini berarti modernisasi yang berpijak pada iman dan moral, yang mengakui akal dan sains, namun tetap tidak melepaskan wahyu atau nilai transenden.
KEYSHA DWI JULYANA
Jawaban UTS Menurut saya,Modernisasi yang ideal adalah proses transformasi yang holistik dan berkelanjutan, bukan sekadar adopsi teknologi dari Barat. Modernisasi harus meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan, menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan kesejahteraan sosial, dan memelihara nilai-nilai budaya.
Kafka Fatih Alhabsyi
Nama : Kafka Fatih Alhabsyi Kelas: Abi 1b Uts Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang bisa membawa kemajuan teknologi, ekonomi, dan sosial, tapi tetap tidak meninggalkan nilai-nilai budaya lokal dan lingkungan. Modernisasi sebaiknya membuat hidup lebih nyaman, adil, dan ramah lingkungan serta tetap memperkuat identitas bangsa. Masyarakat juga harus dilibatkan agar perubahan yang terjadi benar-benar membawa manfaat untuk semua, bukan hanya segelintir orang. Intinya: modern, tapi tetap berakar budaya, adil, dan ramah lingkungan.
NOVIA HARNI KURNIASIH
ABI 1B UTS AGAMA ISLAM Modernisasi yang Ideal dalam Islam Modernisasi yang ideal dalam Islam bukan sekadar kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, tetapi harus berpijak pada nilai-nilai tauhid, moral, dan kemanusiaan. Islam memandang bahwa akal manusia penting untuk mengembangkan ilmu, namun kebenaran mutlak tetap bersumber dari wahyu Allah. Modernisasi tidak sama dengan sekularisme atau westernisasi. Islam menerima modernisasi sejauh sejalan dengan ajaran agama, yaitu untuk mewujudkan kemaslahatan dan keadilan bagi seluruh umat manusia. Prinsip ini sejalan dengan tujuan maqasid syariah yang meliputi perlindungan terhadap agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Dalam kehidupan sosial-politik, Islam telah menunjukkan nilai-nilai modern sejak masa Nabi Muhammad SAW, seperti kesetaraan, partisipasi rakyat, dan kepemimpinan berdasarkan kemampuan, bukan keturunan. Dengan demikian, modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang menyatukan kemajuan ilmu pengetahuan dengan nilai spiritual dan moral, serta mendorong manusia untuk memakmurkan bumi tanpa meninggalkan tanggung jawabnya kepada Allah swt.
Neza anggriani 1B (uts)
Modernisasi yang ideal menurut saya adalah modernisasi yang mampu membawa kemajuan tanpa kehilangan jati diri bangsa dan nilai kemanusiaan. Artinya, kemajuan teknologi, ekonomi, dan sosial harus berjalan seimbang dengan moral, budaya, serta lingkungan.modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang selaras dengan nilai-nilai ajaran Islam, yaitu kemajuan yang membawa manfaat bagi umat manusia tanpa meninggalkan iman, akhlak, dan syariat. Salah satu ciri modernisasi yang ideal menurut saya: Berorientasi pada kemajuan manusia, bukan hanya materi. Modernisasi seharusnya meningkatkan kualitas hidup pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan bukan sekadar pertumbuhan ekonomi atau pembangunan fisik.
Aulia Muthma Innah-ABI 1B UTS
Modernisasi Islam bukan semata-mata meletakannya pada kemajuan saint dan teknologi yang sekarang telah menjadi ajang perlombaan di era digital. Islam meletakan modernisasi pada keterbukaan ajaran nya yang universal sesuai dengan perkembangan zaman. Modernisasi sebagai wujud kemerdekaan akal tidak bisa dibenarkan ketika temuan-temuan ilmu pengetahuan dan saint hanya sebatas untuk kepentingan secara kelompok dan mengabaikan kepentingan kelompok lain.
