
Sekitar tahun 1997 an-sebelum peristiwa reformasi
terjadi-saya bersama teman-teman yang sudah mencapai level ustadz sering
mencari makanan nasi goreng di utara pondok pesantren-disalah satu pesantren Banyuwangi.
Tempat tersebut sangat spesial. Selain karena penjual nya seorang janda cantik,
dan bahenol, rasa nasi nya memang benar-benar nikmat. Harganya satu porsi di
atas rata-rata penjual lain. namun kenikmatan yang menyebabkan masyarakat,
kalangan ustadz dan santri-santri sedikit degil memilih tempat tersebut menjadi
tempat favorit. Terutama para santri dari kalangan orang tua nya berada dan
mendapat kiriman cukup lebih duit dari orang tua nya. ketika pengurus pesantren
mengetahui, biasanya dihukum. Namun Namanya juga santri, bagi mereka kenikmatan
adalah segala-galanya. Hukuman dari pengurus pesantren tidak menyebabkan “kapok”.
Itulah kenikmatan sepiring nasi “mbok pon”, yang sangat menggoda rasa nasi nya
plus orang nya.
Kenikmatan para santri tentu saja lebih
mengarah kepada kenikmatan nasi goreng, bukan pada orang nya. Toh seandainya
santri disuruh menikah dengan “Mbok Pon”-pemilik warung tersebut, tidak mau. Ma’lum
umur pemilik warung tersebut sekitar sudah 38-40 tahunan. Hanya saja
penampilannya terlihat tetap awet muda. Kata orang-orang-kabar burung-Ia
mempunyai “ilmu pellet”. Saya anggap tuduhan ini hanya sebatas
persaingan bisnis semata. Memang watak orang kalah selalu saja mencari titik
kelemahan lawan.
Kenikmatan para ustadz atau santri makan
nasi goreng tersebut di atas tentu saja tidak sebanding nikmatnya para putri kerajaan
melihat ketampanan Nabi Yusuf. Mereka meletakan kenikmatan pada satu titik,
yaitu pandangan mata. Ketika tangan-tangan mereka mengelupas buah buahan dan
jari-jari terluka dan mengeluarkan darah, mereka tidak menyadari. Mereka terpesona,
kagum dan merasa sangat menikmati ketampanan Nabi Yusuf. Saat ia sudah hilang
dari pandangan nya, mereka baru sadar bahwa jari-jari mereka terluka dan
mengeluarkan darah.
Saya hanya bisa membayangkan betapa menakjubkan
ketampanan Nabi Yusuf. Ia benar-benar mampu membius kesadaran para gadis dan wanita-wanita
bangsawan-sampai-sampai mereka tidak sadar melukai tangannya sendiri. Zulaikha -istri
perdana menteri yang tergoda Nabi Yusuf-melihat kejadian tersenyum tersenyum.
ketika kesadaran mereka telah pulih, Zulaikha mengatakan kepada mereka bahwa
saya juga seperti kalian ketika melihat Yusuf. Kesadaran hilang. Seluruh
ketampanan manusia di Mesir redup, semua
kalah oleh ketampanan Nabi Yusuf.
Berbeda dengan Nabi Yusuf. Ia justru
melihat keindahan hanya terletak pada satu titik yaitu Allah SWT. Baginya
seluruh kecantikan putri-putri bangsawan Mesir semua sama. Seandainya mereka
mempunyai sinar, maka mereka laksana bintang-bintang yang kalah sinarnya oleh rembulan
dan matahari. Bagimana mungkin, orang berakal memilih bintang jika di dekatnya
ada sumber cahaya yang sangat terang yaitu matahari.
Saya-mungkin juga anda-seperti para ustadz,
santri dan wanita-wanita bangsawan mesir yang sering mencurahkan seluruh
pandangan dan energi nafsu melihat keajaiban-keajaiban dunia yang sering
dianggap sebagai kenikmatan puncak. Padahal keajaiban-keajaiban yang kita lihat
hanya sebagian kecil. Namun pikiran kita sudah merasa itu kenikmatan yang
segala-galanya. Sehingga melupakan esensi dari sumber kenikmatan. Nafsu telah
menutup esensi tersebut, sehingga sering kita hanya mendapatkan kerak-keraknya.
Ketika saya berdiri di depan Ka’bah, saya
melihat seorang dua gadis cantik dengan baju kuning semi putih. Diantara dua
tersebut, salah satunya sangat cantik. Keduanya asyik ngobrol dengan seorang
pemuda berambut hitam dan berkulit putih. Ada kumis dan jenggot. Alisnya tebal,
dan mata nya agak sipit. Pemuda tersebut seperti bukan orang arab. Gadisnya sangat
mancung dan putih. Keduanya mungkin juga bukan orang arab. Meskipun postur
tubuhnya ukuran orang-orang arab. Ketiga nya berbeda dari yang lain. sangat
sempurna.
Malam itu saat jutaan ratusan ribu umat
muslim bermunjat kepada Allah, saya malah
sibuk menatap gadist di depan multazam. Jarak sekitar aku dan mereka
sekitar 75 meter. Entah itu perasaan ku, saat aku menatapnya, salah satu di
antara gadis itu seolah-olah menatapku. Saya menundukan mata. Tidak kuat
melihat cahaya kecantikannya. Saya menunduk cukup lama. Ketika ia sudah tidak
menatap ku lagi, saya kembali menatapnya.
Ketika menjelang subuh, semua sibuk sholat
sunnah dan ketika para askar mulai mengatur tempat sholat dan memisahkan jama’ah
laki-laki dan perempuan, kedua gadis cantik itu justru dibiarkan begitu saja
oleh askar. Hati ku bertanya-tanya, kenapa kedua gadis tersebut tidak dilarang
oleh askar dan membiarkan keduanya berada di tempat tersebut. keduanya sungguh
sangat Istimewa.
Saya terus menatap, saat para jamaah sholat
qabliah subuh, saya sengaja tidak sholat. Rasanya ingin terus menatapnya. Salah
satu gadis tersebut tidak sholat. Ia tetap berdiri dan mengangkat kedua
tangannya menghadap Ka’bah. Ia benar-benar sangat asyik berdoa. Seolah-olah ia
sedang berdialog dengan Tuhan nya sangat indah. Saking asyik dialog dengan Tuhanya,
saya melihat seolah-olah air mata nya menetes terlihat jelas. Keindahan dunia
seolah-olah lenyap dalam pikirannya. Ia hanyut dalam keindahan dengan Sang
Pencipta yaitu Allah SWT.
Di tengah kesibukan aktivitas sehari-hari
dan ditengah ketidak menentu kondisi masyarakat dunia, kita sering pusing
seperti pusingnya para ustadz dan santri atau para gadis Mesir yang sering
memikirkan kenikmatan dan keindahan fana. Kita lupa, ada kenikmatan yang lebih
kekal dan kita sering melupakan hal tersebut. kita membutuhkan waktu untuk
terus belajar dan menemukan makna tatmainal qulub agar dalam proses
kehidupan ini mempunyai sejarah perjalanan lebih bermakna, bukan hanya di
dunia, tapi juga di akherat.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Lomba Debat
06 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   121
Little is Beautiful:Catatan Expo HMPS KPI
05 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   191
Melihat Kejadian dengan Kacamata Iman
04 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   176
Cahaya Ketenangan Batin
04 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   104
Expo Kemandirian Pesantren: Tantangan Bukan Rintangan
30 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   258
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10395
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3201
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120