Avatar

Imam Ghozali

Penulis Kolom

823 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Pancasila dan Kebebasan Bertanggung Jawab



Jumat , 31 Mei 2024



Telah dibaca :  502

Setiap tanggal 1 Juni bangsa Indonesia memperingati hari lahir Pancasila. Pemerintah menetapkan tanggal tersebut untuk mengingat Sejarah perjalanan bangsa Indonesia penuh dengan dinamika dalam menentukan ideologi bangsa dan negara Indonesia. Pertarungan ideologi yang tumbuh di masyarakat menimbulkan ketegangan bahkan hampir saja terjadi desintegrasi bangsa. Para pendiri bangsa (founding fathers) melakukan terobosan ijtihad politik. Salah satu langkah sangat efektif yaitu mengubah sila pertama Pancasila dalam Piagam Jakarta menjadi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Perubahan tersebut telah melegakan seluruh penganut multi agama. Hal tersebut sebagai tanda bahwa bangsa Indonesia mempunyai watak inklusif dalam berbangsa dan bernegara dan menolak eklusifitas yang hanya memanjakan satu suku, budaya, atau agama tertentu.

Percikan-percikan pandangan ideologi sangat komplek sampai hari ini terus berkembang dan bibit-bibitnya terus hidup di tengah-tengah masyarakat, baik ideologi kiri maupun kanan. Ia tidak mati. ia akan terus hidup dalam sanubari pemikiran dan keyakinan dalam setiap jengkal tanah peradaban. Sejarah masa lalu telah mencatat beragam uji coba penyemaian tersebut dan melahirkan  catatan perjalanan sejarah sangat kelam; ideologi kiri telah melahirkan pemberontakan Madiun dan G30SPKI, ideologi kanan telah melahirkan pemberontakan DI/TII dan sejenisnya. Kedua ideologi tersebut tidak pernah bisa disatukan dan akan terus menjadi rivalitas politik sepanjang sejarah sebagaimana rivalitas “tom and jerry”. Maka kehadiran ideologi Pancasila sebenarnya merupakan solusi mengatasi kebuntuan ideologi bangsa dan negara Indonesia pada masa dulu dan Insya Allah untuk masa-masa mendatang.

Ideologi Pancasila bukan ideologi agama dan juga bukan ideologi sekuler apalagi ideologi komunis. Ia menjadi ideologi terbuka yang bisa menerima nilai-nilai yang baik dari luar dan menolak nilai-nilai buruk. Sebagai ideologi terbuka, Pancasila menganut sistem kebebasan. Namun bukan kebebasan modal sekuler atau komunis, tapi kebebasan yang bertanggung jawab.

Salah satu bukti kebebasan bertanggungjawab yaitu ideologi Pancasila menerima nilai-nilai positif berasal dari ajaran agama. Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” menunjukan bahwa ideologi Pancasila merupakan implementasi nilai-nilai yang lahir dari saripati agama.

Para ahli filsafat mengatakan bahwa Pancasila lahir dari rangkuman  saripati budaya luhur bangsa Indonesia yang telah menjadi way of life mereka dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun demikian perjalanan sejarah tidak bisa menutup mata, bahwa para perancang ideologi Pancasila bagian dari para ulama dan ilmuwan muslim yang secara keilmuannya tidak diragukan lagi. Dari sini sebenarnya tidak ada alasan bagi bangsa Indonesia menolak Pancasila sebagai ideologi negara dan bangsa. Hebatnya lagi, sila pertama tersebut juga mendapatkan respon positif dari para tokoh dan ilmuwan non-muslim dan ia dianggap sebagai wujud keterbukaan menerima keberagaman dan adanya perlindungan kebebasan dalam menjalankan agama masing-masing penganut agama yang berbeda.

