
Islam lahir sebagai agama dakwah. Nabi
Muhammad SAW telah memberikan uswatun hasanah kepada umat nya. Ia telah
membuat konten positif untuk mengganti sekaligus melawan konten negatif plus
provokatif masyarakat jahiliyah seperti minum-minuman keras, berjudi, menikahi
ibunya, membunuh bayi perempuan karena takut miskin, memberi warisan kepada
anak angkat laki-laki dan konten-konten lain yang merusak peradaban masyarakat
jahiliyah. Pertarungan konten kreator saat itu sangat jelas garis pemisah:
Islam Vs jahiliyah. Islam mengedepankan tauhid, keluhuran budi pekerti sedangkan
jahiliyah lebih mengedepankan nafsu dan sebatas kepentingan dunia semata.
Segala sesuatu yang dikatakan dan dilakukan
oleh Nabi telah menjadi rujukan kehidupan yang agung. Semua sahabat sangat
mencintainya. Demi perjuangan Islam, ada sahabat merelakan seluruh hartanya
diberikan kepada nabi Muhammad. Bahkan sahabat-sahabat Nabi yang kehidupannya
sederhana ekonominya, sangat senang sekali menyambut Nabi dengan memasakan
makanan yang terbaik untuk nya. Tidak hanya itu saja, ia pun sering kali
memberikan sebagian hartanya untuk kepentingan dakwah Islam. bahkan ada sahabat
Nabi yang suka menyimpan potongan rambut Nabi dan menyimpan keringat Nabi
ketika ia tertidur. Kekuatan spiritual kecintaan nabi telah menjelma menjadi
energi berlimpah umat nya untuk senantiasa mencintai nya dengan sepenuh hati.
Cinta para sahabat Nabi sangat mendalam
sedemikian rupa. Sampai-sampai kaum kafirin mengejek dan menganggap mereka
sebagai kelompok yang bodoh atas perilaku nya yang sangat menghormati Nabi berlebih-lebihan
dan mengorbankan harta tanpa kenal hitungan serta mencintai tanpa batas.
Kaum kafirin sangat membenci sikap
tersebut. sebab sikap cinta yang demikian melahirkan militansi umat nabi akan
terus menebar dan terus berkembang menjadi kekuatan maha dahsyat seperti
kekuatan air laut yang maha luas. Tidak ada satu kekuatan yang bisa
membendungnya.
Keindahan Nabi tidak hanya berhenti di
Jazirah Arab. Umat Islam semakin luas. Mereka semakin masif mempromosikan
keagungan Nabi Muhammad ke seluruh penjuru dunia, termasuk ke wilayah
Nusantara.
Islam masuk ke Indonesia-Nusantara- sudah
sangat tua yaitu pada masa Kerajaan Majapahit. Perkembangan Islam tidak lepas
dari para pedagang di lautan india yang didominasi penganut Islam. Berarti pada
abad ke-15, Islam sudah menjadi bagian dari agama masyarakat nusantara dan
mendirikan Kerajaan demak pasca hancurnya Kerajaan Majapahit
Sebagaimana Islam di Arab Saudi sangat
dibenci oleh kaum jahiliyah, di Indonesia juga sangat dibenci oleh jahiliyah
modern. Ketika pesantren menjadi tonggak kekuatan Islam pada abad 17,18, dan
19, kolonialisme Belanda sangat ketakutan terhadap kekuatan tersebut. Berikut
tulisan dari D.K Emerson:
Ketakutan Belanda kepada orang-orang yang
condong kepada islam -pesantren- mempenaruhi struktur dan kesempatan dalam
adminsitrasi kepegawaian pribumi; pada waktu seorang patih yang dilaporkan
menghina islam oleh belanda dinaikkan pangkatnya menjadi bupati, maka hal ini
menjadi Pelajaran yang jelas bagi teman-temannya
Dari fakta tersebut menunjukan bahwa
pesantren sejak kelahirannya di bumi Nusantara-indonesia-sudah mendapatkan
intimidasi, ancaman dan bahkan pembubaran dari kolonialisme belanda karena
dianggap satu-satunya kelompok yang tegas menolak penjajahan dan membahayakan
penjajah.
