
Bulan Dzulhijah memang penuh berkah
bagi keluarga besar STAIN Bengkalis. Pertama, perubahan status dari STAIN Bengkalis
menjadi IAIN Datuk Laksemana. Kedua, akreditas prodi PAI mendapatkan nilai
unggul. Berkah ini karena kerja tim. Tidak ada yang hebat sendiri. Semua hebat.
Ronaldo dan Messi hebat. Mereka harus
berterima kasih kepada tukang bawa air mineral[waterboy]. Jika tidak ada petugas
bawa air, Ronaldo dan Messi tidak ada apa-apanya.
Ada pahlawan yang terlihat di mata
dan berjuang mati-matian. Itu pahlawan mashur. Ada pahlawan
dibelakang layar. Itu pahlawan mastur.
Tidak nampak, tapi sangat efektif membuat strategi perang bisa berhasil. Karena
mastur, ia tidak perlu disanjung, tidak mau disebut namanya, tidak mau
diabadikan kebaikannya. Dalam kajian ranah kaum sufi, sebagai wali mastur.
Keberadaannya sangat berpengaruh menjaga stabilitas nasional agar “goro-goro”
kejadian semrawut nya dunia tetap terjaga keseimbangannya. Walhasil,
kita semua pahlawannya pada bidang masing-masing.
Informasi dari Mas Johan Andriasgo dan
para kepala suku tiga jurusan [Mas Mansur, Mas Fariq dan Mas Reno], masih ada
beberapa prodi yang antri untuk akreditasi. Secara matematik, ada beberapa
prodi yang memungkinkan untuk unggul di jurusan tarbiyah dan syariah. Untuk dakwah
baik sekali atau sangat baik.Tetap semua membutuhkan proses yang berliku-liku,
berkelok-kelok, ada jalan turun, mendaki, gratul-gratul yang kadang
membuat lecet telapak kaki, dan kepala berkunang-kunang [mungkin terlalu
sering ngurus akreditasi, lupa disentuh istri]. Lagi-lagi kita sebagai orang
beriman tetap percaya dan optimis, Allah selalu mendengar tangisan perjuangan
hamba-hamba-Nya. Hanya Tuhan yang mampu membolak-balikan makna kesuksesan tadi.
Manusia untuk ikhtiar secara terus-menerus.
Saya optimis dan sering berkata
kepada teman-teman di atas, bahwa kita sebenarnya hebat-hebat. Tapi kehebatan
yang masih terpendam. Karena jam terbang masih kurang. Saya kadang keliling
melihat wajah-wajah tanpa kenal lelah [tapi kenal lapar] melototi borang dan adminstrasi
lainnya.
Saya tahu mereka pusing mikir kerjasama
pengabdian internasional dan penelitian internasional. Saya tidak mikir dan
tidak pusing. Saya hanya bingung. Tapi sebentar saja. Daripada bingung terus,
saya pegang tasbih tangan sebelah kanan dan pegang HP tangan sebelah kiri. Sambil
tidur nontor film korea. Kadang film saolin soccer.
Itu yang saya lakukan. Selesai nonton
film, saya menulis buku dan artikel. Sudah ada empat buku terbit tahun 2025. Insya
Allah bulan Juni ini terbit satu lagi. Insya Allah juga terbit jurnal
internasional.
Semua saya lakukan sebagai ikhtiar
kecil-kecilan. Mungkin bisa membantu karya-karya ku yang tidak terlalu serius
ini. Saya memang tidak mau serius, agar hasilnya serius.
Alhamdulillah, saya melihat di sinta
dan google scholar dosen-dosen muda sudah sangat baik citasinya. Mereka sangat
progresif. Saya sebagai dosen yang membingungkan, tidak muda dan tidak tua. Posisi
yang tidak perlu serius berkarya. Hanya sebatas sebagai penyemangat yang muda[
masa sih, dosen membingungkan sebagai penyemangat? Jangan-jangan malah bingung
semua, hehehe].
Walhasil, prodi PAI telah meraih
akreditasi unggul. Prestasi yang luarbiasa. Semakin tinggi prestasi, semakin
tawadhu. Tidak boleh melupakan orang-orang yang telah berjasa baik yang mashur
maupun yang mastur. Minimal kirim doa untuk kebaikan mereka.
Sebagai penutup, saya mendapat
telpon dari hamba Allah. Ia menangis. Bukan sedih tapi gembira atas
keberhasilan meraih unggul. Dengan segala kerendahan hati, ia mengucapkan
terima kasih kepada ku atas segala bantuan dari ku. Saya kaget. Ia memang hamba
yang unik. Ia mashur dan juga mastur. Itu tanda bagian dari sifat
tawadhu.
Hari berikutnya, ada lagi yang
menelpon. Menangis juga. tapi bukan dosen dan bukan juga persoalan akreditasi. Ia
menangis karena tidak mendapatkan kupon daging kurban. Orang itu adalah
istriku.
Saya datang menemuinya dan berkata: “Sabar
sayang, sudahlah jangan menangis. Kita berdua sama-sama belum mendapatkan kupon.
Mudah-mudahan nanti malam kita dapat dagingnya, meskipun tidak dapat kuponnya”.
Istriku berhenti menangis. Malah tersenyum
sambil mencubit tangan ku dengan sangat keras. Sakit, tapi saya pun ikut
tersenyum.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
M.rizuansyah
Berkah selalu
Bom Molotov, Sekolah dan Jiwa-Jiwa Merana
08 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   148
Asma Mustafa: Pendidikan Sebagai Ruh Kehidupan
11 Juni 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   513
Akreditas Unggul dan Akreditasi Subtansional
16 April 2025   Oleh : Imam Ghozali   726
Lupa Membersihkan Kaca
11 Februari 2025   Oleh : Imam Ghozali   653
Memadukan Dua Kutub Yang Berbeda
09 Oktober 2024   Oleh : Imam Ghozali   748
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10386
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3199
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2254
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120