Pertarungan pemikiran ideologi akan terus berlanjut menghiasi diskursus ideologi dalam perjalanan politik di masa mendatang. Meskipun bangsa ini telah memilih Pancasila sebagai “pertama dan terakhir” sekarang dan yang akan datang. Ujian-ujian eksistensi nya akan terus terjadi sepanjang perjalanan bangsa Indonesia. Apalagi mengingat tantangan kedepan, setiap bangsa di dunia (termasuk Indonesia) akan mengalami berbagai persoalan yang sangat komplek seperti penyempitan sumber daya alam, meningkatkan sumber daya manusia, bertambah angka pengangguran dan kemiskinan, serta persoalan-persoalan sejenisnya. Semua itu membutuhkan penyelesaian masalah. Ketika persoalan-persoalan tersebut tidak segera diselesaikan, maka masyarakat akan mempertanyakan efektifitasnya ideologi Pancasila sebagai dasar bangun pembangunan bangsa dan negara Indonesia dalam mewujudkan masyarakat “adil dan Makmur”.

Pancasila tentu tidak hanya sebatas slogan. Ia sebagai wujud dari urat nadi bangsa Indonesia dan menjadi spirit perjuangan dalam mewujudkan cita-cita besar bangsa Indonesia. ideologi tersebut harus menjadi rujukan untuk melakukan suatu lompatan-lompatan progresifitas pembangunan manusia seutuhnya di tengah-tengah persaingan beragam ideologi bangsa.

Negara-negara Barat telah berhasil mewujudkan jati diri ideologi kapitalisme dengan sistem ekonomi yang kuat dan memberi kemanfaatan kepada rakyatnya. Negara-negara model Cina dan Korea telah mampu meletakan pondasi ideologi sosialisme dengan membangun jaringan ekonomi dunia yang kuat. Hebatnya, kedua ideologi tersebut telah menginspirasi negara-negara Islam timur Tengah mengadopsi model ideologi tersebut. Proses adopsi ideologi telah berhasil membangun perekonomi negara-negara Timur Tengah sebagaimana yang kita bisa lihat saat sekarang ini.

Ideologi Pancasila sebagai pilihan bangsa dan negara Indonesia sebenarnya mempunyai nilai-nilai yang sangat baik. Selain ada unsur ketuhanan juga ada unsur kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Kelima dasar tersebut memang tidak bisa dirubah. Namun sifat keterbukaan ideologi Pancasila menerima nilai-nilai positif dari kapitalisme dan sosialisme dan membuang dari kedua ideologi tersebut yang merusak jati diri bangsa Indonesia. Penyerapan nilai-nilai positif merupakan suatu kebutuhan di tengah sistem kehidupan tanpa batas saat sekarang ini. Sebab tidak ada satu bangsa atau negara yang hidup sendiri tanpa bantuan bangsa atau negara lain. mereka saling tergantung satu dengan lainnya. 

Tentu sekali lagi, perubahan tersebut tidak boleh lari dari lima dasar ideologi yang telah disebutkan di atas. Sebab bagaimanapun, bangsa dan negara indonesia lahir dari nilai-nilai spiritual dan intelektual dari rahim bangsa Indonesia yang agung. identitas ideologi harus benar-benar tumbuh dan mengakar pada jati diri setiap generasi muda dalam mewujudkan indonesia emas di masa mendatang.



Penulis : Imam Ghozali


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


   Berita Terkait

Hari Kesadaran Nasional
17 April 2025   Oleh : Imam Ghozali   184

Ijazah dan Google Maps
16 April 2025   Oleh : Imam Ghozali   294

Muna El-Kurd; Perempuan Palestina yang Ditakuti Israel
03 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   324

Lailatul Qadr di Langit Siak Pasca PSU
22 Maret 2025   Oleh : Imam Ghozali   309

Memperkencang Ikat Pinggang, Untuk Siapa?
05 Februari 2025   Oleh : Imam Ghozali   406

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      5007


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      2212


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      1932


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      1586


Membangun Persatuan dalam Keberagaman
Minggu , 08 Oktober 2023      1484