
Puasa itu unik. Disaat Puasa Ramadhan hampir
selesai, ada rindu dan benci di sana. Sebagian orang ada rasa rindu merasakan
nikmatnya puasa. Persis kisah mbok de ku. Suatu waktu di bulan ramadhan ia
menangis. Saya memberanikan diri bertanya asbab ia menangis. Ia menjawab
: “Bulan puasa akan meninggalkan ku. Entah tahun depan masih bisa bertemu atau
tidak dengan bulan Ramadhan”. Saya mengingat wajah nya yang sayu. Ada rindu
yang mendalam. Ada rasa cinta yang tidak terucap. Tapi pancaran wajah terlihat
jelas rasa kehilangan pada bulan yang agung. Bulan yang lebih mulia dari seribu
bulan.
Sebagian orang di sebelah sana, ada yang
merasa bahagia bulan puasa berlalu. Ia merasa bulan Ramadhan menjadi beban. Pengeluaran
bertambah. Kebutuhan hidup meningkat. Anak-anak semakin bertambah besar semakin
banyak kebutuhannya. Sedang penghasilan stagnan. Bahkan terasa semakin hari
semakin berkurang. Kerja sebatas buruh serabutan. Tenaga tidak kuat untuk
bekerja saat berpuasa. Akhirnya, ia pun melalui bulan Ramadhan dengan tidak
menjalankan ibadah puasa.
Puasa bukan sebatas persoalan kemampuan
menahan lapar dan dahaga. Ada rahasia yang sangat agung, yaitu membersihkan
kerak-kerak kerakusan yang bersarang dalam hati, dan membersihkan nya dengan
nilai-nilai kemulyaan. Sehingga kita benar-benar lahir menjadi manusia yang sehat
jasmaninya dan spiritualnya.
Sadar atau tidak, secara naluri [siapapun
orangnya] senantiasa muncul kerakusan atau ketamakan dengan baju beragam. Kerakusan
dan ketamakan adalah penyakit ruhaniah. Ia tidak kelihatan dalam balutan baju seragam,
baju religius dan baju kedinasan. Puasa hadir untuk membuka tabir hakikat
penyakit rakus sungguh sangat hina sekali. rasa rakus seperti kita berbuka
puasa. Berlomba-lomba ingin dimakan semua nya. Padahal, anda yang makan apa
adanya, dengan makan berbuka yang harganya cukup mahal tetap akan menjadi
sampah di pagi hari. Ironisnya, semua itu menjadi rebutan.
Manusia membutuhkan nilai-nilai ruhaniah. Sebab
manusia bukan sebatas makhluk jasmaniah yang hidup hanya selalu berurusan
dengan makanan. Ketika manusia hanya
dibatasi pada urusan jasmaniah saja, maka ia menjadi manusia yang berpenyakit. Sebab
semakin banyak yang dimakan, semakin besar potensi beragam penyakit akan muncul
akibat dari beragam makanan yang ia makan.
Manusia juga bukan hanya sebatas kemampuan
dalam berfikir atau kecerdasan intelektual. Kata jean jaques rousseau ketika
manusia sebatas pada kemampuan intelektual maka akan muncul suatu perdebatan
akal yang beragam yang memunculkan juga beragam penyakit. Semakin banyak orang
pandai sebatas intelektual saja, semakin sulit ditemukan orang jujur
Manusia adalah makhluk jasmaniah dan
ruhaniah. Ia membutuhkan makanan, mempunyai kecerdasan untuk mencari makanan,
dan mempunyai ruhaniah untuk bisa memilih dan memilah apa yang dimakan sesuai
dengan pesan-pesan Tuhan dan meninggalkan hal-hal yang tidak sesuai dengan
pesan-pesan kebaikan dari-Nya.
