Avatar

Vijianfaiz,PhD

Penulis Kolom

250 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Akreditasi Unggul, PAI Pembuka Kunci Sukses Prodi-Prodi Lain



Minggu , 08 Juni 2025



Telah dibaca :  752

Bulan Dzulhijah memang penuh berkah bagi keluarga besar STAIN Bengkalis. Pertama, perubahan status dari STAIN Bengkalis menjadi IAIN Datuk Laksemana. Kedua, akreditas prodi PAI mendapatkan nilai unggul. Berkah ini karena kerja tim. Tidak ada yang hebat sendiri. Semua hebat. Ronaldo dan Messi hebat. Mereka  harus berterima kasih kepada tukang bawa air mineral[waterboy]. Jika tidak ada petugas bawa air, Ronaldo dan Messi tidak ada apa-apanya.

Ada pahlawan yang terlihat di mata dan berjuang mati-matian. Itu pahlawan mashur. Ada pahlawan dibelakang  layar. Itu pahlawan mastur. Tidak nampak, tapi sangat efektif membuat strategi perang bisa berhasil. Karena mastur, ia tidak perlu disanjung, tidak mau disebut namanya, tidak mau diabadikan kebaikannya. Dalam kajian ranah kaum sufi, sebagai wali mastur. Keberadaannya sangat berpengaruh menjaga stabilitas nasional agar “goro-goro” kejadian semrawut nya dunia tetap terjaga keseimbangannya. Walhasil, kita semua pahlawannya pada bidang masing-masing.

Informasi dari Mas Johan Andriasgo dan para kepala suku tiga jurusan [Mas Mansur, Mas Fariq dan Mas Reno], masih ada beberapa prodi yang antri untuk akreditasi. Secara matematik, ada beberapa prodi yang memungkinkan untuk unggul di jurusan tarbiyah dan syariah. Untuk dakwah baik sekali atau sangat baik.Tetap semua membutuhkan proses yang berliku-liku, berkelok-kelok, ada jalan turun, mendaki, gratul-gratul yang kadang membuat lecet telapak kaki, dan kepala berkunang-kunang [mungkin terlalu sering ngurus akreditasi, lupa disentuh istri]. Lagi-lagi kita sebagai orang beriman tetap percaya dan optimis, Allah selalu mendengar tangisan perjuangan hamba-hamba-Nya. Hanya Tuhan yang mampu membolak-balikan makna kesuksesan tadi. Manusia untuk ikhtiar secara terus-menerus.

Saya optimis dan sering berkata kepada teman-teman di atas, bahwa kita sebenarnya hebat-hebat. Tapi kehebatan yang masih terpendam. Karena jam terbang masih kurang. Saya kadang keliling melihat wajah-wajah tanpa kenal lelah [tapi kenal lapar] melototi borang dan adminstrasi lainnya.

Saya tahu mereka pusing mikir kerjasama pengabdian internasional dan penelitian internasional. Saya tidak mikir dan tidak pusing. Saya hanya bingung. Tapi sebentar saja. Daripada bingung terus, saya pegang tasbih tangan sebelah kanan dan pegang HP tangan sebelah kiri. Sambil tidur nontor film korea. Kadang film saolin soccer.

Itu yang saya lakukan. Selesai nonton film, saya menulis buku dan artikel. Sudah ada empat buku terbit tahun 2025. Insya Allah bulan Juni ini terbit satu lagi. Insya Allah juga terbit jurnal internasional.

Semua saya lakukan sebagai ikhtiar kecil-kecilan. Mungkin bisa membantu karya-karya ku yang tidak terlalu serius ini. Saya memang tidak mau serius, agar hasilnya serius.

Alhamdulillah, saya melihat di sinta dan google scholar dosen-dosen muda sudah sangat baik citasinya. Mereka sangat progresif. Saya sebagai dosen yang membingungkan, tidak muda dan tidak tua. Posisi yang tidak perlu serius berkarya. Hanya sebatas sebagai penyemangat yang muda[ masa sih, dosen membingungkan sebagai penyemangat? Jangan-jangan malah bingung semua, hehehe].

Walhasil, prodi PAI telah meraih akreditasi unggul. Prestasi yang luarbiasa. Semakin tinggi prestasi, semakin tawadhu. Tidak boleh melupakan orang-orang yang telah berjasa baik yang mashur maupun yang mastur. Minimal kirim doa untuk kebaikan mereka.

Sebagai penutup, saya mendapat telpon dari hamba Allah. Ia menangis. Bukan sedih tapi gembira atas keberhasilan meraih unggul. Dengan segala kerendahan hati, ia mengucapkan terima kasih kepada ku atas segala bantuan dari ku. Saya kaget. Ia memang hamba yang unik. Ia mashur dan juga mastur. Itu tanda bagian dari sifat tawadhu.

Hari berikutnya, ada lagi yang menelpon. Menangis juga. tapi bukan dosen dan bukan juga persoalan akreditasi. Ia menangis karena tidak mendapatkan kupon daging kurban. Orang itu adalah istriku.

Saya datang menemuinya dan berkata: “Sabar sayang, sudahlah jangan menangis. Kita berdua sama-sama belum mendapatkan kupon. Mudah-mudahan nanti malam kita dapat dagingnya, meskipun tidak dapat kuponnya”.

Istriku berhenti menangis. Malah tersenyum sambil mencubit tangan ku dengan sangat keras. Sakit, tapi saya pun ikut tersenyum.



Penulis : Vijianfaiz,PhD


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


Avatar

M.rizuansyah

Berkah selalu

   Berita Terkait

Bom Molotov, Sekolah dan Jiwa-Jiwa Merana
08 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   148

Asma Mustafa: Pendidikan Sebagai Ruh Kehidupan
11 Juni 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   513

Akreditas Unggul dan Akreditasi Subtansional
16 April 2025   Oleh : Imam Ghozali   726

Lupa Membersihkan Kaca
11 Februari 2025   Oleh : Imam Ghozali   653

Memadukan Dua Kutub Yang Berbeda
09 Oktober 2024   Oleh : Imam Ghozali   748

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10386


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3199


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120