Najwa Risna Putri (UTS AGAMA)
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang membawa kemajuan tanpa menghilangkan nilai-nilai moral, budaya, dan keagamaan. Artinya, kemajuan teknologi, ekonomi, dan ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan sikap bijak, beretika, dan bertanggung jawab. Modernisasi yang ideal bukan hanya membuat hidup manusia lebih mudah dan cepat, tetapi juga meningkatkan kualitas manusia — baik dari segi pengetahuan, keimanan, maupun kepedulian sosial. Jadi, modernisasi yang ideal adalah kemajuan yang tetap menjaga keseimbangan antara kemajuan lahiriah dan nilai-nilai kemanusiaan serta spiritual.
NAMA:ARIRIN PERMADANI
UTS Jawaban:Modernisasi yang ideal adalah proses perubahan yang seimbang antara kemajuan teknologi, ekonomi, dan sosial dengan nilai-nilai spiritual dan moral. Beberapa aspek penting: Keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai spiritual Pengembangan sumber daya manusia Pemberdayaan masyarakat Keadilan sosial Penghormatan terhadap lingkungan Dalam konteks Islam, modernisasi yang ideal harus berdasarkan pada nilai-nilai seperti tauhid, keadilan, kemanfaatan, dan keseimbangan.
M. HIDAYAT
nama:m.hidayat kls:abi 1b jawaban uts:menurut saya modernisasi yang ideal itu ialah Avatar Vijianfaiz,PhD Penulis Kolom 237 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN " " Islam Dan Modernisasi TEACHING MATERIALS Minggu , 12 Oktober 2025 Telah dibaca : 512 Dalam berbagai diskusi, Islam sering dihadapkan pada persoalan klasik dari sebuah pertanyaan: “Apakah ajaran Islam relevan dengan modernisasi?”. Pertanyaan tersebut berangkat dari umat Islam sendiri dan sekaligus juga mendapat respon dari umat Islam sendiri. Bagi kelompok kaum tekstualis seperti salafi wahabi dalam perkembangan awal mereka menolak mentah-mentah terhadap ilmu sains dan eksakta. Mereka menganggap llmu-ilmu semacam itu menyesatkan akidah mereka. Seperti contoh bukuh berjudul Hidayah Al-Hairan Fi Mas’alati Ad-Dauran karya Abdul Karim Ibn Shalih Al-Hamid mengatakan bahwa keyakinan tentang bumi berputar itu merusak akidah. Pemahaman ini berlandaskan pada pemikiran bahwa Allah selalu turun ke langit bumi ini setiap sepertiga malam terakhir, menanti doa hamba-hamba-Nya. Jika bumi berputar, berarti Allah tidak naik-naik ke arasy (Abdul Karim al-Humaid). Bagi kelompok Islam modernis sebenarnya sama pada pijakan pemikirannya yaitu tauhid. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Nurcholish Madjid bahwa modernisasi ialah rasionalisasi yang ditopang oleh dimenasi-dimensi moral dengan berpijak pada prinsip iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi menolak westernisasi yaitu sebagai jalan sekularisme. Sekularisasi berbeda dengan sekularisme. Ia merupakan suatu ideologi tertutup berpandangan keduniaan yang menjauhkan diri dari agama. Sekularisasi yaitu menduniakan nilai-nilai semestinya bersfiat duniawi dan melepaskan umat Islam dari kecenderungan untuk “mengukhrawikan”-nya. Ia lebih memantapkan tugas manusia sebagai khalifah di bumi dan sekaligus memberikan pembenaran bagi adanya tanggung jawab manusia atas perbuatan-perbuatan itu dihadapan Tuhan” (Madjid, 2008). Modernisasi dalam islam tidak sama dengan rasionalisme, yaitu suatu paham yang mengakui kemutlakan rasio,sebagaimana yang dilakukan oleh kaum komunis. Orang yang menggunakan akal pikiran-rasio-adalah orang yang menggunakan akal pikirannya dengan sebaik-baiknya sehingga ia sanggup menemukan kebenaran, sampai merupakan kebenaran terakhir. Sedangkan