Avatar

Vijianfaiz,PhD

Penulis Kolom

250 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Lomba Debat


 DIARY

Kamis , 06 November 2025



Telah dibaca :  120

Pagi ini saya membuka acara lomba debat yang diadakan oleh DEMA IAIN Datuk Laksemana Bengkalis. Insya Allah dilanjutkan pembukaan lomba perlombaan futsal kamis malam jum’at pada jam 19.00 WIB. Kegiatan dema dengan anggaran DIPA. cukup kreatif. Saya senang melihat kreatifitas mereka. Sepanjang kegiatan positif, maka saya semaksimal mungkin mendukungnya.

Pagi ini saya memberi beberapa pesan dalam sambutan lomba debat yang diikuti oleh siswa dan mahasiswa di Kabupaten Bengkalis. Lomba debat tidak hanya mengandalkan kemampuan mengolah kata, juga membutuhkan literasi yang mumpuni, dan data yang akurat.

Ahli debat mampu berbicara dengan baik, menguasai panggung dan membius atau bahkan mampu mempengaruhi seluruh isi ruangan. Penampilannya sangat menyakinkan dan mendapatkan aplaus yang luarbiasa oleh orang-orang yang hadir di ruangan tersebut. Sayang sekali jika kemampuannya hanya bermodal silat lidah dan tidak disertai kedalaman referensi yang akurat.

Pola debat tersebut diatas sebenarnya bukan debat. Lebih tepatnya sebatas “debat kusir”, yang tujuannya hanya untuk mencari pembenaran diri dan tidak memperdulikan lawan debatnya. Sebab dari awal tujuan debatnya bukan menunjukan kebenaran data, tapi sebatas untuk menunjukan kehebatan diri atau kemampuan diri dalam melihat persoalan dengan pikiran dan perasaan semata.

Itu sebabnya ketika kita mempunyai kemampuan tampil di depan forum-sebagaimana pada lomba debat pagi ini-maka perlu dikemas lagi dengan baik agar dilengkapi dengan referensi yang akurat. Sehingga kemampuannya dalam menguasai panggung debat menjadi lebih berbobot dan mendidik.

Pola debat seperti ini sering dilupakan oleh sebagian para politisi atau aktivis. Mereka mempunyai kemampuan diskusi dan orasi di atas panggung, tapi sering sebatas propaganda semata dan melupakan kebenaran-kebenaran data yang konkrit. Sebab memang terkadang yang dicari oleh mereka bukan data, tapi popularitas. Mereka hanya membutuhkan beberapa diksi-diksi penting dan menarik serta yang sedang menjadi perbincangan publik. Masyarakat pun senang mendengarnya dan memilihnya.

Pola debat selain membutuhkan data ilmiah yang tepat, juga yang tidak kalah pentingnya yaitu pentingnya menjaga setiap kata atau ucapannya mengandung nilai-nilai moralitas yang agung. Sebab format debat sebenarnya lahir dari jalan untuk mencari kebenaran dan keagungan serta tetap berpegang tinggi pada nilai-nilai moral yang hidup di masyarakat. Jika orang beragama standarisasinya yaitu nilai-nilai agama yang terkandung dalam kitab suci nya.

Debat merupakan kemampuan berkomunikasi. Ia bukan sebatas orasi di panggung, tapi juga hadir dalam forum-forum resmi. Seorang kepala negara membutuhkan ahli debat yang berkualitas sebagai juru negosiasi, diplomat atau juru bicara. Peran nya menjadi ujung tombak negosiasi. Gagal dan sukses berada di ujung tombak di tangan seorang diplomat.

Dalam forum-forum bisnis juga sangat dibutuhkan pegawai yang mempunyai kemampuan negosiasi. Hal yang sama juga dalam forum-forum ilmiah di perguruan tinggi atau seminar-seminar lintas ilmu. Para ahli debat, negoisator, orator-dalam bentuk yang beragam nama nya-akan menjadi daya tarik dan membuat forum menjadi lebih hidup dan menyenangkan.

Namun forum debat, forum diskusi dan forum-forum lain bisa menjadi berantakan ketika tidak mempunyai profesionalitas pada bidang tersebut. Forum debat menjadi kering, membosankan dan sangat memuakan manakala di ruang yang terhormat tersebut justru yang muncul adalah ucapan, ungkapan, dan narasi-narasi yang tidak mencerminkan sebagai manusia yang terhormat.

Hari ini, forum debat dan diskusi telah tumbuh subur di layar televisi dan kanal youtube. Demi polularitas dan keuntungan duniawi sering melupakan kode etik debat yang menjunjung tinggi data ilmiah, keluasan ilmu, moralitas dan ajaran-ajaran agama yang ada dalam kitab suci. Ruang debat sudah bergeser menjadi ruang debat kusir yang tujuan sebatas untuk saling menjatuhkan satu dengan lainnya.

Sebagai penutup, tulisan ini saya berharap semoga dari acara lomba debat ini akan muncul generasi yang mempunyai kemampuan debat, kefasehan lisan dan keluasan ilmu serta kedalam akhlak sehingga mampu menyampaikan kebenaran, memberikan solusi dan menjadi dakwah islamiyah di muka bumi.



Penulis : Vijianfaiz,PhD


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


   Berita Terkait

Little is Beautiful:Catatan Expo HMPS KPI
05 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   190

Melihat Kejadian dengan Kacamata Iman
04 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   176

Cahaya Ketenangan Batin
04 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   104

Expo Kemandirian Pesantren: Tantangan Bukan Rintangan
30 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   258

Sumpah Pemuda dan Sumpah Perusahaan Google
28 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   335

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10391


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3200


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120