Avatar

Vijianfaiz,PhD

Penulis Kolom

250 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Membaca Watak Orang Kafir



Sabtu , 22 Maret 2025



Telah dibaca :  428

Pada kesempatan ini, mari kita sama-sama membaca beberapa ayat firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 6-7 sebagai berikut:

اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ ۝٦

خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌࣖ ۝٧

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang kufur itu sama saja bagi mereka, apakah engkau (Nabi Muhammad) memberi peringatan atau tidak, mereka tidak akan beriman.

Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka. Pada penglihatan mereka ada penutup, dan bagi mereka azab yang sangat berat.

Al-Kufru mempunyai arti menutupi sesuatu. Orang yang kafir berarti menutupi kenyataan dan menyembunyikan nikmat-nikmat Allah kepadanya. Setiap orang yang tidak beriman kepada Allah disebut orang kafir (Az-Zuhaili, 2013). Ibnu Abbas dan Al-Kalbi mengatakan bahwa maksud dari kafaru yaitu ayat ini turun unuk tokoh Yahudi, seperti Huyay bin Akhthab, Ka’ab bin Asyraf dan teman-teman (Qurthubi, 2015).

Dari sudut keimanan, Islam membagi manusia menjadi dua yaitu orang yang beriman (mu’min) dan orang yang tidak beriman (orang kafir). Keduanya juga mempunyai balasan yang berbeda-beda. Orang muslim mendapatkan balasan surga, dan orang kafir mendapatkan balasan neraka. Sedangkan orang munafik pada hakikatnya adalah orang-orang kafir yang mengaku beriman kepada Allah dan rasul-Nya. Ia yang dijelaskan oleh Allah dalam Q.S. Al-Baqarah sebagai berikut:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ ۝٨

Artinya:

Di antara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari Akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang mukmin.

Pada ayat-ayat tersebut di atas penulis bisa memahami bahwa watak orang kafir yang benar-benar tertutup dari hidayah senantiasa dalam keadaan kafir. Meskipun mereka sudah mendapatkan dakwah dan kebenaran sudah sampai pada mereka, tetap mereka tidak mau menerimanya. Bukan mereka tidak mengetahui al-qur'an dan hadist, justru mereka sangat memahami isinya. Mereka berusaha sama seperti umat Islam yaitu melakukan dakwah. Tentu sesuai versinya.  Kaum Kafirin melakukan kajian-kajian ajaran Islam secara mendalam. Mereka bahkan ada yang hafidz al-qur’an dan hadist serta menguasai literatur khasanah keilmuan Islam baik klasik maupun modern. Tetapi mereka tetap tidak beriman kepada Allah SWT.

Tentu saja, sebagai manusia orang kafir mempunyai watak yaitu watak yang suka bermusuhan (kafir harb) dan watak yang bersahabat (kafir dzimi). Dalam kilasan sejarah, keduanya selalu ada dan masing-masing mempunyai pandangan nilai-nilai agama yang dipegang sebagai suatu kebenaran hakiki. Orang muslim pun sama, mempunyai watak yang bermusuhan dan watak yang bersahabat.

Hakikat manusia sama apapun agama, suku, etnis dan budayanya. Sebab itu bagian dari watak manusia yang sejak lahir sudah ada pada dirinya. Hanya sifat mana yang mempunyai pertumbuhan yang lebih subur. Itulah yang akan menjadi jalan hidupnya.

Pertama, orang kafir yang mempunyai watak permusuhan. Dalam konteks sejarah, ketika Nabi Muhammad datang ke Yasrib, orang-orang Yahudi ingin bekerjasama dengan Nabi Muhammad SAW. Mereka ingin menjadikan Muhammad dan pengikutnya sebagai sekutu. Namun ketika mereka melihat adanya pasal tentang kebebasan menjalankan agama serta berdakwah, umat Islam di Madinah semakin berkembang pesat. Hal ini menimbulkan kemarahan dan kedengkian Kaum Yahudi. Namun mereka tidak berani secara terang-terangan. Mereka menggunakan beragam tipu muslimat untuk menjerumuskan Nabi dan pengikutnya ke lembah kebinasaan. Tapi mereka tidak mau secara terang-terangan. Mereka  membangun presepsi, seolah-olah berdamai dengan umat Islam agar bisnis dan tujuan tujuan kepentingan politik mereka bisa tercapai dengan baik (Haekal, 1996). Meskipun demikian, kebencian dan kemarahan dan segala rencana makar yang mereka sembunyikan lama kelamaan akan terlihat juga. Akhirnya beberapa kelompok Kaum Yahudi diusir dari Madinah seperti Bani Quraizhah, Bani Qainuqa, dan Bani Nadhir.

