Avatar

Vijianfaiz,PhD

Penulis Kolom

250 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Balon di Hari Guru dan Pidato Jokowi



Minggu , 26 November 2023



Telah dibaca :  761

Faiz anak ku yang masih sekolah di TK nol besar, kadang menyanyikan lagu Balonku Ada Lima. Meskipun bicara nya belum begitu fasih, tapi jika pas pada lirik “door…!!!”, dia semangat sekali. Sangat keras dan penuh semangat. Namanya juga anak-anak. Meskipun lagu Balonku Ada Lima tergolong lagu sedih (masa sih, meletus kok bahagia), tapi mereka menyanyikan dengan riang gembira. Gurunya pun sangat bahagia melihat penampilan muridnya. Jadi antara guru dan muridnya tidak menjiwai sama sekali subtansi lagu tersebut. Saya kadang berfikir, mungkin asyik juga menyanyikan lagu Balonku Ada Lima dengan penuh penghayatan seperti saat para murid menyanyikan lagu “Hymne Guru”. Mau coba?  

Bagaimana jika Balon dipegang oleh para guru?. Ada kisah sedih dari video kiriman @Radio Elshinta. Sekelompok ibu-ibu guru SDN 1 Cimuning, Mustkajaya, Bekasi sedang merayakan Hari Guru (Sabtu, 25/11/2023). Mereka kemungkinan berkumpul dan ingin meledakan beberapa Balon. Tujuannya agar acara tersebut terlihat meriah. Ternyata di luar dugaan,  ledakan sangat keras dan mengeluarkan Api. Ini Balon Gas yang mudah terbakar karena kemungkinan mengandung Karbit (Asetilena), Propana/Butana (LPG) dan Hydrogen yang bisa membahayakan orang terkena. Ledakan kuat. Benda-benda kecil bisa terlempar sangat cepat, sehingga bisa melukai muka, mata dengan jarak dekat. Di Video tersebut juga menayangkan seorang Ibu dilarikan ke Puskesmas setempat untuk mendapatkan perawatan intensif.

Bahan seperti Karbit memang sering digunakan di Kampung-Kampung masa lalu untuk membuat Meriam Bambu oleh anak-anak. Caranya Karbit di masukan ke dalam Bambu yang telah dipotong ukuran setengah meter. Ujung sebelah bambu dilubangi, sedang ujung satunya lagi tidak. Tapi sisi Bambu yang tertutup dibuat lubang sebesar jempol tangan. Lubang itu digunakan untuk memasukan Karbit dan Air. Beberapa menit kemudian ditutup agar Gas terkumpul di dalamnya. Setelah beberapa menit kemudian, dibuka dan ditempel Api pada bibir lubang tersebut. Maka menghasilkan suara ledakan keras. Dari ujung Bambu keluar Asap dan Api.

Salah satu korban saat itu teman saya (saat kami sama-sama berumur sekitar 10-an tahun. Masih generasi Gen X). Nama nya Nurfangil. Ceritanya begini. Saat saya sudah memasukan Air dan Karbit ke dalam Bambu dan lubang sudah saya tutup, saya memerintah Nurfangil untuk mendengarkan suara Karbit dari ujung Bambu yang terbuka. Tujuannya untuk memastikan bahwa suaranya sudah semakin mengecil. Jika sudah kecil berarti tekanan Gas sangat kuat. Sehingga potensi suara dan ledakan sangat besar. Saat Nurfangil meletakan telinganya diujung Bambu, saya buka tutup lubang yang diatas, dan nyalakan Api pada lubang kecil tersebut. “Duaar!!!. Rambut Kepala sebelah kanan Nurfangil terbakar. Dia sangat marah dan menempeleng ku sangat keras. Akhirnya kami berdua sama-sama sakit. Nurfangil sakit karena rambutnya terbakar, saya sakit karena ditempeleng olehnya.

