
Kaum Yahudi pada
masa Nabi Musa selalu merasa kurang atas segala kenikmatan yang telah diberikan
oleh Allah SWT. Mereka selalu merasa kurang, dan ketika mendapatkan kenikmatan
tidak pernah bersyukur. Ketika mereka kehausan dan meminta kepada Nabi Musa agar
Allah memberikan minuman, maka Allah mengabulkan nya. Dari batu memancar mata
air. Mereka pun minum sepuasnya. Kenikmatan yang demikian, tidak menyebabkan
mereka menyadari dan bersyukur kepada-Nya, justru semakin hari semakin banyak
tuntutan kepada Nabi . Hal ini seperti terekam dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 61
sebagai berikut:
وَاِذْ
قُلْتُمْ يٰمُوْسٰى لَنْ نَّصْبِرَ عَلٰى طَعَامٍ وَّاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ
يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْۢبِتُ الْاَرْضُ مِنْۢ بَقْلِهَا وَقِثَّاۤىِٕهَا
وَفُوْمِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَاۗ قَالَ اَتَسْتَبْدِلُوْنَ الَّذِيْ هُوَ
اَدْنٰى بِالَّذِيْ هُوَ خَيْرٌۗ اِهْبِطُوْا مِصْرًا فَاِنَّ لَكُمْ مَّا
سَاَلْتُمْۗ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاۤءُوْ
بِغَضَبٍ مِّنَ اللّٰهِۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ كَانُوْا يَكْفُرُوْنَ بِاٰيٰتِ
اللّٰهِ وَيَقْتُلُوْنَ النَّبِيّٖنَ بِغَيْرِ الْحَقِّۗ ذٰلِكَ بِمَا عَصَوْا
وَّكَانُوْا يَعْتَدُوْنَࣖ ٦١
Artinya:
(Ingatlah)
ketika kamu berkata, “Wahai Musa, kami tidak tahan hanya (makan) dengan satu
macam makanan. Maka, mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia memberi
kami apa yang ditumbuhkan bumi, seperti sayur-mayur, mentimun, bawang putih,
kacang adas, dan bawang merah.” Dia (Musa) menjawab, “Apakah kamu meminta
sesuatu yang buruk sebagai ganti dari sesuatu yang baik? Pergilah ke suatu
kota. Pasti kamu akan memperoleh apa yang kamu minta.” Kemudian, mereka ditimpa
kenistaan dan kemiskinan, dan mereka (kembali) mendapat kemurkaan dari Allah.
Hal itu (terjadi) karena sesungguhnya mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah
dan membunuh para nabi tanpa hak (alasan yang benar). Yang demikian itu
ditimpakan karena mereka durhaka dan selalu melampaui batas.
Dalam Tafsir
Al-Qurthubi, hasan mengatakan bahwa kebiasaan kaum yahudi selalu makan-makanan
yang mengadung aroma yang sangat kuat. Ketika mereka mendapatkan makanan yang
lebih baik justru mereka kurang berkenan dan menginginkan makanan mereka yang
kurang baik. Pendapat lain memberi tafsir bahwa ucapan kaum Yahudi merupakan
simbol bahwa mereka manusia yang tidak pernah mau menerima kemiskinan. Mereka ingin
mendapatkan kekayaan dan kemakmuran. Sebab kenyataannya, saat mereka miskin
tidak ada yang mau menolong. Lalu mereka minta kepada Musa agar Allah
memberikan suatu kekayaan yang lebih dari kaum lainnya
Dari sini
menunjukan bahwa kaum yahudi merupakan kaum yang tidak siap menerima
penderitaan, kemiskinan dan selalu mengharapkan kesuksesan, kekayaan dan
kemuliaan. Bagi mereka ini simbol dari keagungan suatu bangsa. Terlepas dari
segala tafsir dalam Kitab Al-Qurthubi, saya teringat kisah tentang Qarun yang
kondisi hidup sangat miskin. Qarun walhasil adalah sahabat Nabi Musa yang menguasai
kitab taurat sangat baik. Karena kondisi yang sangat miskin, ia tidak bisa
menerima ketentuan dari Allah. Ia meminta doa kepada Nabi Musa agar
mendoakannya menjadi orang kaya. Doa terkabul. Namun setelah menjadi orang
kaya, qarun malah lupa terhadap syariat-syariat Islam yang dibawa oleh Nabi
Musa AS.
Ayat di atas
menceritakan tentang Kaum Yahudi yang sedemikian kufur terhadap nikmat-nikmat
yang diberikan oleh Allah SWT. Mereka senantiasa menentang segala kebenaran
ketika segala kejadian tidak berpihak kepada mereka. Maka dengan segala
kekuatan mereka akan menuntut kesempurnaan hidup melalui doa-doa dari Nabi
Musa.
Sebagai seorang
nabi dan rasul dan pada dirinya juga sebagai seorang manusia, nabi musa
terkadang emosi atas sikap dan perilaku mereka yang dianggap sangat arogansi
dan terlalu berlebih-lebihan. Mereka membangun citra dirinya sendiri sebagai
kaum yang tertindas terdzalimi oleh Tuhan saat membutuhkan sesuatu dan terus
menuntut agar segala kenikmatan dicurahkan kepada mereka. Ketika keinginan nya
sudah terpenuhi, maka mereka tidak segan-segan menantang syariat Tuhan dan
membunuh nabi-nabi dan rasul nya.
Bisa jadi sifat-sifat
yang ada pada diri kaum yahudi terjadi pada diri kita sebagai kenyataan realita
watak manusia yang selalu menginginkan adanya kesempurnaan hidup. Kita bisa
melihat kenyataan dalam perjalanan sejarah. adanya perkelahian, pertarungan dan
pembunuhan atau pemberontakan adalah wujud-wujud sifat kaum yahudi yang selalu
menginginkan adanya kesempurnaan hidup. Kita sudah menyaksikan perjalanan
sejarah bangsa ini dan bangsa-bangsa lainnya. semua ada kesamaan karakter yang
dipunyai pada diri manusia yaitu ingin adanya kesempurnaan hidup.
Saya jadi
teringat dawuh Syeikh Sya’rawi bahwa kita tidak akan pernah mendapatkan sesuatu
yang sempurna. Yang akan kita dapatkan hanyalah sesuatu yang kurang , lalu
menjadi lengkap dengan keridhaan kita kepada Allah SWT
Kalimat yang
indah dari Syeikh Sya’rawi ini paling tidak mutiara kehidupan untuk menyadarkan
diri bahwa Islam tidak serta merta meletakan kesempurnaan manusia sebatas pada
kekayaan, kekuasaan dan kemuliaan di dunia, tetapi islam meletakan kemuliaan
saat kita ridha terhadap keputusan Allah SWT.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Q.S. Al-Baqarah Ayat 66 : Pesan Terbuka Bani Israel Bagi Umat Islam
11 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   96
Q.S. Al-Baqarah Ayat 65 : Ketika Allah Mengutuk Bani Israel Menjadi Monyet
17 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   295
Q.S. Al-Baqarah Ayat 63 : Akibat Inovasi Meninggalkan Kitab Suci
07 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   272
Q.S. Al-Baqarah Ayat 62 : Jalan Menghilangkan Rasa Sedih Akut
04 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   355
Q.S. Al-Baqarah Ayat 60 : Bangsa Israel dan Bencana Kemanusiaan
18 September 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   302
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10391
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3200
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120