
Istilah open house populer menjelang era
reformasi 1998. Tokoh yang sering membuat kegiatan tersebut yaitu KH.Abdurrahman
Wahid (Gus Dur). Acara open house waktu itu tidak sebatas silaturahim, jabat
tangan dan makan-makanan semata. Gus Dur menggunakan acara tersebut dalam
rangka memperbaiki kondisi bangsa dan negara. Ma’lum saat itu, orde baru di anggap telah membawa negara ini
pada beragam krisis. Awalnya krisis moneter. Satu dolar hanya dua ribu rupiah-an,
tiba-tiba melonjak menjadi enambelas ribu rupiah-an. Ekonomi ambruk. Lalu merambah
menjadi kriris mulitdimensi.
Rumah Gus Dur di Ciganjur seperti Istana
Rakyat. Tamu yang datang terdiri para tokoh politiik, ulama, ilmuwan, pejabat
dan masyarakat beragam komunitas. Mereka rembug bareng merumuskan arah
pembangunan bangsa Indonesia kedepan. Hasil open house ini jika diperpendek
perjalanan sejarah sebenarnya terpilihnya Gus Dur menjadi presiden RI ke-4. Ada
harapan besar terhadap Gus Dur saat itu.
Pasca tumbang Soeharto dan terpilihnya Gus
Dur menjadi presiden menyisakan problematika yang sangat komplek. Apalagi
keterbatasan fisik nya pada gangguan penglihatan dan fisik yang sudah semakin
lemah. Ia tidak mampu menyelesaikan kondisi bangsa yang sedang terpuruk pada
persoalan ekonomi dan ancaman diisentegrasi bangsa.
Gus Dur memimpikan negara ideal model
ke-Indonesia-an sebagaimana yang ia selalu tulis di Media Massa seperti Majalah
Tempo dan Koran Kompas. Ia keras untuk mempraktekan antara ucapan dan perbuatan.
Ia ingin mempraktekan Undang-Undang Dasar 1945 secara murni dan konskuen. Hak
preogratif adalah mutlak milik presiden. Itu bunyi UUD 1945. Namun, politik mempunyai
komunikasi dinamis yang kadang makna regulasi sering selesai di bawah meja. Benar,
Presiden menjalankan Undang-Undang, tapi disisi lain, ia juga harus membaca realita
politik yang tidak lepas adanya kompromi dan kesepakatan bersama tidak
tertulis. Prinsipnya tahu-sama tahu. Pada persoalan yang bersifat “kompromi”
tersebut, kelihatanya Gus Dur belum bisa menerimanya.
Dukungan politik kepada Gus Dur melemah.
Ini yang kemudian berdampak pada impeachment dari kursi kepresidenan. Gus dur
berhenti di tengah jalan. MPR di bahwa pimpinan Amien Rais memperhentikannya
dari kepala negara dan kepala pemerintahan. Ia digantikan oleh wakilnya, Megawati
Soekarno Putri.
Setiap perjalanan politik selalu ada
hikmahnya. Hikmah Gus Dur jadi presiden, masyarakat semakin dewasa untuk
menentuksan keputusan politik untuk masa depan bangsa dan negara. Melalui
proses demokrasi ini, maka muncul beragam presiden baik dari kalangan militer
atau sipil. Rakyat mempunyai keluasan secara terbuka untuk menentukan calon dan
memilihnya untuk nasib bangsa dan negara pada lima tahun mendatang.
Gus Dur telah mampu meletakan acara open
house sebagai visi-misi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ia telah
meletakan makna demokrasi. Meskipun ia sendiri yang menjadi tumbal nya. Sebab
memanglah demikian, dalam alam demokrasi, rakyat mempunyai kewenangan untuk
menilai dari setiap orang yang memimpinya. Melalui open house, Gus Dur juga
telah meletakan harmonisasi kehidupan umat beragama. Meskipun ia juga harus
siap menerima caci maki dari internal umat Islam itu sendiri. Ia tetap rela
menjadi korban caci makian sebagian kecil masyarakat untuk membahagiakan
mayoritas masyarakat Indonesia.
Open house sebenarnya menjadi sarana
efektif untuk mendengar suara rakyat dari dekat. Tentu semua harus bersikap
dewasa. Saat pimpinan dan rakyat nya duduk bareng tetap sama-sama menjaga etika
tanpa kehilangan marwah kedua belah pihak. Seorang pemimpin maupun rakyat nya
paling tidak harus mematuhi regulasi open house dalam Islam. Q.S. Ali Imran
([3]:159) berbunyi sebagai berikut:
“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad)
berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan
berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu
maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah
dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila sengkau telah membulatkan
tekad, maka bertawakallah kepada Allah.sungguh Allah mencintai orang yang
bertawakal”.
Jadi, open house sebenarnya sedikit
memangkas regulasi jarak antara atasan dan bawahan. Pada moment tersebut,
seorang pemimping benar-benar sedang “ngemong” anak-anaknya yang beragam
karakter dan keinginan. Ia bukan sebatas moment basa-basi. Moment itu adalah
musyawarat, moment take and give, sekaligus tausiah. Ia benar-benar
moment untuk saling memahami tentang situasi daerahnya atau malah bangsa nya
dalam berbagai dimensi.
Rakyat juga ada yang cerdas. Mereka tidak
menuntut apa-apa yang berlebih-lebihan. Mereka juga menyadari kemampuan daerah
dan negara. Tapi informasi utuh dan obyektif membuat rakyat ada kepuasaan.
Meskipun mereka pulang tidak mendapatkan THR, atau aqua satu gelas, tetapi
informasi akurat dari pemegang kekuasaan telah membuat mereka merasa puas,
bahwa suara mereka di dengar dengan baik, bukan hanya sebatas suara yang
dimasukan dalam kantong plastik.
Karena open house sebagai representasi
kedekatan pejabat dengan rakyatnya, maka rumah dinas atau apalah namanya jangan
terlihat terlalu sakral. Begitu juga orang-oarng yang ada di dekat pintu
gerbang dan sepanjang rumah tersebut. Jangan sampai ada kesan rumah dinas
seperti rumah hantu yang terkesan angker, sehingga tidak ada tawa dan canda.
Bisakah pejabat bersikap egaliter terhadap rakyat nya?
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Ilmu Tawakal Hatim Al-Ashom; Rizqi Yang Tidak Tertukar
13 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   928
Doaku, Doamu, dan Doa Harimau
12 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   568
Doa Kebaikan Untuk Orang Lain, Sebenarnya Untuk Diri Sendiri
11 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   681
Puasa, Idul Fitri dan Perubahan Pola Makan
06 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   703
Idul Fitri dan Misi Perdamaian
05 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   831
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10395
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3201
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120