
Ada kisah kehidupan tentang sorang raja dan pemuda tukang mancing dalam buku yang ditulis oleh Abdurrahman Wahid-Gus Dur berjudul "Sekadar Mendahului". Kurang lebih begini kisahnya:
Dulu, ada seorang raja berburu di hutan bersama para pengawal nya. Ketika kondisi semakin masuk ke hutan, semakin banyak binatang buruan. Namun pada saat yang sama, ada auman suara harimau. Sial nya, ini yang menyebabkan kuda yang ditunggangi raja kaget sangat luarbiasa, lari kencang diluar kendali. Sang raja pun terjatuh di sungai yang aliran airnya sangat deras. Ia hanyut terbawa air sungai tersebut.

Di pinggir hutan, ada seorang pemuda
kampung sedang mancing di pinggir sungai yang hari itu air nya mengalir sangat
deras. Ketika sedang menunggu”pakan nya” dimakan ikan, tiba-tiba ada suara seolah
laki-laki meminta tolong. Ia hanyut terbawa arus sungai. Segera ia pun terjun
ke sungai dan menyelamatkan laki-laki tersebut. Lelaki yang ia selamatkan
adalah seorang raja yang beberapa waktu ia berburu dan jatuh ke sungai akibat auman
harimau.
Sang raja mengucapkan terima kasih atas
jasa pemuda kampung tersebut. jika tidak ada pemuda tadi, mungkin sudah
meninggal dunia. Sang raja pun memperkenalkan diri kepada pemuda tersebut:
“Wahai anak muda, saya adalah raja di
negeri ini. Hari ini kamu telah menyelamatkan ku. Kamu layak mendapatkan gelar
pahlawan atas jasa-jasamu. Silahkan sebutkan apa yang kamu inginkan, akan saya
penuhi sebagai wujud terima kasih dan penghargaan negara terhadap rakyatnya”
Sang pemuda kampung yang lugu tersebut
tersenyum, lalu berkata:
“Terima kasih atas penghargaan raja yang
sangat luarbiasa. Namun saya hanya butuh satu permintaan, dan harap raja bisa
menerima nya. Permintaan tersebut bukan harta, uang atau jabatan, tapi
permintaan ku agar baginda raja tidak menceritakan kepada siapapun bahwa saya
yang menolong dan menyelamatkan tuan”.
Apakah seorang pemuda ini bisa disebut
pahlawan. Kita bisa berdebat tentang persoalan tersebut. Bahkan kita pun bisa
berdebat tentang makna hakiki dari kata pahlawan. Apakah pahlawan adalah
manusia suci yang tidak pernah dosa, yang tidak pernah menyakiti, yang tidak
pernah korupsi, yang tidak pernah membunuh, yang sepanjang hidup penuh dengan
perjuangan dan beragam prestasi. Jika ini indikatornya, siapakah orang nya?
Nabi musa bagi Bani Israel adalah pahlawan. Bagi masyarakat Mesir, Raja Fir’aun adalah pahlawan, sedangkan nabi musa adalah pemberontak. Dalam perjalanan sejarah, perlawanan Nabi Musa menang, akhirnya rakyat mesir pun mengakui kemenangannya. Baik bangsa Israel maupun Bangsa Mesir akhirnya sama-sama mengakui Nabi Musa sebagai seorang pahlawan.

