Avatar

Vijianfaiz,PhD

Penulis Kolom

250 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Filosofis Open House Idul Fitri Gus Dur Yang Mulai Luntur



Selasa , 01 April 2025



Telah dibaca :  731

Istilah open house populer menjelang era reformasi 1998. Tokoh yang sering membuat kegiatan tersebut yaitu KH.Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Acara open house waktu itu tidak sebatas silaturahim, jabat tangan dan makan-makanan semata. Gus Dur menggunakan acara tersebut dalam rangka memperbaiki kondisi bangsa dan negara. Ma’lum saat itu,  orde baru di anggap telah membawa negara ini pada beragam krisis. Awalnya krisis moneter. Satu dolar hanya dua ribu rupiah-an, tiba-tiba melonjak menjadi enambelas ribu rupiah-an. Ekonomi ambruk. Lalu merambah menjadi kriris mulitdimensi.

Rumah Gus Dur di Ciganjur seperti Istana Rakyat. Tamu yang datang terdiri para tokoh politiik, ulama, ilmuwan, pejabat dan masyarakat beragam komunitas. Mereka rembug bareng merumuskan arah pembangunan bangsa Indonesia kedepan. Hasil open house ini jika diperpendek perjalanan sejarah sebenarnya terpilihnya Gus Dur menjadi presiden RI ke-4. Ada harapan besar terhadap Gus Dur saat itu.

Pasca tumbang Soeharto dan terpilihnya Gus Dur menjadi presiden menyisakan problematika yang sangat komplek. Apalagi keterbatasan fisik nya pada gangguan penglihatan dan fisik yang sudah semakin lemah. Ia tidak mampu menyelesaikan kondisi bangsa yang sedang terpuruk pada persoalan ekonomi dan ancaman diisentegrasi bangsa.

Gus Dur memimpikan negara ideal model ke-Indonesia-an sebagaimana yang ia selalu tulis di Media Massa seperti Majalah Tempo dan Koran Kompas. Ia keras untuk mempraktekan antara ucapan dan perbuatan. Ia ingin mempraktekan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konskuen. Hak preogratif adalah mutlak milik presiden. Itu bunyi UUD 1945. Namun, politik mempunyai komunikasi dinamis yang kadang makna regulasi sering selesai di bawah meja. Benar, Presiden menjalankan Undang-Undang, tapi disisi lain, ia juga harus membaca realita politik yang tidak lepas adanya kompromi dan kesepakatan bersama tidak tertulis. Prinsipnya tahu-sama tahu. Pada persoalan yang bersifat “kompromi” tersebut, kelihatanya Gus Dur belum bisa menerimanya.

Dukungan politik kepada Gus Dur melemah. Ini yang kemudian berdampak pada impeachment dari kursi kepresidenan. Gus dur berhenti di tengah jalan. MPR di bahwa pimpinan Amien Rais memperhentikannya dari kepala negara dan kepala pemerintahan. Ia digantikan oleh wakilnya, Megawati Soekarno Putri.

Setiap perjalanan politik selalu ada hikmahnya. Hikmah Gus Dur jadi presiden, masyarakat semakin dewasa untuk menentuksan keputusan politik untuk masa depan bangsa dan negara. Melalui proses demokrasi ini, maka muncul beragam presiden baik dari kalangan militer atau sipil. Rakyat mempunyai keluasan secara terbuka untuk menentukan calon dan memilihnya untuk nasib bangsa dan negara pada lima tahun mendatang.

Gus Dur telah mampu meletakan acara open house sebagai visi-misi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia telah meletakan makna demokrasi. Meskipun ia sendiri yang menjadi tumbal nya. Sebab memanglah demikian, dalam alam demokrasi, rakyat mempunyai kewenangan untuk menilai dari setiap orang yang memimpinya. Melalui open house, Gus Dur juga telah meletakan harmonisasi kehidupan umat beragama. Meskipun ia juga harus siap menerima caci maki dari internal umat Islam itu sendiri. Ia tetap rela menjadi korban caci makian sebagian kecil masyarakat untuk membahagiakan mayoritas masyarakat Indonesia.

Open house sebenarnya menjadi sarana efektif untuk mendengar suara rakyat dari dekat. Tentu semua harus bersikap dewasa. Saat pimpinan dan rakyat nya duduk bareng tetap sama-sama menjaga etika tanpa kehilangan marwah kedua belah pihak. Seorang pemimpin maupun rakyat nya paling tidak harus mematuhi regulasi open house dalam Islam. Q.S. Ali Imran ([3]:159) berbunyi sebagai berikut:

“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila sengkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah.sungguh Allah mencintai orang yang bertawakal”.

Jadi, open house sebenarnya sedikit memangkas regulasi jarak antara atasan dan bawahan. Pada moment tersebut, seorang pemimping benar-benar sedang “ngemong” anak-anaknya yang beragam karakter dan keinginan. Ia bukan sebatas moment basa-basi. Moment itu adalah musyawarat, moment take and give, sekaligus tausiah. Ia benar-benar moment untuk saling memahami tentang situasi daerahnya atau malah bangsa nya dalam berbagai dimensi.

Rakyat juga ada yang cerdas. Mereka tidak menuntut apa-apa yang berlebih-lebihan. Mereka juga menyadari kemampuan daerah dan negara. Tapi informasi utuh dan obyektif membuat rakyat ada kepuasaan. Meskipun mereka pulang tidak mendapatkan THR, atau aqua satu gelas, tetapi informasi akurat dari pemegang kekuasaan telah membuat mereka merasa puas, bahwa suara mereka di dengar dengan baik, bukan hanya sebatas suara yang dimasukan dalam kantong plastik.

Karena open house sebagai representasi kedekatan pejabat dengan rakyatnya, maka rumah dinas atau apalah namanya jangan terlihat terlalu sakral. Begitu juga orang-oarng yang ada di dekat pintu gerbang dan sepanjang rumah tersebut. Jangan sampai ada kesan rumah dinas seperti rumah hantu yang terkesan angker, sehingga tidak ada tawa dan canda. Bisakah pejabat bersikap egaliter terhadap rakyat nya?



Penulis : Vijianfaiz,PhD


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


   Berita Terkait

Ilmu Tawakal Hatim Al-Ashom; Rizqi Yang Tidak Tertukar
13 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   928

Doaku, Doamu, dan Doa Harimau
12 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   568

Doa Kebaikan Untuk Orang Lain, Sebenarnya Untuk Diri Sendiri
11 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   681

Puasa, Idul Fitri dan Perubahan Pola Makan
06 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   703

Idul Fitri dan Misi Perdamaian
05 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   831

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10395


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3201


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120