
Sahabat-sahabat ku yang hebat,
Hidup adalah masalah. Selesai masalah satu,
bisa jadi muncul masalah sepuluh, duapuluh dan seterusnya. Seorang siswa ingin
kuliah. Itu masalah. Hanya ingin kuliah, tapi berkaitan dengan kuliah sangat
banyak. Kelihatannya sepele; ingin kuliah. Jurusan apa? Satu pertanyaan itu
saja bisa melahirkan berbagai masalah. Tidak diterima, masalah. Diterima
masalah. Ingin kuliah kedokteran, lalu anaknya diterima di fakultas tersebut.
Senang anaknya, tapi orang tua nya masuk Rumah Sakit. Sebab mikir biaya masuk
mencapai ratusan juta.
Semakin modern, manusia semakin mengalami
tekanan jiwa. Stress menghadapi persaingan di dunia usaha. Negara-negara hebat
pun sama. Negara Cina sekitar 18,8% sarjana S1 dan S2 nganggur
Persoalan sejenis tersebut di atas
sebenarnya sudah ada sejak lama. Al-qur’an juga menceritakan kisah persaingan Qabil
dan Habil berkaitan dengan kebutuhan hidup. Al-qur’an juga telah menceritakan Qarun
pada masa Nabi Musa. Dulu dan sekarang sama, format dan masa nya yang berbeda.
Sahabat-sahabat ku yang hebat,
Mari kita lupakan sejenak persoalan
tersebut di atas. mari kita merenungi ayat-ayat dalam Surat Al-Baqarah ayat-3 sebagai
berikut:
الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا
رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۙ
Artinya:
(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang
gaib, menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan
kepada mereka,
Ayat tersebut mempunyai hubungan ayat
sebelum nya tentang orang-orang mutaqin yang mendapatkan petunjuk dari Al-Qur’an.
Orang-orang mutaqin mempunyai ciri sebagai berikut:
Pertama, beriman kepada yang ghaib. Ia tidak bisa dilihat
dengan panca Indera, tapi bisa dirasa dengan akal-pikiran
Sahabat-sahabat ku yang hebat,
Sekarang kita sama-sama memahami fenomena
apa yang disebut “trend pengangguran” yang telah membuat kita merasa sangat
sedih. Saat membuka media sosial, nafas terasa sesak. Ada gelombang PHK besar-besaran.
Efesiensi anggaran. Biaya sekolah tinggi. Kebutuhan hidup bertambah. Penghasilan
semakin hari semakin tidak menentu. Cicilan rumah dan kendaraan masih banyak. Hutang
di Bank masih bertahun-tahun. Kepala pusing. Stress. Persoalan terasa seperti
tidak ada jalan keluarnya.
Apakah persoalan tersebut bisa diselesaikan
dengan keimanan? Tentu saja bisa. Iman bekerja secara pelan, serius dan dinamis.
Keimanan yang tinggi kita kepada-nya berarti kita belajar mengosongkan diri
hati dan pikiran dari persoalan duniawi. Cuci Gudang. Ketika sudah bersih,
masukan akal dan pikiran kita pada energi keimanan kepada-Nya hingga
benar-benar meluber dan membasaih seluruh tubuh kita. Hingga kita merasakan
dingin, tenang dan bahagia. Jika sudah menemukan kondisi seperti ini, maka
pertahankan. Sebab kita mulai merasakan pengaruh iman sudah mulai bekerja
dengan baik.
Iman memang tidak mendatangkan seluruh keinginan
kita seperti dongeng Lampu Aladin. Saat kita ada masalah dengan pekerjaan dan
hutang, maka permasalah tersebut tetap ada. saat anda banyak tanggungan, maka tanggungan
harus juga dilunasi.
Tapi, keimanan yang kuat membantu
menjalankan hidup dengan sangat baik. Keimanan yang bekerja dengan
petunjuk-petunjuk Sang Maha Kuasa menyebabkan manusia menjadi tangguh, pikiran berfungsi
kembali dengan baik, dan tenaga kembali melimpah seperti sedia kala. Jadi, iman
bekerja menormalkan hakikat manusia yang tangguh. Manusia tangguh lahir dari
keyakinan kepada Allah sangat meluber. Sehingga pikiran dan hati terpatri bahwa
semua dari Allah dan atas bantuan-Nya semua bisa diselesaikan dengan baik.
