Avatar

Vijianfaiz,PhD

Penulis Kolom

250 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Menetralisir Racun Kebencian Menjadi Obat



Selasa , 25 Maret 2025



Telah dibaca :  596

Mari kita mengaji dan mengkaji  Q.S. Al-Baqarah ayat 14 sebagai berikut:

وَاِذَا لَقُوا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قَالُوْٓا اٰمَنَّاۚ وَاِذَا خَلَوْا اِلٰى شَيٰطِيْنِهِمْۙ قَالُوْٓا اِنَّا مَعَكُمْۙ اِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِءُوْنَ ۝١٤

Artinya:

Apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Akan tetapi apabila mereka menyendiri dengan setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata, “Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya pengolok-olok.”

Ayat tersebut menceritakan watak asli dari orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Agama dijadikan alat untuk kepentingan ekonomi dan politik. Sebagian mereka berpura-pura masuk Islam. lalu mereka menyalahgunakan ketulusan umat islam, dengan melakukan berbagai tipu daya untuk mencari keuntungan dunia dan mendapatkan posisi strategis di pemerintahan, bisnis atau Lembaga-lembaga yang membawa keuntungan yang bersifat duniawi.

Beberapa tahun lalu, penulis sering membimbing orang-orang yang ingin masuk Islam. Hati ku terasa senang. Dalam Islam, mereka dapat hidayah. Namun sebagian dari para mualaf yang katanya terpanggil ingin masuk Islam sering menggunakan kesempatan menyalahgunakan kalimat syahadat yang sakral.

Ada kejadian beberapa waktu lalu, saat pagi hari ada seorang pemuda ingin bersyahadat. Alasan klasik, hatinya tergerak masuk Islam. saat datang sholat jum’at, teman ku menyuruh untuk sholat jum’at. Ia tidak mau dan malu karena belum bisa sholat. Akhirnya teman ku pun menyuruh untuk tinggal di kamar kos-kosannya. Saat selesai sholat, teman ku harus kehilangan HP,Dompet dan beberapa benda-benda berharga. Sang mualaf pun kabur entah kemana.

Dalam Islam memang kita tidak boleh berprasangka negatif kepada orang-orang yang ingin masuk Islam. Persoalan apakah ia akan menipu merupakan urusan pribadinya. Sebab kalimat syahadat merupakan kalimat sakral yang terbebas dari intrik tipu daya manusia. sebab memang hidayah, petunjuk merupakan hak preogratif Allah SWT. Ajaran Islam mengajarkan tentang pentingnya berprasangka baik kepada orang-orang yang sudah bersyahadat.

Contoh pada masa Nabi Muhammad. Ketika usai perang tiba-tiba seorang musuh menyelinap masuk ke wilayah kekuasaan prajurit muslim. Usamah Ibn Zaid ibn Haritsah sebagai panglima perang umat Islam melihatnya. ia mengejarnya. musuh terjebak dan tidak bisa keluar. Lalu musuh tersebut mengucapkan kalimat tauhid. Usamah menilai itu hanya tipu muslihat saja agar tetap selamat. Lalu Usamah menghunuskan pedang kepada musuh yang sudah mengucapkan kalimat syahadat. Akhirnya meninggal dunia.

Nabi memanggilnya dan marah kepada Usamah, lalu ia bersabda:”nahnu nahkum bi al-dhawahir, wa allah yatawallah al-sarair (kita hanya menghukum apa yang tanpak dan Allah yang menghukum yang tersimpan dalam hati) (Patoni, 2022).

Orang-orang munafiq pada masa nabi mendirikan Masjid Al-Dhirar untuk memecah umat Islam. Umar bin Khatab meminta izin kepada Nabi untuk membunuh Abdullah bin Ubay. Nabi berkata: “Da’hu, la yatahanddats al-nas bi anna muhammadan yaqtulu ashabah”( biarkan dia, karena akut tidak ingin orang nanti mengatakan bahwa Muhammad membunuh sahabat-sahabatnya) (Jabali, 2010).