dalam Islam rasio dapat menemukan kebenaran-kebenaran yang relative,sedangkan yang mutlak hanya dapat diketahui oleh manusia melalui sesuatu yang lain yang lebih tinggi dari rasioa, yaitu wahyu yang melahirkan agama-agama Tuhan, melalui nabi-nabi (Madjid, 2008). Nilai-nilai modernisasi dalam Islam sebagaimana dikatakan oleh Robert N Bellah sebagai berikut: “Tidak lagi dapat dipersoalkan bahwa di bawah (Nabi) Muhammad masyarakat arab telah membuat lompatan jauh ke depan dalam kecanggihan sosial dan kapasitas politik. Ketika struktur yang telah terbentuk di bahwa nabi dikembangkan oleh para khalifah pertama untuk menyediakan prinsip penyusunan suatu imperium dunia, hasilnya ialah sesuatu yang untuk masa dan tempat sangat modern. Ia modern dalam hal tingginya tingkat komitmen, keterlibatan dan partisipasi yang diharapkan dari kalangan rakyat jelata sebagai anggota masyarakat. Ia modern dalam keterbukaan kedudukan kepemimpinannya untuk dinilai kemampuan mereka menurut landasan-landasan universalistis dan dilambangkan dalam usaha melembagakan kepemimpinan tertinggi yang tidak bersifat turun-temurun” (Madjid, 2008). Modernisasi yang diungkapkan oleh Robert N Bellah menunjukan pada kehidupan sosial politik. Menurutnya ajaran tauhid sebagai bentuk pengakuan diri umat Islam kepada Tuhan nya telah memberikan dampak positif tumbuh nya nilai-nilai kebaikan universal di kalangan masyarakat pada masa Nabi Muhammad saw. Kalimat tauhid telah membentuk kesetaraan derajat umat Islam, adanya kontrol masyarakat hidup secara alamiah, dan tertutupnya potensi-potensi kekuasaan otoriter berdasarkan keturunan. Dari sini sistem sosial politik Islam menghendaki seorang pemimpin lahir berdasarkan kualitas, kapabilitas, kredibilitas dan profesionalitas dengan tidak melihat latarbelakang nya. semua mempunyai hak sama untuk memilih dan dipilih. Sebab manusia dihargai oleh amal perbutannya, bukan karena keturunannya. Dari sini sebenarnya, Islam sangat menolak kediktatoran yang menggambarkan dari pemerintahan tidak memberikan kelonggaran kepada masyarakat untuk berbeda pendapat secara luas dan menetapkan dengan penguasa (Wahid, Sekadar Mendahului, 2011).
Nur Juwisya ABI 1B (UTS)
Menurut saya : Modernisasi ideal adalah proses perubahan sosial dan ekonomi yang seimbang, yang tidak hanya fokus pada kemajuan teknologi dan ekonomi, tetapi juga memperhatikan aspek sosial, budaya, dan lingkungan. Beberapa ciri modernisasi ideal adalah: 1. Seimbang: Modernisasi ideal tidak hanya fokus pada satu aspek, seperti ekonomi atau teknologi, tetapi juga memperhatikan aspek sosial, budaya, dan lingkungan. 2. Berkelanjutan: Modernisasi ideal harus berkelanjutan, artinya tidak hanya memperhatikan kebutuhan saat ini, tetapi juga mempertimbangkan kebutuhan generasi masa depan. 3. inklusif : Modernisasi ideal harus inklusif, artinya semua lapisan masyarakat harus dapat menikmati manfaat modernisasi, tidak hanya segelintir orang. 4. partisipatif : Modernisasi ideal harus partisipatif, artinya semua lapisan masyarakat harus dapat berpartisipasi dalam proses pengambilan keputusan dan implementasi modernisasi. 5. *Menghormati budaya*: Modernisasi ideal harus menghormati budaya dan tradisi lokal, tidak hanya mengadopsi budaya luar tanpa mempertimbangkan konteks lokal. Dalam konteks Indonesia, modernisasi ideal dapat diartikan sebagai proses perubahan sosial dan ekonomi yang seimbang, yang memperhatikan aspek sosial, budaya, dan lingkungan, serta menghormati keanekaragaman budaya dan tradisi lokal.