Pada tahun 1810 Gubernur Jenderal Daendels
mengeluarkan dekrit agar para kyai yang melakukan perjalanan harus mempunyai
paspor dengan tujuan agar mudah diawasi segala kegiatannya. Ini menunjukan
kedudukan kyai yang mempunyai kekuatan mampu menggerakan umatnya melawan
kolonialisme saat itu. Rafles juga mengakui bahwa setiap kyai di Indonesia
mempunyai kedudukan tinggi dan dihormati oleh santri dan masyarakat. Kelompok
ini-kyai dan pesantren-dalam sejarah sangat aktif menentang kolonialisme dan
melakukan berbagai gerakan pemberontakan
Pandangan Rafles tentang kedudukan kyai di
tengah-tengah masyarakat muslim saat itu bukan sembarang asal kata. Ia telah
melakukan penelitian ilmiah dengan melibatkan kaki tangan-kaki tangan nya.
hingga pada suatu kesimpulan akhir, bahwa satu-satunya kelompok muslim yang
terang-terangan melawan penjajah dan tidak mau kerjasama yaitu golongan muslim Pesantren
Tradisional Ahlusunnah Wal Jamaah.
Fakta ini juga dibuktikan dalam sejarah.
peristiwa resolusi jihad yang terjadi di Surabaya. Pencetusnya adalah Hadratusyeikh
K.H. Hasim Asy’ari. Isi resolusi jihad yaitu: pertama, kemerdekaan Indonesia
yang diplokamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 wajib dipertahankan; kedua Republik
Indonesia sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah, wajib dibela dan
diselamatkan; ketiga musuh Republik Indonesia, terutama Belanda yang datang
dengan membonceng tugas-tugas tentara sekutu (Inggris) dalam masalah tawanan perang
bangsa Jepang tentulah akan menggunakan kesempatan politik dan militer untuk
kembali menjajah Indonesia; keempat umat Islam terutama Nahdlatul Ulama wajib
mengangkat senjata melawan Belanda dan kawan-kawannya yang hendak menjajah
Indonesia; kelima kewajiban tersebut adalah suatu jihad yang menjadikan
kewajiban tiap-tiap orang Islam yang berada pada jarak radius 94 km. Adapun
diluar jarak tersebut, berkewajiban membantu saudara-saudaranya dalam jarak
radius 94 km tersebut
Ketika kyai dan santri selesai resolusi
jihad, datang persoalan baru yaitu musuh dari internal bangsa sendiri yaitu
kaum komunis. Lagi-lagi, kyai dan santri dibuat konten jahat oleh PKI lagi dengan
menyebut ulama sebagai“ Tujuh Setan Desa”. Konten tersebut sangat kreatif dan
merusak, sehingga terjadi perang terbuka antara ulama, santri-NU- dengan PKI
pada 1948-1965. Salah satu pesantren yang menjadi sasaran yaitu Pesantren
Lirboyo
Jihad radius 94 km adalah bukti nyata telah
membuktikan konsistensi ulama, kyai dan santri dalam memperjuangkan dan mempertahankan
Kemerdekaan Republik Indonesia. Jihad para ulama, kyai dan santri melawan gerakan
PKI sejak tahun 1948-1965 juga bukti nyata mereka menolak secara tegas bangsa
dan negara ini menjadi negara komunis. Para ulama,kyai dan santri rela
mengorbankan jiwa dan raga demi terwujudkan negara yang berlandaskan
nilai-nilai syariat Islam.
Terlepas dari segala kekurangan yang ada
sebagai manusia dan sebagai lembaga pendidikan,para ulama, kyai santri dan
pondok pesantren telah meletakan hatinya dan me-waqaf-kan dirinya untuk
menghidupkan agama Allah yang rahmatalil ‘alamin. Pola pendidikan yang demikian
ini membuat mereka tetap semangat untuk terus berjihad dalam arus gempuran arus
modernisasi dan kejam nya dunia digital yang semakin mengikis dan menghancurkan
nilai-nilai moral bangsa Indonesia.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Lomba Debat
06 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   121
Little is Beautiful:Catatan Expo HMPS KPI
05 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   191
Melihat Kejadian dengan Kacamata Iman
04 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   176
Cahaya Ketenangan Batin
04 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   104
Expo Kemandirian Pesantren: Tantangan Bukan Rintangan
30 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   258
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10391
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3200
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120