Penulis dan mungkin juga anda saat mengalami hal serupa sebagaimana posisi Usamah Ibn Zaid Ibn Haritsah juga akan melakukan hal serupa yaitu membunuhnya. Peperangan adalah tipu muslihat. Pertempuran adalah pertaruhan nyawa, membunuh atau dibunuh. Kemenangan perang juga hitungannya terkadang bukan jam atau menit, tapi detik. Keputusan yang tepat dan cepat hanya hitungan detik bisa menghancurkan suatu negara sebagaimana AS menghancurkan Jepang pada perang dunia kedua.

Memang kemenangan nabi dalam peristiwa Fathul Makah membuat kaum kafir qurayis berbondong-bondong masuk Islam dan menjadi sahabat nabi. Pertam-tama sebagian mereka tidak murni masuk islam secara tulus. Fu’ad Jabali dalam Disertasinya juga telah merangkum beberapa motif sahabat nabi ketika melakukan hijrah ke berbagai daerah, yaitu pertama, panggilan hijrah; kedua, jihad; ketiga, alasan sosial ekonomi; keempat, status sosial; kelima, penunjukan jabatan; keenam, meninggalkan figure penting; ketujuh, keluarga; kedelapan,politik; kesembilan, pengusiran (Jabali, 2010).

Namun Islam menempatkan kalimat tauhid sangat sakral. Nabi Muhammad tidak menerima alasan apapun saat seseorang mengucapkan kalimat “laa ilaha illa allah”. Sebab kalimat itu merupakan kalimat yang kualitas keagungannya melebihi dunia se-isinya. Bahkan adanya jagat raya, langit, bumi bahkan adanya surga dan neraka karena kalimat tauhid. Dari sini, persoalan perang menjadi terlihat sangat kecil ketika disandingkan pada kalimat tauhid.

Alasan rasional nabi selain pada kesakralan kalimat tauhid, bisa jadi karena agama islam adalah agama dakwah. Kebencian kaum kafir kepada islam dengan segala tipu daya nya karena memang belum mengenal ajaran Islam. sebesar apapun kesalahan, harus selalu ada maqam doa. Hal ini juga dilakukan oleh nabi saat berada di daerah Taif. Saat ia berdakwah, ia dianiaya, dilempar pakai batu hingga tubuhnya berdarah. Saat malaikat menawarkan jasa kebaikan kepada nya, dengan senyum dan penuh keagungan ia menjawab: “Tak apa-apa, mereka marah kepada ku karena mereka belum mengerti tentang Islam. Mudah-mudahan di antara anak dan keturunan mereka ada yang masuk Islam”.

Ironisnya, ditubuh umat Islam sendiri justru ada yang suka mengkafirkan sesama Islam. Hanya gara-gara perbedaan furu’ dalam hal ibadah dan pandangan politik. Ditubuh Islam ternyata ada sekekompok yang merasa lebih berkuasa dalam menentukan surga dan neraka. Sehingga lidah nya dengan enteng mengatakan kafir kepada saudara sesama muslim. Padahal Nabi telah mengatakan bahwa  “Orang yang mengkafirkan saudara muslim, maka ia sebenarnya telah kafir”. Kelompok model ini seolah-olah tidak mengerti hadist tersebut. Tahu tapi tidak mau tahu.



Penulis : Vijianfaiz,PhD


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


   Berita Terkait

Q.S. Al-Baqarah Ayat 66 : Pesan Terbuka Bani Israel Bagi Umat Islam
11 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   97

Q.S. Al-Baqarah Ayat 65 : Ketika Allah Mengutuk Bani Israel Menjadi Monyet
17 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   296

Q.S. Al-Baqarah Ayat 63 : Akibat Inovasi Meninggalkan Kitab Suci
07 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   273

Q.S. Al-Baqarah Ayat 62 : Jalan Menghilangkan Rasa Sedih Akut
04 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   356

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10393


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3201


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120