Avatar

Vijianfaiz,PhD

Penulis Kolom

250 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Puisi Singkat: Tuhan, Kami Sangat Sibuk



Selasa , 18 Maret 2025



Telah dibaca :  709

Sahabat-sahabat ku yang hebat,

Puisi singkat milik K.H.Mustofa Bisri atau Gus Mus. Judulnya “keluhan”. Isinya: “Tuhan, Kami Sangat Sibuk”.

Cuma itu saja isinya. Meskipun cuma itu, itulah manusia. Cuma itu yang selalu yang ada dalam pikiran dan hati: Sibuk. Iya, sibuk mikir mobil baru, rumah baru, jabatan baru, istri baru, suami baru, mertua baru, dan pendapatan baru. Jika otak manusia di kapling-kapling, itulah isinya. Tuhan mendapatkan bagian yang paling sudut, sempit dan gelap. Jangan-jangan ini yang menyebabkan pikiran dan hati kita terasa sumpeg dan gelap?.

Pada tulisan “imunisasi iman” penulis telah membahas tentang peran iman dalam menguraikan benang kusut kehidupan plus contohnya.

Kedua, sholat. Setelah iman, Allah melanjutkan kalimat tentang sholat sebagai berikut:

الَّذِيْنَ يُؤْمِنُوْنَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيْمُوْنَ الصَّلٰوةَ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُوْنَۙ

Artinya:

(yaitu) orang-orang yang beriman pada yang gaib, menegakkan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka,

Sholat merupakan diskusi manusia dengan sang pencipta. Ketika diskusi didasari dengan yu’minuna bil ghoib, tentu saja semakin mesra dan berlansung dengan penuh kasih-sayang. Sholat semakin asik. Dialog dengan-nya semakin intens. Kemesraannya jelas semakin membuahkan pancaran kebahagiaan bagi pelakunya.

Kita bisa membayangkan saja jika “kemesraan” terbangun dengan baik kepada Allah akan merembet kepada hubungan horizontal antara manusia dengan manusia. jika dengan Allah bisa mesra, seharusnya sesama makhluk-Nya bisa mesra. Sebab mencintai Allah juga mencintai makhluk-nya. Membenci makhluk-Nya berarti membenci-Nya.

Bagaimana manusia jika bersalah apakah juga harus dicintai. Saya jawab: iya!. Sebab ia ciptaan Allah. Yang dibenci adalah perilaku manusia yang rusak. Sebab perilaku tersebut kreasi manusia itu sendiri.

Saat sekarang ini kita mulai melupakan makna cinta dan kebenaran. dalam kehidupan sehari-hari kita mencintai pasangan hidup, suami-istri, anak dan mertua. Tapi mereka yang kita cintai adalah makhluk. Punya potensi salah. Ketika mereka salah, maka cinta kita tetap terpatri pada mereka. Sebab tidak ada manusia yang tidak salah.

Saat ini dan sebenarnya sudah terjadi sudah cukup lama, bahwa ada trend cinta buta menggejala di pemerintahan, ormas, keluarga dan perkumpulan-perkumpulan. Teman sejawat yang kita cintai dianggap tidak pernah salah. Sebab ada kepentingan. Jika kepentingan hilang, maka kesalahan akan muncul. Jika dilihat skala nasional. Bangsa ini jika dalam istilah pewayang telah terjadi “goro-goro” salah satu penyebabnya adalah cinta buta atau perselingkuhan cinta. Motif nya, karena sama-sama takut terhadap kefakiran, kemiskinan, dan tidak jelas masa depanya. Bayang-bayang ini terus-menerus menari-nari dalam benak nya seolah-olah ia menjelma sebagai dewa penjabut masa depan.

Dalam kitab Sunan Ibnu Majah ada hadist tentang sebagian sahabat nabi yang ketakutan masa depan suram. Kurang lebih begini bunyi hadistnya.

“Telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin ‘Ammar Ad-Dimasyqi] berkata, telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Isa bin Suma’i] berkata, telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Sulaiman Al-Afthas] dari [Al-Walid bin Abdurrahman Al-Jurasyi] dari [Jubari bin Nufair] dari [Abu Darda) ia berkata; “Rasulullah saw keluar menemui kami, sementara kami sedang memperbicangkan masalah kefakiran dan kami merasa taku darinya. Lalu beliau bersabda: “Apakah kalian takut kepada kemiskinan? Demi dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya akan diberikan kepada kalian dunia, hingga hati salah seorang dari kalian tidak bisa berpaling, kecuali akan menemuinya. Sungguh, telah aku tinggalkan untuk kalian perkara terang-benderang, malam dan siangnya sama.” Abu darda berkata; “Demi Allah benar, Rasulullah saw telah meninggalkan bagi kita perkara yang terang-benderang, malam dan siang sama.”

Hadist ini menggambarkan realita bahwa watak manusia sejak dulu dan sampai sekarang adalah adanya ketakutan kehilangan perhiasan [Wanita, keturunan, kedudukan, harta dan kekayaan lainnya]. manusia dihiasi oleh hal-hal tersebut. al-qur’an mengggunakan istilah “zunyina linnasi hub as-syahwat”. Ada perasaan, jika, jika hiasan hilang, maka hilanglah kemuliaan. Itu sebabnya manusia ramai-ramai mempertahankan perhiasan kadang sampai bunuh-membunuh hingga benar-benar melupakan Sang Pencipta Yang Sangat Agung.

Jadi, jika Gus Mus menyindir kita melalui puisi super pendeknya, itu wajar-wajar saja. Sebab jika tidak hati-hari kecintaan terhadap perhiasan dunia berlebih-lebihan menjadi pangkal kerusakan.

Sindiran Gus Mus sebenarnya kebaikannya mengingatkan kita bersama. Bahwa angan-angan kita terlalu panjang terhadap kenikmatan dunia. Bahkan kita sering bersikap layaknya seorang raja bahkan raja diraja atau Tuhan. Kita terlalu sibuk memprediksi nasib masa depan anak kita. Di sekolah kan di kampus yang bonafit, tujuannya hidup senang. Nyatanya, tidaklah selalu berbanding lurus dengan kenyataannya. Jadi, semua sibuk. Banyak teori ingin mensejahterakan rakyatnya. Ujung-ujungnya sebenarnya untuk mensejahterakan dirinya sendiri.

Walhasil, dunia hanya sebatas meneruskan perjalanan sebagai seorang musafir. Bekal harus ada. dan tidak boleh dilupakan yaitu kita tetap mendirikan sholat lima waktu. Sebab sholat itu yang menjadi bekal dan menjadi kompas saat anda dalam perjalanan. Melalui kompas itu juga, kita akan berjumpa dengan Allah SWT. 



Penulis : Vijianfaiz,PhD


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


Avatar

Abdul Karim, S.Pd.I

Mantab pak.dokter sangat menginspirasi. Kadang bingung juga, ktika iman sedang netep kondisi apapun kita kuat dengan ikhtiar dan kepasrahan. Namun ktika kita dihadpkan oleh problem keduniaan yg super kompleks iman ini kadang2 kabur. Akhirnya puisi sakti gus mus menjadi "pembenaran" karena seolah2 tuhan tidak hadir disetiap maslah yg dihadpi.. Suwun pak doktor

Admin

betul pak guru, kadang kita merasa lebih sibuk dari Tuhan, hehe

Avatar

   Berita Terkait

Q.S. Al-Baqarah Ayat 66 : Pesan Terbuka Bani Israel Bagi Umat Islam
11 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   96

Q.S. Al-Baqarah Ayat 65 : Ketika Allah Mengutuk Bani Israel Menjadi Monyet
17 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   296

Q.S. Al-Baqarah Ayat 63 : Akibat Inovasi Meninggalkan Kitab Suci
07 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   272

Q.S. Al-Baqarah Ayat 62 : Jalan Menghilangkan Rasa Sedih Akut
04 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   356

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10391


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3200


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120