Kenapa Yahudi ingin menundukan Nabi Muhammad. Padahal secara garis besar, mereka mempunyai garis keturunan sama yaitu sama-sama dari keturunan Nabi Ibrahim. Kaum Yahudi dari keturunan Nabi Ishak, dan Nabi Muhammad dari keturunan Ismail. Kedua nabi sama-sama dari anak Nabi Ibrahim AS. Tapi beda ibu. Ishak dari Sarah, istri pertama. Sedangkan Ismail dari Hajar, istri kedua.

Dari sini menjadi persoalan serius. Kita telah mengetahui dalam sejarah bahwa Hajar adalah seorang perempuan sholehah merupakan hadiah Raja Mesir untuk Nabi Ibrahim. Hajar adalah seorang budak suci. Sangat baik akhlaknya (Katsir, 2004). Namun bagi kaum Yahudi, status tersebut menjadi bahan olok-olok dan mereka merasa lebih mulia karena lahir dari seorang ibu yang statusnya dari awal bukan budak.

Kesukaan mengolok-ngolok dalam jalur satu nasab sudah hal yang biasa dilakukan oleh Kaum Yahudi. Hal sama juga terjadi dengan Nasib Nabi Yusuf dan Bunyamin. Mereka satu ayah dan satu ibu. Saudara-saudara lain yang satu ayah berbeda ibu yaitu : Ruben, Simeon, Levi, Yehuda, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon, dan Dina. Jadi, sudah mengherankan sekali bahwa watak kaum yahudi memang selalu saja mengolok-olok siapa saja yang dianggap rendah oleh mereka. Bukan hanya sesama yahudi, apalagi orang-orang yang diluar yahudi. Sebab mereka telah menganggap dirinya kelompok yang paling hebat sebagai anak Tuhan. Selain yahudi adalah anak dari bumi.

Apalagi saat sekarang ini, adanya tembok ratapan  (Western Wall), bagian sisa Bait Suci Kedua di Yerusalem, sangat penting bagi umat Yahudi sebagai tempat berdoa dan meratapi kehancuran Bait Suci, dibangun oleh Raja Herodes. Ia sangat politis. Satu sisi membangun emosional kaum yahudi dunia. Sisi lain, Mereka melakukan doktrin tentang kebenaran agama yahudi sebagai satu agama yang hanya untuk kaum yahudi. Sangat eklusif sekali.

Apakah mereka benar-benar sedang ritual agama. Mereka tentu saja bagian ritual suci. Tapi penulis berpandangan bahwa sifat politis nya lebih dominan daripada persoalan agama. Jika karena benar-benar persoalan agama, seharusnya kaum yahudi tidak akan membunuh dan mendurhakai para Nabi. Sebab melakukan keduanya merupakan suatu kesalahan sangat besar. Itu tindakan kafir. Bagaimana mungkin mereka mengakui Tuhan sedangkan nabi mereka sendiri sebagai Utusan Tuhan saja dibunuh. Menurutku, mereka lebih tepat  menggunakan agama sebagai kedok untuk mendapatkan kejayaan di dunia. Orientasi mereka sebenarnya hanya satu yaitu ingin kekuasaan di dunia. Dengan kekuasaan mereka akan mendapatkan kemulyaan dan kekayaan. Dari sini sebenarnya mereka sedang mengembangkan sayap paham materialisme dalam setiap aktivitas yang dilakukan olehnya. Mereka terus melakukan kajian ilmiah untuk menguasai seluruh sumber penghidupan di seluruh dunia. Maka terjadilah mafia kejahatan. Laksana kehidupan mafia di lautan, ikan-ikan besar memangsa ikan-ikan kecil. atau laksana mafia di hutan, para raja-raja hutan dengan leluasa memangsa binatang-binatang lainnya dengan sangat brutal.



Penulis : Vijianfaiz,PhD


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


   Berita Terkait

Q.S. Al-Baqarah Ayat 66 : Pesan Terbuka Bani Israel Bagi Umat Islam
11 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   96

Q.S. Al-Baqarah Ayat 65 : Ketika Allah Mengutuk Bani Israel Menjadi Monyet
17 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   295

Q.S. Al-Baqarah Ayat 63 : Akibat Inovasi Meninggalkan Kitab Suci
07 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   272

Q.S. Al-Baqarah Ayat 62 : Jalan Menghilangkan Rasa Sedih Akut
04 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   355

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10391


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3200


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120