
Pada kesempatan ini, mari kita sama-sama
membaca beberapa ayat firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 6-7 sebagai berikut:
اِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاۤءٌ عَلَيْهِمْ ءَاَنْذَرْتَهُمْ اَمْ
لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُوْنَ ٦
خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْۗ وَعَلٰٓى
اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌࣖ ٧
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang yang kufur itu sama saja bagi mereka, apakah
engkau (Nabi Muhammad) memberi peringatan atau tidak, mereka tidak akan
beriman.
Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka. Pada penglihatan
mereka ada penutup, dan bagi mereka azab yang sangat berat.
Al-Kufru mempunyai arti menutupi sesuatu. Orang
yang kafir berarti menutupi kenyataan dan menyembunyikan nikmat-nikmat Allah
kepadanya. Setiap orang yang tidak beriman kepada Allah disebut orang kafir
Dari sudut keimanan, Islam membagi manusia menjadi dua yaitu orang yang
beriman (mu’min) dan orang yang tidak beriman (orang kafir). Keduanya juga
mempunyai balasan yang berbeda-beda. Orang muslim mendapatkan balasan surga,
dan orang kafir mendapatkan balasan neraka. Sedangkan orang munafik pada
hakikatnya adalah orang-orang kafir yang mengaku beriman kepada Allah dan
rasul-Nya. Ia yang dijelaskan oleh Allah dalam Q.S. Al-Baqarah sebagai berikut:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَّقُوْلُ اٰمَنَّا بِاللّٰهِ وَبِالْيَوْمِ
الْاٰخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِيْنَۘ ٨
Artinya:
Di antara manusia ada yang berkata, “Kami
beriman kepada Allah dan hari Akhir,” padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah
orang-orang yang mukmin.
Pada ayat-ayat tersebut di atas penulis
bisa memahami bahwa watak orang kafir yang benar-benar tertutup dari hidayah
senantiasa dalam keadaan kafir. Meskipun mereka sudah mendapatkan dakwah dan kebenaran sudah sampai pada mereka, tetap mereka tidak mau menerimanya. Bukan mereka tidak mengetahui al-qur'an dan hadist, justru mereka sangat memahami isinya. Mereka berusaha sama seperti umat Islam
yaitu melakukan dakwah. Tentu sesuai versinya. Kaum Kafirin melakukan kajian-kajian ajaran Islam secara
mendalam. Mereka bahkan ada yang hafidz al-qur’an dan hadist serta menguasai
literatur khasanah keilmuan Islam baik klasik maupun modern. Tetapi mereka
tetap tidak beriman kepada Allah SWT.
Tentu saja, sebagai manusia orang kafir mempunyai watak yaitu watak yang suka bermusuhan (kafir harb) dan watak yang bersahabat (kafir dzimi). Dalam kilasan sejarah, keduanya selalu ada dan masing-masing mempunyai pandangan nilai-nilai agama yang dipegang sebagai suatu kebenaran hakiki. Orang muslim pun sama, mempunyai watak yang bermusuhan dan watak yang bersahabat.
Hakikat manusia sama apapun agama, suku, etnis dan budayanya. Sebab
itu bagian dari watak manusia yang sejak lahir sudah ada pada dirinya. Hanya sifat
mana yang mempunyai pertumbuhan yang lebih subur. Itulah yang akan menjadi
jalan hidupnya.
Pertama, orang kafir yang mempunyai watak
permusuhan. Dalam konteks sejarah, ketika Nabi Muhammad datang ke Yasrib,
orang-orang Yahudi ingin bekerjasama dengan Nabi Muhammad SAW. Mereka ingin
menjadikan Muhammad dan pengikutnya sebagai sekutu. Namun ketika mereka melihat
adanya pasal tentang kebebasan menjalankan agama serta berdakwah, umat Islam di
Madinah semakin berkembang pesat. Hal ini menimbulkan kemarahan dan kedengkian Kaum
Yahudi. Namun mereka tidak berani secara terang-terangan. Mereka menggunakan
beragam tipu muslimat untuk menjerumuskan Nabi dan pengikutnya ke lembah
kebinasaan. Tapi mereka tidak mau secara terang-terangan. Mereka membangun presepsi, seolah-olah berdamai dengan umat Islam agar bisnis dan tujuan tujuan
kepentingan politik mereka bisa tercapai dengan baik
Kenapa Yahudi ingin menundukan Nabi
Muhammad. Padahal secara garis besar, mereka mempunyai garis keturunan sama
yaitu sama-sama dari keturunan Nabi Ibrahim. Kaum Yahudi dari keturunan Nabi
Ishak, dan Nabi Muhammad dari keturunan Ismail. Kedua nabi sama-sama dari anak Nabi
Ibrahim AS. Tapi beda ibu. Ishak dari Sarah, istri pertama. Sedangkan Ismail
dari Hajar, istri kedua.
