Avatar

Imam Ghozali

Penulis Kolom

823 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Hari Kartini; Arti Kesempurnaan Perempuan



Selasa , 23 April 2024



Telah dibaca :  330

وَالَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْكَ وَمَآ اُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ ۚ وَبِالْاٰخِرَةِ هُمْ يُوْقِنُوْنَۗ

dan mereka yang beriman kepada (Al-Qur'an) yang diturunkan kepadamu (Muhammad) dan (kitab-kitab) yang telah diturunkan sebelum engkau, dan mereka yakin akan adanya akhirat.

Pada tulisan sebelumnya, saya mengutip sepenggal kisah seorang perempuan tua yang berumur sekitar 65-an tahun yang menghidupi keluarganya melalui pintu darurat sebagai peminta-minta. Beberapa waktu lalu, saya pernah menulis tentang seorang ibu yang bekerja sebagai tukang pencuci dan setrika baju keliling demi anak-anaknya bisa terus sekolah sampai perguruan tinggi.

Dunia ini pernah mencatat kaum perempuan hebat-hebat. Ia mampu menciptakan seorang suami mencapai puncak kesuksesan, ia juga mampu menjatuhkan suami ke lembah kehinaan paling dalam. Perempuan mempunyai dua energi sekaligus berupa energi positif dan negatif. Ketika ada seorang laki-laki mendapatkan pasangan dengan aura energi positif, maka segala langkah yang dilakukannya selalu membawa kesuksesan dan keberkahan. Kehadirannya selalu menyejukan hati, kepergiaannya senantiasa menjadi kenangan yang sulit untuk dilupakan.

Kisah cinta sangat indah dalam kehidupan manusia adalah kisah ikatan cinta nabi Muhammad saw dan khatijah. Semua sisi kehidupannya senantiasa menginspirasi. Cinta berbeda usia, tidak menjadi penghalang untuk menyatukan visi-misi kehidupan yang hebat. Kedua nya sangat terbuka menerima segala kelebihan dan kelemahan, dan kedua nya siap mengisi kehidupan penuh dengan nilai-nilai yang agung. Siapapun yang mengambil sebagian dari ajaran ajaran ketulusan cinta mereka, maka ia akan mendapatkan anugerah yang luar biasa.

Allah telah berfirman, “bima unzila ilaika”, yang berisi ayat ayat tentang ajaran kehidupan. Di dalamnya menulis tentang kisah Ratu Bilqis yang kemudian mengabadikan diri kepada Nabi Sulaiman, kisah Masitoh yang harus menerima hukuman dari Firaun, dan kisah Siti Hajar yang harus menanggung beban kehidupan yang teramat berat berada di daerah pengasingan tanpa saudara dan kerabat. Banyak lagi kisah kisah pertemuan hebat yang telah menorehkan tinta emas kehidupan dan nama nya diabadikan sebagai inspirator pertemuan sepanjang masa.

Kenapa mereka sangat sempurna dan nama namanya senantiasa harum sepanjang sejarah, apakah mereka diciptakan oleh Allah secara khusus dan sangat spesialis. Tidak. Mereka semua tergolong “basyarun mislukum”, orang orang secara natural dilahirkan oleh seorang ibu dan bisa sakit dan sehat, saat kecil juga kadang menangis dan dewasa penuh dengan penderitaan. Mereka benarbenar manusia yang bisa diraba dengan tangan, lapar saat tidak makan, dan tidur di malam hari serta siang hari mencari nafkah.

Mereka sama tetapi berbeda dengan kebanyak kaum perempuan. Perbedaan mereka benar-benar “laa roibafih”, tidak ada keraguan sedikitpun. Mereka telah mengenal diri mereka sendiri tentang hakikat kehidupan. Definisi pengenalan bukan sebatas pada “nafsahum”, tapi juga pengenalan tersebut sudah sampai ada tataran “rabbahum”. Hati nya telah hanyut dalam cinta keada Rabb nya. Semua yang ia lakukan sudah tidak lagi ada anasir anasir kesenangan yang melalaikan keseriusan hati nya kepada Tuhannya. Ia bekerja, berumah tangga, dan menjalani proses kehidupan sebagaimana manusia pada umumnya. Orang orang pilihan ini bisa mengelola seluruh fasilitas yang ada pada dirinya baik jasmani maupun ruhani diatur sedemikian rupa hanya sebagai pengbadian kepada-Nya. Sehingga mereka mendapatkan manis dan getir kehidupan tetap dilihat oleh Allah sebagai amal ibadah. Bahkan terkadang, mereka merasakan suatu keindahan dalam kubangan penderitaan. Kecintaan kepada Rabb dan Rasul Nya telah merubah seluruh kehidupan menjadi terlihat sangat indah.

Kisah para perempuan inspiratif tentu tidak hanya lahir pada periode dekat dengan para nabi dan para sahabat nabi. Kaum perempuan senantiasa muncul menjadi pelaku sejarah pada setiap zamannya. Jika diperkecil dalam kehidupan rumah tangga, kaum perempuan telah berjasa sangat besar meletakan pondasi-pondasi peradaban umat manusia. Mereka mungkin tidak terlihat secara nyata kiprahnya di tempat publik. Sebab ada dua sisi kehidupan manusia yang memang tidak semua harus ditunjukan ke publik. Kehidupan manusia seperti rumah dan menyantap hidangan yang disediakan oleh tuan rumah. Seorang tamu yang datang ke rumah kita, sebatas duduk di ruang tamu. Ia bisa melihat dan menilai ruang tamu tersebut, tapi ia tidak harus tahu bagian-bagian rumah dan bagaimana cara tuan rumah mencari rezeki untuk menghormati tamu. Kita benar-benar laksana orang buta ketika datang ke rumah teman. Apa yang kita lihat semua tidak ada kekurangan. Kita menjadi tamu juga laksana manusia tuli dan tidak memperdulikan persoalan-persoalan yang terjadi di keluarga mereka apakah sedang konflik, lagi marah atau sejenisnya. Islam mengajarkan untuk menjaga marwah keluarga tamu tersebut dan menjaga orang yang bertamu ke rumah nya.

