
Mari kita mengaji dan mengkaji Q.S. Al-Baqarah ayat 14 sebagai berikut:
وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّاۚ وَاِذَا خَلَوْا
اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْۙ اِنَّمَا نَحْنُ
مُسْتَهْزِءُوْنَ ١٤
Artinya:
Apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami
telah beriman.” Akan tetapi apabila mereka menyendiri dengan setan-setan (para
pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya
pengolok-olok.”
Ayat tersebut menceritakan watak asli dari
orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Agama dijadikan alat
untuk kepentingan ekonomi dan politik. Sebagian mereka berpura-pura masuk Islam.
lalu mereka menyalahgunakan ketulusan umat islam, dengan melakukan berbagai tipu
daya untuk mencari keuntungan dunia dan mendapatkan posisi strategis di
pemerintahan, bisnis atau Lembaga-lembaga yang membawa keuntungan yang bersifat
duniawi.
Beberapa tahun lalu, penulis sering
membimbing orang-orang yang ingin masuk Islam. Hati ku terasa senang. Dalam Islam,
mereka dapat hidayah. Namun sebagian dari para mualaf yang katanya terpanggil
ingin masuk Islam sering menggunakan kesempatan menyalahgunakan kalimat
syahadat yang sakral.
Ada kejadian beberapa waktu lalu, saat pagi
hari ada seorang pemuda ingin bersyahadat. Alasan klasik, hatinya tergerak
masuk Islam. saat datang sholat jum’at, teman ku menyuruh untuk sholat jum’at. Ia
tidak mau dan malu karena belum bisa sholat. Akhirnya teman ku pun menyuruh
untuk tinggal di kamar kos-kosannya. Saat selesai sholat, teman ku harus
kehilangan HP,Dompet dan beberapa benda-benda berharga. Sang mualaf pun kabur
entah kemana.
Dalam Islam memang kita tidak boleh
berprasangka negatif kepada orang-orang yang ingin masuk Islam. Persoalan
apakah ia akan menipu merupakan urusan pribadinya. Sebab kalimat syahadat
merupakan kalimat sakral yang terbebas dari intrik tipu daya manusia. sebab
memang hidayah, petunjuk merupakan hak preogratif Allah SWT. Ajaran Islam mengajarkan
tentang pentingnya berprasangka baik kepada orang-orang yang sudah bersyahadat.
Contoh pada masa Nabi Muhammad. Ketika usai
perang tiba-tiba seorang musuh menyelinap masuk ke wilayah kekuasaan prajurit muslim.
Usamah Ibn Zaid ibn Haritsah sebagai panglima perang umat Islam melihatnya. ia
mengejarnya. musuh terjebak dan tidak bisa keluar. Lalu musuh tersebut mengucapkan
kalimat tauhid. Usamah menilai itu hanya tipu muslihat saja agar tetap selamat.
Lalu Usamah menghunuskan pedang kepada musuh yang sudah mengucapkan kalimat syahadat.
Akhirnya meninggal dunia.
Nabi memanggilnya dan marah kepada Usamah,
lalu ia bersabda:”nahnu nahkum bi al-dhawahir, wa allah yatawallah al-sarair
(kita hanya menghukum apa yang tanpak dan Allah yang menghukum yang tersimpan
dalam hati)
Orang-orang munafiq pada masa nabi
mendirikan Masjid Al-Dhirar untuk memecah umat Islam. Umar bin Khatab meminta izin
kepada Nabi untuk membunuh Abdullah bin Ubay. Nabi berkata: “Da’hu, la
yatahanddats al-nas bi anna muhammadan yaqtulu ashabah”( biarkan dia,
karena akut tidak ingin orang nanti mengatakan bahwa Muhammad membunuh sahabat-sahabatnya)
Penulis dan mungkin juga anda saat mengalami hal serupa sebagaimana posisi Usamah Ibn Zaid Ibn Haritsah juga akan melakukan hal serupa yaitu membunuhnya. Peperangan adalah tipu muslihat. Pertempuran adalah pertaruhan nyawa, membunuh atau dibunuh. Kemenangan perang juga hitungannya terkadang bukan jam atau menit, tapi detik. Keputusan yang tepat dan cepat hanya hitungan detik bisa menghancurkan suatu negara sebagaimana AS menghancurkan Jepang pada perang dunia kedua.