NABILA ALZENA ABI 1B UTS
Menurut saya, modernisasi yang ideal dalam Islam adalah modernisasi yang tetap berpegang pada nilai-nilai tauhid dan moral keagamaan, bukan hanya mengejar kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi semata. Modernisasi yang ideal bukan berarti meniru Barat (westernisasi) atau menjauh dari agama (sekularisme), tetapi memanfaatkan akal dan ilmu pengetahuan secara rasional dengan tetap berpijak pada wahyu dan ajaran Islam. Seperti yang dikatakan Nurcholish Madjid, modernisasi dalam Islam adalah rasionalisasi yang disertai nilai-nilai iman kepada Tuhan, bukan menjauh dari agama. Modernisasi juga berarti membangun kehidupan sosial dan politik yang adil, terbuka, dan menghargai kesetaraan manusia, sebagaimana dicontohkan pada masa Nabi Muhammad SAW — di mana pemimpin dipilih berdasarkan kualitas dan akhlaknya, bukan keturunan. Selain itu, modernisasi ideal dalam Islam juga harus berorientasi pada kemaslahatan umat manusia (maqasid syariah), yaitu menjaga agama, jiwa, akal, keturunan, dan harta. Ilmu pengetahuan dan teknologi harus digunakan untuk kebaikan dan keselamatan universal, bukan untuk merusak atau menindas pihak lain. Jadi, modernisasi yang ideal dalam Islam adalah perpaduan antara kemajuan akal dan teknologi dengan nilai spiritual, moral, dan kemanusiaan. Islam menekankan bahwa kemajuan sejati adalah kemajuan yang membawa manusia lebih dekat kepada Tuhan dan bermanfaat bagi seluruh umat.
Ox'sta fia ramadani ABI 1B UTS
Nama :Ox'sta Fia Ramadani kelas: ABI 1B UTS Modernisasi yang ideal merupakan proses perubahan menuju kehidupan yang lebih maju dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya, moral, dan kemanusiaan. Modernisasi tidak hanya berkaitan dengan kemajuan teknologi atau ekonomi, tetapi juga mencakup peningkatan kualitas sumber daya manusia, seperti pendidikan, etika, dan kesejahteraan sosial. Masyarakat yang modern seharusnya mampu berpikir kritis, terbuka terhadap perubahan, dan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik tanpa melupakan akar budaya dan tradisi yang telah diwariskan. Selain itu, modernisasi yang ideal juga harus bersifat adil, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Kemajuan tidak boleh hanya dinikmati oleh segelintir orang, melainkan harus dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Prinsip keadilan sosial, kesetaraan gender, serta kepedulian terhadap kelestarian alam perlu menjadi dasar dalam setiap langkah pembangunan. Dengan demikian, modernisasi yang ideal bukan hanya tentang kemajuan fisik dan material, tetapi juga tentang pembentukan masyarakat yang beretika, berbudaya, dan bertanggung jawab terhadap masa depan.
