Avatar

Vijianfaiz,PhD

Penulis Kolom

250 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Nikmat Nasi Goreng di Warung Pengkolan


 DIARY

Senin , 13 Oktober 2025



Telah dibaca :  288

Sekitar tahun 1997 an-sebelum peristiwa reformasi terjadi-saya bersama teman-teman yang sudah mencapai level ustadz sering mencari makanan nasi goreng di utara pondok pesantren-disalah satu pesantren Banyuwangi. Tempat tersebut sangat spesial. Selain karena penjual nya seorang janda cantik, dan bahenol, rasa nasi nya memang benar-benar nikmat. Harganya satu porsi di atas rata-rata penjual lain. namun kenikmatan yang menyebabkan masyarakat, kalangan ustadz dan santri-santri sedikit degil memilih tempat tersebut menjadi tempat favorit. Terutama para santri dari kalangan orang tua nya berada dan mendapat kiriman cukup lebih duit dari orang tua nya. ketika pengurus pesantren mengetahui, biasanya dihukum. Namun Namanya juga santri, bagi mereka kenikmatan adalah segala-galanya. Hukuman dari pengurus pesantren tidak menyebabkan “kapok”. Itulah kenikmatan sepiring nasi “mbok pon”, yang sangat menggoda rasa nasi nya plus orang nya.

Kenikmatan para santri tentu saja lebih mengarah kepada kenikmatan nasi goreng, bukan pada orang nya. Toh seandainya santri disuruh menikah dengan “Mbok Pon”-pemilik warung tersebut, tidak mau. Ma’lum umur pemilik warung tersebut sekitar sudah 38-40 tahunan. Hanya saja penampilannya terlihat tetap awet muda. Kata orang-orang-kabar burung-Ia mempunyai “ilmu pellet”. Saya anggap tuduhan ini hanya sebatas persaingan bisnis semata. Memang watak orang kalah selalu saja mencari titik kelemahan lawan.

Kenikmatan para ustadz atau santri makan nasi goreng tersebut di atas tentu saja tidak sebanding nikmatnya para putri kerajaan melihat ketampanan Nabi Yusuf. Mereka meletakan kenikmatan pada satu titik, yaitu pandangan mata. Ketika tangan-tangan mereka mengelupas buah buahan dan jari-jari terluka dan mengeluarkan darah, mereka tidak menyadari. Mereka terpesona, kagum dan merasa sangat menikmati ketampanan Nabi Yusuf. Saat ia sudah hilang dari pandangan nya, mereka baru sadar bahwa jari-jari mereka terluka dan mengeluarkan darah.

Saya hanya bisa membayangkan betapa menakjubkan ketampanan Nabi Yusuf. Ia benar-benar mampu membius kesadaran para gadis dan wanita-wanita bangsawan-sampai-sampai mereka tidak sadar melukai tangannya sendiri. Zulaikha -istri perdana menteri yang tergoda Nabi Yusuf-melihat kejadian tersenyum tersenyum. ketika kesadaran mereka telah pulih, Zulaikha mengatakan kepada mereka bahwa saya juga seperti kalian ketika melihat Yusuf. Kesadaran hilang. Seluruh ketampanan manusia di Mesir  redup, semua kalah oleh ketampanan Nabi Yusuf.

Berbeda dengan Nabi Yusuf. Ia justru melihat keindahan hanya terletak pada satu titik yaitu Allah SWT. Baginya seluruh kecantikan putri-putri bangsawan Mesir semua sama. Seandainya mereka mempunyai sinar, maka mereka laksana bintang-bintang yang kalah sinarnya oleh rembulan dan matahari. Bagimana mungkin, orang berakal memilih bintang jika di dekatnya ada sumber cahaya yang sangat terang yaitu matahari.

Saya-mungkin juga anda-seperti para ustadz, santri dan wanita-wanita bangsawan mesir yang sering mencurahkan seluruh pandangan dan energi nafsu melihat keajaiban-keajaiban dunia yang sering dianggap sebagai kenikmatan puncak. Padahal keajaiban-keajaiban yang kita lihat hanya sebagian kecil. Namun pikiran kita sudah merasa itu kenikmatan yang segala-galanya. Sehingga melupakan esensi dari sumber kenikmatan. Nafsu telah menutup esensi tersebut, sehingga sering kita hanya mendapatkan kerak-keraknya.

Ketika saya berdiri di depan Ka’bah, saya melihat seorang dua gadis cantik dengan baju kuning semi putih. Diantara dua tersebut, salah satunya sangat cantik. Keduanya asyik ngobrol dengan seorang pemuda berambut hitam dan berkulit putih. Ada kumis dan jenggot. Alisnya tebal, dan mata nya agak sipit. Pemuda tersebut seperti bukan orang arab. Gadisnya sangat mancung dan putih. Keduanya mungkin juga bukan orang arab. Meskipun postur tubuhnya ukuran orang-orang arab. Ketiga nya berbeda dari yang lain. sangat sempurna.

Malam itu saat jutaan ratusan ribu umat muslim bermunjat kepada Allah, saya malah  sibuk menatap gadist di depan multazam. Jarak sekitar aku dan mereka sekitar 75 meter. Entah itu perasaan ku, saat aku menatapnya, salah satu di antara gadis itu seolah-olah menatapku. Saya menundukan mata. Tidak kuat melihat cahaya kecantikannya. Saya menunduk cukup lama. Ketika ia sudah tidak menatap ku lagi, saya kembali menatapnya.

Ketika menjelang subuh, semua sibuk sholat sunnah dan ketika para askar mulai mengatur tempat sholat dan memisahkan jama’ah laki-laki dan perempuan, kedua gadis cantik itu justru dibiarkan begitu saja oleh askar. Hati ku bertanya-tanya, kenapa kedua gadis tersebut tidak dilarang oleh askar dan membiarkan keduanya berada di tempat tersebut. keduanya sungguh sangat Istimewa.

Saya terus menatap, saat para jamaah sholat qabliah subuh, saya sengaja tidak sholat. Rasanya ingin terus menatapnya. Salah satu gadis tersebut tidak sholat. Ia tetap berdiri dan mengangkat kedua tangannya menghadap Ka’bah. Ia benar-benar sangat asyik berdoa. Seolah-olah ia sedang berdialog dengan Tuhan nya sangat indah. Saking asyik dialog dengan Tuhanya, saya melihat seolah-olah air mata nya menetes terlihat jelas. Keindahan dunia seolah-olah lenyap dalam pikirannya. Ia hanyut dalam keindahan dengan Sang Pencipta yaitu Allah SWT.

Di tengah kesibukan aktivitas sehari-hari dan ditengah ketidak menentu kondisi masyarakat dunia, kita sering pusing seperti pusingnya para ustadz dan santri atau para gadis Mesir yang sering memikirkan kenikmatan dan keindahan fana. Kita lupa, ada kenikmatan yang lebih kekal dan kita sering melupakan hal tersebut. kita membutuhkan waktu untuk terus belajar dan menemukan makna tatmainal qulub agar dalam proses kehidupan ini mempunyai sejarah perjalanan lebih bermakna, bukan hanya di dunia, tapi juga di akherat. 



Penulis : Vijianfaiz,PhD


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


   Berita Terkait

Lomba Debat
06 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   121

Little is Beautiful:Catatan Expo HMPS KPI
05 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   191

Melihat Kejadian dengan Kacamata Iman
04 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   176

Cahaya Ketenangan Batin
04 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   104

Expo Kemandirian Pesantren: Tantangan Bukan Rintangan
30 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   258

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10395


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3201


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120