Imam Al-Ghozali dalam Kitab Ihya ‘Ulumuddin
mengambil pendapat Imam Syafi’i sebagai berikut:
Tidak ada keteguhan hati kecuali sesudah
diuji. Apabila diuji maka bersabar. Apabila bersabar maka teguhlah hati. Tidakah
engkau lihat, bahwa Allah menguji Nabi Ibrahim, kemudian ia memberikan
ketetapan-nya dalam hati. Ia menguji kepada Nabi Musa dan Ia memberikannya
ketetapan hati. Ia menguji Nabi Ayub, dan ia memberikan ketetapannya dalam
hati. Ia menguji Nabi Sulaiman dan Ia memberikannya ketetapan dalam hati dan
menganugerahinya Kerajaan. Maka ketetapan hati adalah derajat yang paling utama
Sahabat-sahabat ku yang hebat,
Persoalan orang-orang masa lalu jauh lebih
berat dari persoalan kita sekarang. Mereka dulu berkaitan dengan persoalan akidah,
ibadah dan kehidupan sosial-ekonomi yang sangat komplek. Mereka mempunyai
keteguhan hati yang membaca. Yakin akan pertolongan Allah. Menghujam dalam
hati. sangat kuat sekali. Maka Tuhan pun memberi anugerah kekuatan yang
luarbiasa kepada akal-pikiran, hati dan tenaga untuk mengurai sediki-demi
sedikit berbagai persoalan dengan sangat hebat. Tuhan yang kita Imani akan
bekerja dengan sangat indah saat keteguhan hati sudah memuncak dan menjadi way
of life.
Iman yang kuat melahirkan keteguhan hati
yang hebat. Bukan omon-omon. Bukan sebatas iman “tempe” di pagi hari,
tapi “kedelai” di sore hari. Kita menghadapi persoalan pekerjaan dan
kebutuhan hidup, bukan menghadapi perang seperti nabi Muhammad saat Perang
Badar. Anda bisa membayangkan pasukan Islam hanya berjumlah 300-an orang, musuh
1000-an orang. Sebagian sahabat juga mempunyai rasa sedih, risau, galau dan
kacau pikiran seperti yang kita alami saat sekarang ini. Mereka menghadapi dua
pilihan: hidup dan mati. Mereka bukan sedang berfikir hutang dan cicilan mobil
atau rumah. Mereka sedang mempertaruhkan nyawa nya.
Maka pilihan yang tepat adalah keteguhan
hati menghadapi persoalan hidup. Allah menjadi penolong utama. Yakin dan
bergerak. Terbukti, perang dimenangkan oleh pasukan Rasulullah SAW.
Dari paparan di atas, kita bisa memahami
bahwa keimanan kita kepada ghaib adalah keyakinan mutlak akan kekuasaan allah
dan kita menyakini serratus persen akan pertolongan-nya. Cara berfikir seperti
ini sudah terbukti sukses oleh generasi sebelum kita. Sebab keyakinan membuat
energi kita menumpuk sangat banyak dan siap mentranfer segala aktifitas dan solusi-solusi
positif sehingga sedikit-demi sedikit beban semakin berkurang.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Q.S. Al-Baqarah Ayat 66 : Pesan Terbuka Bani Israel Bagi Umat Islam
11 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   96
Q.S. Al-Baqarah Ayat 65 : Ketika Allah Mengutuk Bani Israel Menjadi Monyet
17 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   295
Q.S. Al-Baqarah Ayat 63 : Akibat Inovasi Meninggalkan Kitab Suci
07 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   272
Q.S. Al-Baqarah Ayat 62 : Jalan Menghilangkan Rasa Sedih Akut
04 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   355
Q.S. Al-Baqarah Ayat 61 : Memaknai Ujian dan Kenikmatan dari Sudut Ruhaniah
02 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   286
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10391
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3200
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120