RAHMA NUR AZIZAH (UTS)
Menurut saya, Modernisasi yang ideal adalah proses perubahan yang seimbang antara kemajuan teknologi, ekonomi, dan sosial, dengan tetap memperhatikan nilai-nilai budaya dan kemanusiaan. Berikut beberapa aspek penting: 1. Peningkatan Kualitas Hidup: Modernisasi harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat, seperti akses pendidikan, kesehatan, dan lapangan kerja yang layak. 2. Kemajuan Teknologi yang Berkelanjutan: Mengadopsi teknologi terbaru untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, namun tetap mempertimbangkan dampak lingkungan dan sosial. 3. Pengembangan Sumber Daya Manusia: Meningkatkan kemampuan dan keterampilan masyarakat agar dapat beradaptasi dengan perubahan zaman. 4. Keadilan Sosial: Menjamin distribusi manfaat modernisasi yang adil dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat. 5. Pelestarian Budaya: Mengembangkan dan melestarikan budaya lokal, serta mempromosikan keragaman budaya dalam era globalisasi. 6. Partisipasi Aktif Masyarakat: Melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan untuk memastikan kebutuhan dan aspirasi mereka terwakili. Dengan demikian, modernisasi yang ideal dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara berkelanjutan dan berkeadilan.
BAMBANG PURNOMO ABI1B UTS
Modernisasi yang ideal adalah proses perubahan yang seimbang antara kemajuan teknologi, ekonomi, dan sosial, tanpa mengorbankan nilai-nilai budaya dan kemanusiaan. Berikut beberapa aspek yang perlu diperhatikan: 1. Keseimbangan antara kemajuan teknologi dan nilai-nilai budaya: Modernisasi tidak harus berarti meninggalkan nilai-nilai budaya dan tradisi yang baik. 2. Pembangunan ekonomi yang berkelanjutan: Modernisasi harus membawa manfaat ekonomi yang berkelanjutan dan merata bagi seluruh masyarakat. 3. Peningkatan kualitas hidup: Modernisasi harus meningkatkan kualitas hidup masyarakat, termasuk akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan layanan dasar lainnya. 4. Partisipasi aktif masyarakat: Masyarakat harus dilibatkan dalam proses modernisasi untuk memastikan bahwa perubahan yang terjadi sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi mereka. 5. Keadilan sosial: Modernisasi harus membawa keadilan sosial dan mengurangi kesenjangan antara kelompok masyarakat. Dengan demikian, modernisasi yang ideal adalah proses perubahan yang holistik, berkelanjutan, dan berkeadilan, serta memperhatikan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Nur Zahwa Dwi Rahma Dina
Nim: 5404250038 kelas : ABI 1b Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah disaat kemajuan zaman bisa berjalan seiring dengan tetap menjaga nilai-nilai budaya dan kemanusiaan. Jadi, bukan hanya soal teknologi yang canggih atau ekonomi yang maju, tapi juga tentang bagaimana masyarakat tetap beretika, adil, dan peduli pada sesama.Modernisasi yang baik juga harus menjaga jati diri bangsa, tidak membuat kesenjangan sosial, serta tetap memperhatikan lingkungan agar pembangunan bisa berkelanjutan. Selain itu, pendidikan dan kreativitas masyarakat juga penting supaya kita bisa maju tanpa kehilangan arah.
ALISA SUHANA (ABI 1B,UTS)
Menurut saya,modernisasi yang ideal adalah perubahan menuju kehidupan yang lebih maju tanpa meninggalkan nilai-nilai baik yang sudah ada. Artinya, kita bisa memanfaatkan teknologi, ilmu pengetahuan, dan cara berpikir modern untuk membuat hidup lebih mudah, efisien, dan terbuka, tapi tetap menjaga budaya, moral, dan rasa kemanusiaan Contohnya, kita bisa memakai internet untuk belajar dan bekerja, tapi tetap harus bijak, sopan, dan tidak kehilangan empati terhadap orang lain. Jadi, modernisasi yang ideal itu bukan hanya soal kemajuan teknologi, tapi juga kemajuan sikap dan cara berpikir manusia agar tetap beradab dan peduli satu sama lain.
