Avatar

Vijianfaiz,PhD

Penulis Kolom

250 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Kades Hoho, Warga Nya Hahaha



Senin , 04 Agustus 2025



Telah dibaca :  490

Bangsa Indonesia tidak kekurangan orang baik. Selalu saja muncul kesadaran individual atau kolektif dari jutaan masyarakat Indonesia yang hidup bukan sebatas semata-mata kepentingan pribadi, namun jauh dari itu yaitu hidup sebagai panggilan hati dan pengabdian kepada Ilahi. Masyarakat tersebut ada yang ber-label guru, dosen, kepala desa dan lain-lain.

Nun jauh di sana di desa terpencil bernama Desa Purwasaba Kecamatan Manidraja Kebupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Desa Purwasaba dulu bukan apa-apa. Desa biasa-biasa saja.

Anda bisa memahami dari makna “Purwasaba” yang berasal dari dua kata “purwa” dan “saba”. Purwa mempunyai arti hutan, dan saba artinya keluar dari rumah. Bisa jadi filosofis Purwasaba hutan yang menjadi menjadi tempat “saba” atau “lunga” atau penampungan orang-orang yang berada di luar rumah. Hutan dalam tradisi Jawa sering mempunyai mitos sebagai tempat yang angker dan penuh dengan dedemit atau gendurwo. Tidak ada orang yang berani masuk hutan kecuali para pertapa, para pencari kesaktian, pencari pesugihan, preman, atau orang-orang yang sudah tidak diakui di tengah-tengah masyarakat karena perbuatan amoral nya.

Bisa jadi purwasaba yang kehilangan status hutan karena semakin banyak orang datang di tempat tersebut. Semakin lama desa tersebut semakin ramai, akhirnya terbentuk suatu perkampungan atau desa yang kemudian disebut dengan desa purwasaba, yaitu desa yang berasal dari hutan -dulu nya -dan berubah menjadi desa. Hutan yang telah kehilangan status hutannya, ia “saba” atau lari dari status kehutannnya menjadi desa.

Kini Desa Purwasaba dipimpin oleh seorang kepala desa bernama Hoho Alkaf. Ia berbadan kekar. Seluruh tubuh nya bertato. Ia benar-benar cermin dari makna desa tersebut yaitu desa sebagai tempat persembunyian dari para preman. Ia benar-benar tampang preman.

Untuk mengukur status preman di kampung itu sederhana yaitu bertato. Itu sudah resmi menjadi preman. Semua orang menolaknya. Ia dianggap bagian dari manusia yang tidak berguna di lingkungan keluarga maupun di kampungnya. Sampah masyarakat.

Berbeda dengan Hoho Alkaf. Ia adalah tipe seorang laki-laki yang dicintai oleh masyarakat Desa Purwasaba. Ia adalah kepala desa yang viral. Bukan hanya warga nya, tapi juga warga dunia maya selalu memuji langkah-langkah cerdasnya dalam merubah desa yang terbelakang menjadi desa swasembada pangan plus desa wisata.

Hoho Alkaf tentu sangat mengetahui ada istilah efisiensi anggaran. Tapi ia juga tahu bagaimana mengatasi efisiensi tersebut. Ia bersama warganya bahu-membahu, gotong royong menyulap desa nya menjadi desa wisata dan desa percontohan sebagai sumber penghasilan. Gaji aparat desa sudah tidak lagi dari bantuan tranfseran uang pemerintah pusat. Tapi sudah cukup dari pendapatan desa tersebut.

Desa Purwasaba yang dulu terbelakang karena akses jalan yang sangat rusak. Kini setiap jalan utama, dan gang-gang desa tersebut telah diaspal. Di tengah-tengah sawah warga desa ada tempat peternakan ayam yang penghasilannya telur 2.500 butir perhari. Jika harga satu telur Rp.3000, maka setiap hari dari peternak telur menghasilan uang sebanyak Rp.7.500.000. Belum dari sumber-sumber pendapatan lain seperti dari peternak sapi, tempat wisata dan bengkok sawah.

Hoho Alkaf telah merubah citra negatif dirinya sebagai seorang preman. Tato yang sebelum diindentikan dengan arogansi dan premanisnya berubah sebagai sebuah seni yang diterima di masyarakat. Ia telah berhasil meramu gaya preman dengan sentuhan-sentuhan pesugihan dicampur dengan pendekatan ritual. Tentu saja pesugihan bukan dengan meminta kepada para mahluk halus. Pesugihan yang ia ciptakan yaitu pesugihan pola modern yaitu mengaktifkan seluruh energi warga masyarakat untuk berjibaku melakukan perubahan besar-besaran dalam menciptakan kesejahteraan bersama. Langkah ini berhasil. Semua warga masyarakat nya telah merasakan kebeherhasilan pembangunan dari kades yang fenomenal ini.

Selain Hoho Alkaf sebenarnya ada kades berprestasi lainnya seperti kades Pandu Dewanata, dan Slamet Raharjo. Semua ada di Kabupaten Banjarnegara. Terlepas dari viral mereka saat sekarang ini karena prestasi luarbiasa sebagai kepala desa, maka tidak memungkinkan semakin kuat terpaan angin dari luar. Seberapa kuat pohon tersebut dan seberapa kuat juga akar-akarnya menghujam ke bumi tentu akan ditentukan oleh waktu di masa mendatang.

Anda mungkin pernah mendengar seorang bupati dari Banjarnegara bernama Budhi Sarwono. Pengabdian seorang bupati tanpa batas. Seorang mantan pengepul ekstasi yang telah bertaubat dan masuk Islam telah mempersembahkan hidupnya untuk masyarakat.

Sebagai seorang bupati ia sering berbicara bloko suto -apa ada nya -tanpa ada rekayasa. Termasuk gaji perbulan sangat kecil. Katanya “ jika weteng ngelih, pikiran ngalih”. Suatu ungkapan realita kehidupan seorang pejabat yang tidak bisa -jika tidak bisa dikatakan sulit - melepaskan diri dari tindakan melawan hukum.

Namun, ia telah menabrak tembok raksasa. Ini sebuah kesalahan pada sisi lain, meskipun pada tataran ideal nya ia ingin merubah menjadi lebih baik. Justru kenekadan nya telah membuat dirinya tertimpa bencana. Ternyata merubah kebaikan tidak selalu berjalan mulus dan perlu strategi agar tidak membahayakan dirinya sendiri.

Penulis artikel ini tentu saja hanya bisa berdoa semoga muncul para kades dan para pemimpin negeri ini semakin memberi kemanfaatan kepada masyarakat nya. Saya optimis hal tersebut akan semakin terwujud. Dan mewujudkan kemuliaan membutuhkan suatu proses dan tidak bisa terbentuk dengan waktu yang sangat pendek. 



Penulis : Vijianfaiz,PhD


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


   Berita Terkait

Pahlawan ku, Pahlawan mu, dan Pahlawan Kita
10 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   145

Pahlawan Administrasi dan Pahlawan Sanubari
09 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   148

Hak Prerogatif
02 Agustus 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   447

Makna Suara Rakyat Suara Tuhan
02 Agustus 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   447

Hakim Syuraih, Baju Besi dan Ijazah
30 Juli 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   356

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10391


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3200


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120