Avatar

Vijianfaiz,PhD

Penulis Kolom

250 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Pahlawan ku, Pahlawan mu, dan Pahlawan Kita



Senin , 10 November 2025



Telah dibaca :  143

Ada kisah kehidupan tentang sorang raja dan pemuda tukang mancing dalam buku yang ditulis oleh Abdurrahman Wahid-Gus Dur berjudul "Sekadar Mendahului". Kurang lebih begini kisahnya:

Dulu, ada seorang raja berburu di hutan bersama para pengawal nya. Ketika kondisi semakin masuk ke hutan, semakin banyak binatang buruan. Namun pada saat yang sama, ada auman suara harimau. Sial nya, ini yang menyebabkan kuda yang ditunggangi raja kaget sangat luarbiasa, lari kencang diluar kendali. Sang raja pun terjatuh di sungai yang aliran airnya sangat deras. Ia hanyut terbawa air sungai tersebut.


Di pinggir hutan, ada seorang pemuda kampung sedang mancing di pinggir sungai yang hari itu air nya mengalir sangat deras. Ketika sedang menunggu”pakan nya” dimakan ikan, tiba-tiba ada suara seolah laki-laki meminta tolong. Ia hanyut terbawa arus sungai. Segera ia pun terjun ke sungai dan menyelamatkan laki-laki tersebut. Lelaki yang ia selamatkan adalah seorang raja yang beberapa waktu ia berburu dan jatuh ke sungai akibat auman harimau.

Sang raja mengucapkan terima kasih atas jasa pemuda kampung tersebut. jika tidak ada pemuda tadi, mungkin sudah meninggal dunia. Sang raja pun memperkenalkan diri kepada pemuda tersebut:

“Wahai anak muda, saya adalah raja di negeri ini. Hari ini kamu telah menyelamatkan ku. Kamu layak mendapatkan gelar pahlawan atas jasa-jasamu. Silahkan sebutkan apa yang kamu inginkan, akan saya penuhi sebagai wujud terima kasih dan penghargaan negara terhadap rakyatnya”

Sang pemuda kampung yang lugu tersebut tersenyum, lalu berkata:

“Terima kasih atas penghargaan raja yang sangat luarbiasa. Namun saya hanya butuh satu permintaan, dan harap raja bisa menerima nya. Permintaan tersebut bukan harta, uang atau jabatan, tapi permintaan ku agar baginda raja tidak menceritakan kepada siapapun bahwa saya yang menolong dan menyelamatkan tuan”.

Apakah seorang pemuda ini bisa disebut pahlawan. Kita bisa berdebat tentang persoalan tersebut. Bahkan kita pun bisa berdebat tentang makna hakiki dari kata pahlawan. Apakah pahlawan adalah manusia suci yang tidak pernah dosa, yang tidak pernah menyakiti, yang tidak pernah korupsi, yang tidak pernah membunuh, yang sepanjang hidup penuh dengan perjuangan dan beragam prestasi. Jika ini indikatornya, siapakah orang nya?

Nabi musa bagi Bani Israel adalah pahlawan. Bagi masyarakat Mesir,  Raja Fir’aun adalah pahlawan, sedangkan nabi musa adalah pemberontak. Dalam perjalanan sejarah, perlawanan Nabi Musa menang, akhirnya rakyat mesir pun mengakui kemenangannya. Baik bangsa Israel maupun Bangsa Mesir akhirnya sama-sama mengakui Nabi Musa sebagai seorang pahlawan.


Kita tidak usah dulu membahas tentang status musa sebagai nabi dan rasul. Dalam konteks sosial, kemenangan dan kekalahan dalam medan pertempuran telah menentukan makna pahlawan. Jika gerakan G30SPKI berhasil dan kemudian berkuasa, maka hari ini akan ada nama-nama pahlawan seperti Semaun, Aidit dan tokoh-tokoh komunis sejenisnya. Kita pun bisa jadi akan membaca sejarah di sekolah-sekolah nama-nama Ahmad Yani, Nasution, Hasyim Asy’ari, Wahab Hasbullah, As’ad Samsul Arifin tercatat sebagai deretan tokoh penghianat bangsa dan negara.