Noviria Safitri
NIM:5404250126 Kelas:ABI 1B SOAL UTS AGAMA JAWABAN: Modernisasi yang ideal menurut saya adalah proses transformasi yang holistik dan berkelanjutan, dengan fokus pada peningkatan kualitas hidup seluruh lapisan masyarakat, serta tetap menghargai dan melestarikan nilai-nilai budaya lokal.
SINDI, UTS kelas ABI 1B
Modernisasi yang ideal itu bukan cuma tentang canggihnya teknologi, tapi juga tentang bagaimana kita pakai kecanggihan itu tanpa kehilangan jati diri. Intinya, kita maju tapi tetap berakar. Modernisasi Islam bukan semata-mata meletakannya pada kemajuan saint dan teknologi yang sekarang telah menjadi ajang perlombaan di era digital. Islam meletakan modernisasi pada keterbukaan ajaran nya yang universal sesuai dengan perkembangan zaman. Modernisasi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional juga berlaku pada aspek ilmu pengetahuan. Pemikiran kaum intelektual Islam seperti Ibn Rusyd ini yang diserap oleh orang-orang Yahudi dan Kristen Eropa Barat, kemudian bangkit kembali dengan lahirnya Universitas Paris, laluberkembang menjadi salah satu bahan pokok kebangkitan intelektual mereka, dan seterusnya ikut menentukan warna dan bentuk hubungan lebih lanjut antara dunia Barat dan Kristen itu dengan dunia timur yang Islam. Modernisasi sebagai wujud kemerdekaan akal tidak bisa dibenarkan ketika temuan-temuan ilmu pengetahuan dan saint hanya sebatas untuk kepentingan secara kelompok dan mengabaikan kepentingan kelompok lain. Padahal Islam menekankan adanya keselamatan universal dalam keberagaman. Penemuan-penemuan yang bersifat saintifik harus bisa dipertanggungjawabkan dengan tidak melanggar maqasih-maqasih syariah yang disebutkan di atas. Jika terjadi pelanggaran, Kemajuan saint dan teknologi tersebut justru menjadi wujud kejahilian berbaju modern.
fitra nur nur annisa
uts modernisasi yang ideal adalah proses kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tetap berlandaskan pada nilai nilai islam modernisasi tidak hanya tentang mengikuti perkembangan zaman tetapi juga harus sejalan dengan prinsip tauhid moral dan tanggung jawab manusia kepada tuhan islam menerima perubahan selama tidak bertentangan dengan ajaran syariah dan selalu menjaga keseimbangan antara akal ilmu serta nilai nilai spiritual agar kemajuan yang dicapai dapat membawa manfaat bagi seluruh umat manusia tanpa mengabaikan nilai kemanusiaan dan keimanan
TAUFIK HIDAYAT
Kelas: 1B ABI UTS AGAMA NIM:5404250066 Dari pandangan Islam, modernisasi yang ideal adalah proses pembangunan dan kemajuan yang berlandaskan pada prinsip-prinsip ajaran Islam. Ini berarti bahwa modernisasi haruslah: - Berorientasi pada Keseimbangan: Mencari keseimbangan antara kemajuan duniawi (materi) dan spiritual (akhlak). Tidak hanya mengejar kemajuan teknologi dan ekonomi, tetapi juga memperkuat nilai-nilai agama, moral, dan etika. - Berkeadilan: Memastikan bahwa manfaat modernisasi dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat, tanpa adanya diskriminasi atau kesenjangan sosial yang berlebihan. Ini mencakup akses yang sama terhadap pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan sumber daya lainnya. - Berkelanjutan: Mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap lingkungan dan generasi mendatang. Pembangunan harus dilakukan dengan cara yang bertanggung jawab, menjaga kelestarian alam, dan menghindari kerusakan lingkungan yang tidak dapat diperbaiki. - Bermoral: Mendasarkan setiap tindakan dan kebijakan pada prinsip-prinsip moralitas Islam, seperti kejujuran, keadilan, kasih sayang, dan tanggung jawab. Menghindari praktik-praktik korupsi, penindasan, dan eksploitasi. - Berilmu: Mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia. Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan dan mendorong umatnya untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Implementasi dalam Konteks Indonesia: Di Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, modernisasi ideal dapat diwujudkan dengan: - Mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam sistem pendidikan, ekonomi, politik, dan sosial. - Mendorong pengembangan ekonomi syariah yang adil dan berkelanjutan. - Memperkuat lembaga-lembaga keagamaan sebagai pusat pengembangan moral dan etika. - Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, dengan memperhatikan aspirasi dan nilai-nilai Islam. Dengan demikian, modernisasi yang ideal dari pandangan Islam adalah proses pembangunan yang tidak hanya mengejar kemajuan materi, tetapi juga memperkuat nilai-nilai spiritual, moral, dan etika, serta memastikan keadilan dan keberlanjutan bagi seluruh masyarakat.