Ketika Tuhan meletakan output puasa
pada mutaqin berarti Tuhan mengharapkan nilai-nilai ruhaniah mendominasi dalam
setiap proses kehidupan manusia. Nilai-nilai ruhaniah orang yang berpuasa
adalah nilai-nilai keselarasan hidup dasar manusia yang melihat setiap orang
dengan penuh kedamaian. Dari nya mampu melahirkan kehidupan yang penuh makna. Ia
mampu menebarkan kemanfaatan untuk dirinya dan orang lain. ia sudah mulai
melupakan hal-hal yang negatif dari orang lain yang dilemparkan kepada nya. Ia sudah
mulai fokus memberi manfaat untuk kebahagiaan dan perdamaian. Meskipun banyak
rintangan yang menghadangnya.
Produk orang ahli puasa adalah produk
orang-orang yang siap menerima penderitaan fisik untuk mencapai jiwa yang agung. Para ahli puasa pada agama
lain juga telah menebarkan kemuliaan tanpa melihat latarbelakang manusia. Tirakat
puasa yang penuh dengan rasa lapar, haus, dan tenaga berkurang telah
memancarkan rasa kasih sayang kepada sesama manusia.
Pada ajaran Agama Budha, seorang Budha
Akyamuni meninggalkan Istana untuk mencari solusi kehidupan. Ia bermeditasi dan
berpuasa di dalam hutan. Ia melakukan ritual tersebut bertahun-tahun. Setelah melakukan
perjalanan spiritual dan menjelajahi hutan dan desa-desa dengan berjalan kaki,
ia menemukan jiwa welas asih dan menebarkan kedamaian yang jauh dari kehidupan
sebatas mengumpulkan kekayaan. Orientasi hidupnya telah berubah untuk mengabdi
kepada masyarakat dan membantu memperkenalkan kehidupan yang kekal abadi. Ia mengharumi
seluruh penjuru mata angin
Hal yang sama juga dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW. Ia menyendiri di gua hira. Puasa dan mengasah kebatinan untuk mencari
kebenaran sejati. Hiruk pikuk kehidupan masyarakat jahiliyah yang penuh gebyar
kemewahan dunia telah mematikan hati mereka. Kebenaran tertutup oleh nafsu duniawi.
Ketika ritual puasa dijalankan oleh nabi
dengan penuh kekhusu’an “iman wa ikhtisab”. Hati bersih. Suci. Maka Tuhan
menaruh firman-firman-Nya kedalam dada yang penuh dengan hikmah. Dari Nabi juga
muncul hadist qauli, fi’li, dan taqriri yang menginspirasi
lahirnya sistem kehidupan yang disebut Madinah Munawarah. Sebelumnya bernama Yastrib.
Mengacu dari nama Yastrib bin Qaniyah bin Mahlail bin Iram bin Abl bin ‘Iwadh bin
Iram bin Sam bin Nuh
Madinah Al-Munawarah adalah sistem
pemerintah yang sangat modern. Melalui Konstitusi Piagam Madinah, Nabi Muhammad
bisa menyatukan seluruh umat beragama yang mempunyai hak dan kewajiban sama
untuk membangun tatanan hidup yang modern.
Dari paparan di atas, daya dobrak
nilai-nilai puasa mempunyai kontribusi besar untuk memperbaiki sistem masyarakat
dan pemerintahan. Seberapa besar umat Islam merindukan puasa,sebesar itu juga
potensi perubahan tercipta.
Jika tatanan kehidupan masyarakat belum
mengalami perubahan maksimal, maka mari kita sama-sama intropeksi diri kualitas
rindu kepada kepada puasa. Jangan-jangan rinduk kita kepada bulan Ramadhan masih
imitasi alias sebatas cinta monyet.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Ilmu Tawakal Hatim Al-Ashom; Rizqi Yang Tidak Tertukar
13 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   928
Doaku, Doamu, dan Doa Harimau
12 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   568
Doa Kebaikan Untuk Orang Lain, Sebenarnya Untuk Diri Sendiri
11 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   681
Puasa, Idul Fitri dan Perubahan Pola Makan
06 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   703
Idul Fitri dan Misi Perdamaian
05 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   831
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10395
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3201
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120