Di era modern perempuan sempurna bukan diukur terwujudnya kesamaan hak-hak nya untuk mendapatkan jenjang karir sebagaimana kaum laki-laki. Ia juga bukan sebatas kemampuannya sebagai pemimpin yang bisa memimpin suatu desa, kecamatan, kabupaten bahkan negara. Format-format kesempurnaan tersebut sebagaimana yang diimpikan oleh Raden Ajeng Kartini pada masa lalu. Jika ada diantara mereka mampu mencapai karir dipuncak, itu adalah sebuah prestasi tapi hakikat nya bukan sebuah kesempurnaan seorang perempuan.

Kenapa seorang Maryam namanya diabadikan dalam Al-Qur’an. Ia bukan seorang pemimpin sebagai Ratu Bilqis, ia juga wanita cantik seperti Zulaikha. Ia diangkat derajatnya oleh Allah karena kemampuan menjaga diri dari perbuatan maksiat. Q.s. at-tahrim ayat dua 12 berbunyi:  "Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian dari ruh (ciptaan) Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat."

Khatidjah adalah wanita yang hebat saat menjadi saudagar, tapi ketika telah menjadi istri Rasulullah ia telah menjadi perempuan sempurna. Bahkan saat menikah dengan Rasulullah, kisah sebagai saudagar perempuan sudah tidak terdengar lagi. Kisah hidupnya setelah menikah dengan nya berubah dratis. Sebelum ia adalah saudagar kaya raya, berubah dengan penuh keterbatasan fasilitas rumah tangga. Nabi kadang tidur di lantai beralaskan Pelepah Kurma. Kadang saat waktu tertentu, nabi melihat persediaan gandum dan kebutuhan dapur habis. Mereka pun berdua menghabiskan hari tersebut dengan melaksanakan puasa sunnah.

Dimana letak kesempurnaan perempuan. Tuhan meletakan kesempurnaannya pada kesediaan menerima pasangan karena Allah, dan menutupi kekurangannya juga karena-Nya. Tuhan terkadang menghadirkan seorang suami yang mempunyai pribadi idaman; hartawan, bangsawan dan rupawan. Hal yang sama juga pada diri pasangannya mempunyai wajah yang sempurna, keturunan baik dan juga hartawan. Pasangan seperti di negeri dongeng. Sungguh sangat beruntung jika langgeng sampai anak cucu.

Tuhan terkadang meletakan kesempurnaan pada pasangan hidup yang serba susah lalu mereka bersama-sama membangun keluarga sehingga kehidupannya semakin baik. Ada juga kesempurnaan perempuan karena mendapatkan suami yang terpandang dan hartawan, tiba-tiba diuji dengan kemiskinan dan sakit-sakitan sehingga menghabiskan seluruh harta kekayaannya. Istrinya setia mendampingi hidupnya dengan segala keterbatasan. Ada juga perempuan yang mendapatkan pasangan hidupnya dengan segala terbatasan. Ia dari keluarga miskin, bukan dari keluarga terpandang, dan wajah tidak rupaawan. Alhasil, semua yang ada pada dirinya minus. Hanya ada mutiara yang ada dalam dirinya yaitu kesetiaan.

Tuhan meletakan kesempurnaan kaum perempuan tidak sama meletakan kesempurnaan kaum liberal yang memberi kebebasan perempuan untuk melakukan apa saja dan memuaskan nafsu secara totalitas tanpa batas. Emansipasi wanita juga bukan berarti merubah kodrat nya sehingga ia tidak tunduk terhadap aturan-aturan syariat tentang hak dan kewajiban istri kepada suami. Hal yang sama juga suami terhadap istrinya. Tuhan memberi kebebasan terbatas bagi perempuan untuk menjaga statusnya sebagai madrasah kehidupan yang pada dirinya ada aturan kehidupan yang dibawa sejak lahir dan disempurnakan saat syariat datang. Silahkan, kaum perempuan di posisi apapun, anda boleh menjadi pejabat, wanita karir, atau sebagai ibu rumah tangga. Semua hakikatnya sama, yaitu sama-sama sebagai manusia yang sempurna. Sebab jika semua posisi tersebut dalam rangka mencari ridha Allah, maka dimanapun posisinya apakah sebagai wanita karir atau ibu rumah tangga atau bahkan sebagai single parent sekalipun, ia tetap disebut sebagai perempuan yang sempurna. Sebab kesempurnaannya pada status mutaqin.



Penulis : Imam Ghozali


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


   Berita Terkait

Q.S. Al-Baqarah ayat 28: Iman, Ilmu, Amal dan Angan-Angan
24 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   95

Dalil-Dalil dalam al-Qur'an tentang Ilmu
24 April 2025   Oleh : Muhammad Faiz Artanabil    104

Membaca Pikiran Orang Besar dan Orang Kecil
20 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   225

Dalil-Dalil dalam al-Qur'an tentang Riya
20 April 2025   Oleh : Muhammad Faiz Artanabil    157

Dalil-dalil tentang Ikhlas, Bekal untuk Kultum
18 April 2025   Oleh : Muhammad Faiz Artanabil    225

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      5009


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      2212


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      1932


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      1586


Membangun Persatuan dalam Keberagaman
Minggu , 08 Oktober 2023      1484