Kembali lagi pada persoalan Balon tersebut. Saya melihat video yang beredar di Media Sosial adalah acara peringatan Hari Guru di lapangan terbuka. Para muridnya secara langsung melihat kejadian tersebut. Tanggapan netizen yang melihatnya pun beragam, ada yang positif dan negatif. Terlepas dari semua itu, memang guru dengan segala nama lain dan dalam wilayah Lembaga Pendidikan  yang lebih luas ada istilah ustadz, kyai, buya, ajengan,dosen, profesor, tokoh masyarakat dan lain-lain adalah public figure yang sering diidentikan pembawa panji-panji moral dan peradaban. Segala persoalan baik dan buruk selalu diletakan pada mereka. Meskipun tidak adil, jika kerusakan generasi ini diletakan hanya pada guru semata. Guru hanya komponen dari ratusan komponen pembentuk peradaban. Itu sebabnya, sangat tidak adil jika ada suatu kesalahan pada oknum guru atau pendidik, langsung pendidikan diadili di Mimbar Bebas. Seolah-olah Guru atau pendidik gagal. Guru yang kependekan dari “digugu dan ditiru”, harus bergerak 24 jam untuk melahirkan suatu anak-anak didik yang sangat baik dan mempunyai moral yang sangat tinggi. Padahal komponen pendukung untuk mencapai tujuan tersebut (baik internal maupun eksternal) sering jauh Panggang dari Api. Jika para pendidik mengalami tekanan jiwa yang luarbiasa, saya kira sangat wajar.

Presiden Jokowi dalam pidato dihari PGRI menyebut data Riset Internasional RAND Corporation tahun 2022. Isi penelitian tersebut bahwa tingkat stress tertinggi dari seluruh profesi yang ada bukan pada legislatif, eksekutif, yudikatif, BUMN, dan Pegawai Kantor, tapi guru ( didalamnya termasuk dosen, entah guru MDA yang tak pernah mendapatkan honor, mungkin sudah kebal stress).

Data WHO juga menyebutkan bahwa bahwa orang yang terkena stress dan tekanan jiwa di penduduk bumi yaitu umur 10-39 tahun 44,7. Gangguan level berat. Ini berarti usia sekolah dan guru/dosen.  Data Kemenkes bahwa 1 dari 5 orang penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa.

Saya jadi merinding. Jika diilustrasikan, memang guru punya potensi stress sangat tertinggi. Pagi hari dia harus bicara di depan murid-muridnya sampai sore hari, lalu menyiapkan tugas dan pelajaran hari berikutnya. Buka WA, ada berita mantan muridnya yang sudah jadi Pejabat ditangkap Jaksa dan KPK. Ketika pulang kerja dalam keadaan letih lihat suaminya duduk di depan Rumah tidak pakai Baju hanya pakai Celana sambil merokok dan anak-anak belum mandi. Ini stress paket kumplit.

Pidato Presiden Joko Widodo tentu saja bukan hanya menyuguhkan data penderitaan dari para pendidik. Harapanya, memasuki tahun 2024 pemerintah lebih memperhatikan dan memperbaiki regulasi  status mereka ( baik guru/dosen ASN maupun honorer). Apalagi saat sekarang ini ada UU ASN baru. ada peraturan pemerintah dan sejenisnya diharapkan mampu mengakamodir kepentingan secara umum tenaga pendidik. Perbaikan regulasi dan kesejahteraan mereka adalah bagian dari cara untuk mengurangi beban para pendidik terkena penyakit stress.

Selamat Hari Guru, semoga para guru/dosen dan pendidik sukses selalu.



Penulis : Vijianfaiz,PhD


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


   Berita Terkait

Bom Molotov, Sekolah dan Jiwa-Jiwa Merana
08 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   165

Asma Mustafa: Pendidikan Sebagai Ruh Kehidupan
11 Juni 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   514

Akreditasi Unggul, PAI Pembuka Kunci Sukses Prodi-Prodi Lain
08 Juni 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   753

Akreditas Unggul dan Akreditasi Subtansional
16 April 2025   Oleh : Imam Ghozali   727

Lupa Membersihkan Kaca
11 Februari 2025   Oleh : Imam Ghozali   654

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10391


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3200


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120