Kita tidak usah dulu membahas tentang
status musa sebagai nabi dan rasul. Dalam konteks sosial, kemenangan dan
kekalahan dalam medan pertempuran telah menentukan makna pahlawan. Jika gerakan
G30SPKI berhasil dan kemudian berkuasa, maka hari ini akan ada nama-nama
pahlawan seperti Semaun, Aidit dan tokoh-tokoh komunis sejenisnya. Kita pun
bisa jadi akan membaca sejarah di sekolah-sekolah nama-nama Ahmad Yani,
Nasution, Hasyim Asy’ari, Wahab Hasbullah, As’ad Samsul Arifin tercatat sebagai
deretan tokoh penghianat bangsa dan negara.
Jika gerakan DI/TII menang dan menguasai
negara bisa jadi para pahlawan yang terpampang di buku-buku sejarah seperti Kartosuwiryo,
Karman, Daud Beureuh, dan Amir Fatah. Sebaliknya, para pahlawan yang
terdokumentasi hari ini justru bisa jadi dianggap bagian dari penghianat
bangsa. Batasan makna pahlawan dan penghianat setipis kertas tisu. Perbedaan politik,
ideologi dan perbedaan tujuan perjuangan bisa mengubah makna pahlawan dan
penghianat. Begitu juga sebaliknya. Kudeta menang jadi pahlawan, kudeta kalah
jadi penjahat perang.
Sejarah perpolitikan dan sejarah peradaban
manusia tampil punya beragam. tidak di luar negeri, tidak juga di dalam negeri.
Catatan sejarah pahlawan selalu ditulis oleh para pemenang. Padahal para
pahlawan yang mempunyai perjuangan panjang dan mampu merebut kemenangan di hati
masyarakat cukup banyak.
Seperti kisah Sunan Kalijaga dan Syeikh Siti Jenar. Secara administrasi, kemenangan sunan kalijaga karena mendapatkan legitimasi mutualisme antara ulama dan umara pada masa kerajaan demak. Sedangkan Syeikh Siti Jenar mendapatkan pengakuan dari masyarakat jelata yang sering disebut kaum abangan. Pemahaman dakwah Islam pola Syeikh Siti Jenar mampu menjadi kesadaran masyarakat abangan mengenal Tuhan dengan mengenal diri melalui lelakon urip dengan meninggalkan hal-hal yang negatif. Pola hidup tersebut yang mengantarkan diri mengenal Tuhan. istilah sering terdengar di masyarakat yaitu Manunggaling Kawulo Gusti.

Ketika pengaruh di Demak kurang, ajaran Syeikh
Siti Jenar justru subur di daerah Pajang, dengan Raja Sultan Hadiwijaya atau
Joko Tingkir atau Mas Karabet. Sebagai menantu Kerajaan Demak, Joko Tingkir harus
tau diri tentang pandangan agama dan politik kerajaan yang tidak lepas dari Sunan
Kalijaga dan Syeikh Siti Jenar. Sebagai menantu Raja Demak, ia juga mendapatkan
pendidikan agama dari Sunan Kalijaga dan Sunan Kudus. Sebagai anak Ki Ageng
Pengging Sepuh ia mendapatkan pendidikan agama dari ajaran Syeikh Siti Jenar. Pendek
kata, Joko Tingkir merupakan tipologi perpaduan pendidikan agama dari dua jalur
yang berbeda saat itu.
Dalam perkembangannya, garis keturunan Joko
Tingkir kemudian hari menjadi sejarah panjang melahirkan para pahlawan dari
dulu hingga sekarang seperti Hadratusyeikh KH Hasyim Asy’ari, Wahid Hasyim dan
Abdurrahman Wahid -Gus Dur.
Sangat sulit mendudukan makna pahlawan bagi
seorang tokoh sebagai kesepakatan bersama. Sebab perjuangan seorang pahlawan
laksana air hujan yang dicintai oleh penjual gorengan ubi, tapi tidak disukai
penjual es. Kita bisa membayangkan betapa nikmatnya saat kita duduk sambil
menyeruput wedang kopi di temani oleh gorengan ubi dan pisang. Namun nun jauh
disana, kita bisa melihat wajah-wajah murung dari penjual es yang mulai dari
pagi hingga sore hari belum ada yang membeli barang dagangannya.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Pahlawan Administrasi dan Pahlawan Sanubari
09 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   148
Kades Hoho, Warga Nya Hahaha
04 Agustus 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   490
Hak Prerogatif
02 Agustus 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   446
Makna Suara Rakyat Suara Tuhan
02 Agustus 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   446
Hakim Syuraih, Baju Besi dan Ijazah
30 Juli 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   355
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10390
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3199
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120