Difa Juita Fahira 1B (UTS)
Modernisasi yang ideal dalam Islam adalah modernisasi yang menempatkan akal dan wahyu secara seimbang. Akal digunakan untuk mengembangkan sains, teknologi, dan kemajuan sosial, tetapi tetap dipandu oleh wahyu agar tidak menyimpang dari nilai kemanusiaan dan moral. Modernisasi juga harus membangun sistem sosial-politik yang adil, partisipatif, dan menolak kediktatoran—sebagaimana teladan masa Nabi dan Khulafā’ Rāsyidīn, ketika kepemimpinan ditentukan oleh kualitas, bukan keturunan. Selain itu, modernisasi ideal menghormati maqāshid al-syarī’ah, yakni menjaga jiwa, agama, akal, keturunan, dan harta. Artinya, kemajuan ilmu dan teknologi tidak boleh menimbulkan kerusakan, penindasan, atau ketidakadilan. Dengan prinsip ini, modernisasi tidak hanya mengejar kemajuan material, tetapi juga membangun peradaban yang berakhlak, sejahtera, dan memuliakan martabat manusia.
Difa Juita Fahira 1B (UTS)
Modernisasi yang ideal dalam Islam adalah modernisasi yang menempatkan akal dan wahyu secara seimbang. Akal digunakan untuk mengembangkan sains, teknologi, dan kemajuan sosial, tetapi tetap dipandu oleh wahyu agar tidak menyimpang dari nilai kemanusiaan dan moral. Modernisasi juga harus membangun sistem sosial-politik yang adil, partisipatif, dan menolak kediktatoran—sebagaimana teladan masa Nabi dan Khulafā’ Rāsyidīn, ketika kepemimpinan ditentukan oleh kualitas, bukan keturunan. Selain itu, modernisasi ideal menghormati maqāshid al-syarī’ah, yakni menjaga jiwa, agama, akal, keturunan, dan harta. Artinya, kemajuan ilmu dan teknologi tidak boleh menimbulkan kerusakan, penindasan, atau ketidakadilan. Dengan prinsip ini, modernisasi tidak hanya mengejar kemajuan material, tetapi juga membangun peradaban yang berakhlak, sejahtera, dan memuliakan martabat manusia.
Tirta Nurjanah_UTS_ABI 1B
Moderasi yang ideal adalah proses kemajuan yang membawa manfaat bagi setiap masyarakat tanpa menghilangkan nilai budaya dan moral.Dalam moderasi yang baik teknologi dalam ilmu pengetahuan dimanfaatkan untuk untuk meningkatkan kesejahteraan,pendidikan,serta kualitas hidup.Namun kemajuan tersebut tetap harus dijalankan secara adil,menjaga lingkungan,dan mempertahan kan jati diri serta kearifan lokal bangsa.