Jika gerakan DI/TII menang dan menguasai negara bisa jadi para pahlawan yang terpampang di buku-buku sejarah seperti Kartosuwiryo, Karman, Daud Beureuh, dan Amir Fatah. Sebaliknya, para pahlawan yang terdokumentasi hari ini justru bisa jadi dianggap bagian dari penghianat bangsa. Batasan makna pahlawan dan penghianat setipis kertas tisu. Perbedaan politik, ideologi dan perbedaan tujuan perjuangan bisa mengubah makna pahlawan dan penghianat. Begitu juga sebaliknya. Kudeta menang jadi pahlawan, kudeta kalah jadi penjahat perang.

Sejarah perpolitikan dan sejarah peradaban manusia tampil punya beragam. tidak di luar negeri, tidak juga di dalam negeri. Catatan sejarah pahlawan selalu ditulis oleh para pemenang. Padahal para pahlawan yang mempunyai perjuangan panjang dan mampu merebut kemenangan di hati masyarakat cukup banyak.

Seperti kisah Sunan Kalijaga dan Syeikh Siti Jenar. Secara administrasi, kemenangan sunan kalijaga karena mendapatkan legitimasi mutualisme antara ulama dan umara pada masa kerajaan demak. Sedangkan Syeikh Siti Jenar mendapatkan pengakuan dari masyarakat jelata yang sering disebut kaum abangan. Pemahaman dakwah Islam pola Syeikh Siti Jenar mampu menjadi kesadaran masyarakat abangan mengenal Tuhan dengan mengenal diri melalui lelakon urip dengan meninggalkan hal-hal yang negatif. Pola hidup tersebut yang mengantarkan diri mengenal Tuhan. istilah sering terdengar di masyarakat yaitu Manunggaling Kawulo Gusti.


Ketika pengaruh di Demak kurang, ajaran Syeikh Siti Jenar justru subur di daerah Pajang, dengan Raja Sultan Hadiwijaya atau Joko Tingkir atau Mas Karabet. Sebagai menantu Kerajaan Demak, Joko Tingkir harus tau diri tentang pandangan agama dan politik kerajaan yang tidak lepas dari Sunan Kalijaga dan Syeikh Siti Jenar. Sebagai menantu Raja Demak, ia juga mendapatkan pendidikan agama dari Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus. Sebagai anak Ki Ageng Pengging Sepuh ia mendapatkan pendidikan agama dari ajaran Syeikh Siti Jenar. Pendek kata, Joko Tingkir merupakan tipologi perpaduan pendidikan agama dari dua jalur yang berbeda saat itu.

Dalam perkembangannya, garis keturunan Joko Tingkir kemudian hari menjadi sejarah panjang melahirkan para pahlawan dari dulu hingga sekarang seperti Hadratusyeikh KH Hasyim Asy’ari, Wahid Hasyim dan Abdurrahman Wahid -Gus Dur.

Sangat sulit mendudukan makna pahlawan bagi seorang tokoh sebagai kesepakatan bersama. Sebab perjuangan seorang pahlawan laksana air hujan yang dicintai oleh penjual gorengan ubi, tapi tidak disukai penjual es. Kita bisa membayangkan betapa nikmatnya saat kita duduk sambil menyeruput wedang kopi di temani oleh gorengan ubi dan pisang. Namun nun jauh disana, kita bisa melihat wajah-wajah murung dari penjual es yang mulai dari pagi hingga sore hari belum ada yang membeli barang dagangannya.

Maka solusi tentang perbedaan pandangan makna pahlawan, saya kira jalan tenang hidup untuk terus berkarya tanpa pamrih adalah jalan yang ditempuh oleh pemuda tersebut di atas dalam cerita pembukaan tulisan artikel ini. hidup adalah berkarya dan memberi manfaat dengan mengharapkan ridha Allah SWT. mungkin kita tidak akan masyhur di bumi, semoga saja kita masyhur di langit menjadi bagian dari amalun sholihun. Itulah saya kira prinsip pahlawan sejati, hidup tanpa pamrih dan sekali hidup penuh arti.



Penulis : Vijianfaiz,PhD


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


   Berita Terkait

Pahlawan Administrasi dan Pahlawan Sanubari
09 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   148

Kades Hoho, Warga Nya Hahaha
04 Agustus 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   490

Hak Prerogatif
02 Agustus 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   446

Makna Suara Rakyat Suara Tuhan
02 Agustus 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   446

Hakim Syuraih, Baju Besi dan Ijazah
30 Juli 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   355

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10390


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3199


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120