Memang kemenangan nabi dalam peristiwa Fathul
Makah membuat kaum kafir qurayis berbondong-bondong masuk Islam dan menjadi
sahabat nabi. Pertam-tama sebagian mereka tidak murni masuk islam secara tulus.
Fu’ad Jabali dalam Disertasinya juga telah merangkum beberapa motif sahabat
nabi ketika melakukan hijrah ke berbagai daerah, yaitu pertama, panggilan
hijrah; kedua, jihad; ketiga, alasan sosial ekonomi; keempat, status sosial;
kelima, penunjukan jabatan; keenam, meninggalkan figure penting; ketujuh,
keluarga; kedelapan,politik; kesembilan, pengusiran
Namun Islam menempatkan kalimat tauhid
sangat sakral. Nabi Muhammad tidak menerima alasan apapun saat seseorang
mengucapkan kalimat “laa ilaha illa allah”. Sebab kalimat itu merupakan
kalimat yang kualitas keagungannya melebihi dunia se-isinya. Bahkan adanya
jagat raya, langit, bumi bahkan adanya surga dan neraka karena kalimat tauhid. Dari
sini, persoalan perang menjadi terlihat sangat kecil ketika disandingkan pada
kalimat tauhid.
Alasan rasional nabi selain pada kesakralan
kalimat tauhid, bisa jadi karena agama islam adalah agama dakwah. Kebencian kaum
kafir kepada islam dengan segala tipu daya nya karena memang belum mengenal
ajaran Islam. sebesar apapun kesalahan, harus selalu ada maqam doa. Hal ini
juga dilakukan oleh nabi saat berada di daerah Taif. Saat ia berdakwah, ia dianiaya,
dilempar pakai batu hingga tubuhnya berdarah. Saat malaikat menawarkan jasa kebaikan
kepada nya, dengan senyum dan penuh keagungan ia menjawab: “Tak apa-apa, mereka
marah kepada ku karena mereka belum mengerti tentang Islam. Mudah-mudahan di
antara anak dan keturunan mereka ada yang masuk Islam”.
Ironisnya, ditubuh umat Islam sendiri
justru ada yang suka mengkafirkan sesama Islam. Hanya gara-gara perbedaan furu’
dalam hal ibadah dan pandangan politik. Ditubuh Islam ternyata ada sekekompok
yang merasa lebih berkuasa dalam menentukan surga dan neraka. Sehingga lidah
nya dengan enteng mengatakan kafir kepada saudara sesama muslim. Padahal Nabi
telah mengatakan bahwa “Orang yang
mengkafirkan saudara muslim, maka ia sebenarnya telah kafir”. Kelompok
model ini seolah-olah tidak mengerti hadist tersebut. Tahu tapi tidak mau tahu.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Q.S. Al-Baqarah Ayat 66 : Pesan Terbuka Bani Israel Bagi Umat Islam
11 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   97
Q.S. Al-Baqarah Ayat 65 : Ketika Allah Mengutuk Bani Israel Menjadi Monyet
17 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   296
Q.S. Al-Baqarah Ayat 63 : Akibat Inovasi Meninggalkan Kitab Suci
07 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   273
Q.S. Al-Baqarah Ayat 62 : Jalan Menghilangkan Rasa Sedih Akut
04 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   356
Q.S. Al-Baqarah Ayat 61 : Memaknai Ujian dan Kenikmatan dari Sudut Ruhaniah
02 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   287
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10393
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3201
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120