Dari sini menjadi persoalan serius. Kita
telah mengetahui dalam sejarah bahwa Hajar adalah seorang perempuan sholehah merupakan hadiah Raja Mesir untuk Nabi Ibrahim. Hajar adalah seorang budak
suci. Sangat baik akhlaknya
Kesukaan mengolok-ngolok dalam jalur satu
nasab sudah hal yang biasa dilakukan oleh Kaum Yahudi. Hal sama juga terjadi
dengan Nasib Nabi Yusuf dan Bunyamin. Mereka satu ayah dan satu ibu.
Saudara-saudara lain yang satu ayah berbeda ibu yaitu : Ruben, Simeon, Levi,
Yehuda, Dan, Naftali, Gad, Asyer, Isakhar, Zebulon, dan Dina. Jadi, sudah
mengherankan sekali bahwa watak kaum yahudi memang selalu saja mengolok-olok
siapa saja yang dianggap rendah oleh mereka. Bukan hanya sesama yahudi, apalagi
orang-orang yang diluar yahudi. Sebab mereka telah menganggap dirinya kelompok
yang paling hebat sebagai anak Tuhan. Selain yahudi adalah anak dari bumi.
Apalagi saat sekarang ini, adanya tembok
ratapan (Western Wall), bagian sisa Bait
Suci Kedua di Yerusalem, sangat penting bagi umat Yahudi sebagai tempat berdoa
dan meratapi kehancuran Bait Suci, dibangun oleh Raja Herodes. Ia sangat
politis. Satu sisi membangun emosional kaum yahudi dunia. Sisi lain, Mereka
melakukan doktrin tentang kebenaran agama yahudi sebagai satu agama yang hanya
untuk kaum yahudi. Sangat eklusif sekali.
Apakah mereka benar-benar sedang ritual agama. Mereka tentu saja bagian ritual suci. Tapi penulis berpandangan bahwa sifat
politis nya lebih dominan daripada persoalan agama. Jika karena benar-benar
persoalan agama, seharusnya kaum yahudi tidak akan membunuh dan mendurhakai para
Nabi. Sebab melakukan keduanya merupakan suatu kesalahan sangat besar. Itu tindakan kafir. Bagaimana
mungkin mereka mengakui Tuhan sedangkan nabi mereka sendiri sebagai Utusan Tuhan saja dibunuh. Menurutku, mereka lebih tepat menggunakan agama
sebagai kedok untuk mendapatkan kejayaan di dunia. Orientasi mereka sebenarnya
hanya satu yaitu ingin kekuasaan di dunia. Dengan kekuasaan mereka akan
mendapatkan kemulyaan dan kekayaan. Dari sini sebenarnya mereka sedang
mengembangkan sayap paham materialisme dalam setiap aktivitas yang dilakukan
olehnya. Mereka terus melakukan kajian ilmiah untuk menguasai seluruh sumber
penghidupan di seluruh dunia. Maka terjadilah mafia kejahatan. Laksana kehidupan
mafia di lautan, ikan-ikan besar memangsa ikan-ikan kecil. atau laksana mafia
di hutan, para raja-raja hutan dengan leluasa memangsa binatang-binatang
lainnya dengan sangat brutal.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Q.S. Al-Baqarah Ayat 66 : Pesan Terbuka Bani Israel Bagi Umat Islam
11 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   96
Q.S. Al-Baqarah Ayat 65 : Ketika Allah Mengutuk Bani Israel Menjadi Monyet
17 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   295
Q.S. Al-Baqarah Ayat 63 : Akibat Inovasi Meninggalkan Kitab Suci
07 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   272
Q.S. Al-Baqarah Ayat 62 : Jalan Menghilangkan Rasa Sedih Akut
04 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   355
Q.S. Al-Baqarah Ayat 61 : Memaknai Ujian dan Kenikmatan dari Sudut Ruhaniah
02 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   286
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10391
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3200
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120