
Perjalanan manusia ada batasnya. Kehebatan manusia
ada masa nya. Dan kejayaan manusia ada waktunya. Sejarah hidup mengajarkan
tentang hakikat keindahan bukan pada bentuk yang rupawan, tetapi rasa cinta
yang mendalam kepada Sang Pencipta. Itulah kata kunci dari ibadah. Allah SWT telah
berfirman dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 21 sebagai berikut:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ
وَالَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ٢
Artinya:
Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan
orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Ayat tersebut bercerita tentang sejarah kehidupan. Ibnu Khaldun mengatakan
bahwa sejarah adalah seni yang luas, bermanfaat, dan mempunyai tujuan mulia.
sejarah akan menjadikan seseorang mengerti latar historis umat-umat manusia
pada masa lalu, para nabi dan para penguasa dalam misi politik dan
pemerintahan. Sejarah merupakan ilmu yang sangat penting terutama bagi mereka
yang ingin mengetahui urusan dunia dan akhirat. Bahkan sejarah dapat menyelamatkan
seseorang dari kekeliruan dan kesalahan
Ayat tersebut adalah seni sejarah. Tuhan sangat mencintai hamba-hamba-Nya.
Ia telah memberikan gambaran panjang lebar tentang orang-orang yang
mendurhakai-Nya. Berakhir dengan penderitaan. Berakhir dengan ketersesatan yang
berkepanjangan. Dan berakhir dengan penyesalan sepanjang hayat. Sebab mereka
telah gagal melihat hakikat keindahan. Ia tertutup oleh nafsu duniawi. Sehingga
keindahan di depan mata, bahkan keindahan yang menyatu pada dirinya tidak bisa
terlihat dengan jelas. Seperti kata pepatah “Gajah dipelupuk mata tidak
terlihat, Semut hitam di tengah laut di atas batu hitam pekat terlihat dengan jelas”.
Apa keindahan yang ada pada dirinya? Yaitu qalbn atau hati. Ia tempat
bertanya, tempat berdiskusi dan tempat menemukan suatu kebenaran. Tapi Allah
telah menjelaskan dalam lintasan sejarah, bahwa kebenaran sejati dalam hati
telah ditinggalkan oleh sebagian bangsa-bangsa terdahulu. Kaum Nabi Luth melihat
keindahan fisik pada cinta sesama jenis. Padahal itu fatamorgana. Ketika
hati yang paling dalam memberi jawaban, maka akan keluar jawaban yang sangat
rasional dan tepat: “Percintaan sesama jenis itu sangat menjijikan”. Ketika para
penyembah berhala bertanya pada hati mereka, maka hati mereka akan menjawab: “Sungguh
kami ini sangat dungu menyembah patung yang dianggap Tuhan. Padahal itu ciptaan
kami. Masa Tuhan terlahir hasil rekayasa kami?”. Ketika orang membenci
saudara-saudaranya, dan membunuh sebagian mereka, hati pasti akan menjawab: “Perbuatan
tersebut sangat tidak pantas dan sangat keji sekali”.
Namun bisikan setan sangat halus dan sangat menggoda. Segala sesuatu
yang sangat menjijikan menjadi terlihat nikmat dan modern.
Penulis melihat fenomena tersebut, bahwa semua orang mengetahui
bahwa morfin, ganja, candu dan sejenisnya itu merusakan diri. Semua manusia
akan mengatakan demikian. Tapi setan terus ngipas-ngipasi kenikmatan
palsu. Ia nangkring di atas akal. Diikat dengan tali yang sangat kuat. Sehingga
pada akhirnya terperosok di dalam nya. Saat sudah terperosok, setan meloncat
dari akal pikiran dan pergi dari hati. Maka orang tersebut terjaga,kaget, sadar
dan menangis sejadi-jadinya sambil berkata: “Duhai Tuhan, betapa bodoh nya aku
ini!”.
Ayat tersebut mengajarkan tentang pentingnya melihat masa lalu. Ada nilai-nilai
keagungan yang bisa dipetik sebagai berikut: Pertama, urgensi nya fondasi
teologis. Bahwa semua umat-umat masa lalu hancur karena telah meninggalkan
sholat dan ibadah-ibadah lainnya. Keangkuhan kehebatan intelektual dan karya peradaban
masa lalu telah menguak kebenaran sejarah, bahwa semua itu menjadi saksi akibat
lupa kepada-Nya. Semua menjadi tidak berguna. Keagungan masa lalu lebih dulu
hancur daripada gedung-gedung dan tempat-tempat yang dibangun. Kedua, fondasi
moralitas. Bahwa perilaku manusia dibangun atas dasar “memanusiakan manusia”.
ketika kita telah mampu memanusiakan manusia sebenarnya secara moral telah
dicatat sebagai orang baik. Namun pada sisi lain, manusia sebagai hamba Allah. Ia
dulu tidak ada dan diadakan oleh-Nya. Ketika, ia melupakan Allah makan secara
etika dia kehilangan moral tertingginya. Itu sebabnya hidup didunia haru bisa
menyeselaraskan hubungan dengan sesame manusia dan hubungan dengan sang
pencipta yaitu Allah SWT. Fondasi sosial-politik. Kesombongan manusia sering
terjadi karena kekuasaan. Para penguasa terdahulu seperti Fir’aun, Namrud,
Patih Haman, Qorun hanya sebagian kecil wujud dari manusia yang mendewakan
kekuatan sosial-politiknya
Dari paparan di atas, sungguh Tuhan sangat menyayangi kita. Ia masih
mengingatkan kepada kita agar selalu menyembah-Nya. Tuhan adala tujuan hidup manusia.
Kita berasal dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Menyembahnya berarti
memperbaiki sisa-sisa hidupnya dengan beribadah dan berkarya terbaik hanya
mengharap ridha-Nya.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Q.S. Al-Baqarah Ayat 66 : Pesan Terbuka Bani Israel Bagi Umat Islam
11 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   97
Q.S. Al-Baqarah Ayat 65 : Ketika Allah Mengutuk Bani Israel Menjadi Monyet
17 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   296
Q.S. Al-Baqarah Ayat 63 : Akibat Inovasi Meninggalkan Kitab Suci
07 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   273
Q.S. Al-Baqarah Ayat 62 : Jalan Menghilangkan Rasa Sedih Akut
04 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   356
Q.S. Al-Baqarah Ayat 61 : Memaknai Ujian dan Kenikmatan dari Sudut Ruhaniah
02 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   287
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10395
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3201
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120