Nashwa Deabiy Ryzandasyah
Kelas: ABI 1B UTS Menurut saya modernisasi yang ideal adalah proses yang seimbang, di mana kemajuan material berjalan seiring dengan penguatan nilai-nilai luhur, identitas budaya, dan kohesi sosial. Jika Modernisasi dalam islam tidak sama dengan rasionalisme, yaitu suatu paham yang mengakui kemutlakan rasio,sebagaimana yang dilakukan oleh kaum komunis.
UTS Shuja Keira 1B
UTS Shuja Keira 1B ABI NIM: 5404250094 modernisasi ialah rasionalisasi yang ditopang oleh dimenasi-dimensi moral dengan berpijak pada prinsip iman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi menolak westernisasi yaitu sebagai jalan sekularisme, Ajaran Islam tidak membenarkan ketika ilmu pengetahuan dan teknologi mengancam peradaban manusia. semua mempunyai hak sama untuk memilih dan dipilih. Sebab manusia dihargai oleh amal perbutannya, bukan karena keturunannya.
TIA NATASYA _1B_UTS
Modernisasi yang ideal dalam Islam adalah mengadopsi kemajuan zaman dan teknologi dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai inti Islam, seperti rasionalitas, keadilan, dan moralitas. Ini berarti memilah aspek positif dari budaya modern (seperti sains dan teknologi) dan menolaknya jika bertentangan dengan prinsip Islam, seperti sekularisme radikal, hedonisme, dan praktik yang tidak bermoral. Tujuannya adalah menjadikan Islam lebih relevan dan dapat berkontribusi positif di era modern, bukan menjauhkannya dari ajaran agama.
Rosita
Nama :Rosita Kelas ABI 1 B Pendekatan terhadap tuhan yg maha esa sangat penting tetapi sebagian ummat muslim tidak memperdulikan dan terkadang manusia hanya menganggap
nisya febriani putri
Menurut saya, modernisasi yang ideal adalah modernisasi yang mampu membawa kemajuan teknologi, ekonomi, dan sosial tanpa menghilangkan nilai-nilai moral, budaya, dan keagamaan. Artinya, masyarakat dapat memanfaatkan kemajuan zaman untuk meningkatkan kesejahteraan, pendidikan, dan efisiensi kerja, tetapi tetap menjaga identitas bangsa, gotong royong, serta rasa kemanusiaan. Jadi, modernisasi yang ideal adalah perpaduan antara kemajuan materi dan keluhuran budi pekerti agar pembangunan berjalan seimbang dan berkelanjutan.
DEA MANDELA
Modernisasi yang ideal adalah kemajuan ilmu, teknologi, dan sosial yang tetap berlandaskan nilai moral, agama, dan budaya. Artinya, maju secara rasional dan terbuka, tetapi tidak meninggalkan iman, keadilan, serta identitas bangsa.
Marcshella zarides
Modernisasi yang ideal menurut pandangan Islam adalah modernisasi yang bersifat rasionalisasi, yaitu proses berpikir dan bertindak secara akal dan efisien tanpa mengabaikan nilai-nilai agama Islam. Modernisasi ini bukan westernisasi yang sekular dan menjauhkan manusia dari Tuhan, melainkan sebuah pembaruan yang sesuai dengan hukum alam dan nilai-nilai Islam. Islam memandang modernisasi sebagai suatu kewajiban untuk meningkatkan daya guna manusia dalam berpikir dan bekerja secara maksimal dengan tetap berpegang pada ajaran Al-Quran dan Hadis. Modernisasi ideal juga berarti menggabungkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan keimanan, sehingga umat Islam mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa kehilangan jati diri dan nilai spiritualnya.
Bersatu Dalam Keberagaman; Gilad Atzmon Orang Yahudi yang Membela Palestina
06 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   657
Nilai-Nilai Dasar Politik
29 September 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   354
Akidah Syi’ah-1
29 September 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   200
Islam Indonesia
21 September 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   493
Obyek Fiqh Siyasah
20 September 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   247
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10395
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3201
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120