
Kisah panjang
dan terpanjang tentang sejarah peradaban manusia yang terekam dalam Al-Qur’an yaitu
kisah perjalanan hidup Kaum Yahudi. Sejarah tersebut seolah-olah mewakili
beragam sifat manusia yang mempunyai beragam keinginan, cita-cita dan segala
langkah-langkah politik untuk mendapatkan kekuasaan dan kejayaan dunia. Kaum
Yahudi yang tidak pernah melewati stratifikasi zaman sebagaimana bangsa lain
melalui beragam tahap perkembangan peradaban -seperti zaman batu dan
logam-telah meletakan dinamika kehidupan sosial seperti yang kita lihat saat
sekarang ini. Jika hari ini kita melihat konflik kepentingan politik di
internal yang sering kita lihat dalam perjalanan bangsa Indonesia seperti:
perkelahian dan perpecahan partai politik, demonstrasi terhadap penguasa dan
konspirasi politik, maka ini juga terjadi pada Kaum Yahudi. Ketika terjadi
pemutusan hubungan kekeluargaan karena persoalan kekuasaan dan kekayaan, maka
juga terjadi di tubuh Kaum Yahudi. Pendek kata, apa yang terjadi pada Kaum
Yahudi dalam dinamika kehidupan sosial dari dulu hingga saat sekarang ini tidak
berbeda jauh dengan umat-umat bangsa lainnya, termasuk bangsa Indonesia.
Seluruh pola
kehidupan sosial yang tercipta saat sekarang ini selalu menimbulkan
potensi-potensi ketidaksempurnaan dan selalu muncul kekurangan-kekurangan. Bahkan
ketika muncul penemuan-penemuan yang dianggap sempurna dalam kehidupan, disisi
lain justru membuka kekurangan tersebut. Itu sebabnya ketika kita memerlukan
sesuatu dan terpenuhi keinginan tersebut maka akan terbuka kekurangan lain
akibat adanya keinginan yang sebelumnya telah terpenuhi.
Dulu ketika
era internet belum ada dan hidup masih terlihat sederhana. Malam hari hanya
dengan penerang berupa Sentir atau Dian dengan bantuan bahan bakar minyak.
Orang tua ingin mengirim duit kepada anak nya yang sedang kuliah di kota atau
nyatri di pesantren nun-jauh disana, harus menggunakan istilah “wesel” melalui Kantor
Pos. Kita menitipkan duit kepada petugas pos dan mereka yang akan mengantar nya
ke tempat tujuan. Proses ini kadang membutuhkan waktu dari 4-7 hari baru sampai
tujuan.
Pola hidup
yang demikian katanya kurang efektif. Masyarakat ini hidup lebh canggih lagi.
Ketika terjadi reformasi dan kemudian tumbuh subur penemuan-penemuan teknologi
hingga pada era saat sekarang ini disebut dengan era internet atau digital.
Pola semakin canggih. Mengajar tidak lagi pakai papan tulis hitam dan kapur
putih, kini berubah papan tulis putih dengan spidol warna hitam atau biru.
tidak cukup itu, mulai menggunakan infocus. Lalu setelah ada infocus, ada
masalah baru yaitu keamanan. Lokal-lokal perkuliahan tidak cukup dikasih
infocus atau alat teknologi lain, tapi juga butuh teralis besi di pasang di
jendela-jendela dan pintu. Butuh juga bantuan pengaman dengan memasang
CCTV.Tujuannya agar aman dari pencurian dan sejenisnya. Semakin mengejar
kesempurnaan, semakin terbuka kebutuhan-kebutuhan lainnya.
Di era
teknologi setiap bangsa berlomba-lomba menjadi bangsa yang unggul.
Negara-negara yang sering disebut negara maju terus melakukan inovasi baik
dalam ilmu pengetahuan, teknologi internet termasuk juga teknologi senjata
perang. Mereka menciptakan senjata canggih tersebut sebenarnya agar bangsa nya tidak
diganggu oleh bangsa atau negara lain. Kini justru masing-masing negara modern
semakin stress. Saat teknologi sudah menjadi milik semua manusia, maka semua
negara bisa membuat teknologi perang yang super canggih dan sangat membahayakan
kehidupan umat. Kini setiap bangsa modern stress akibat karya nya sendiri.
negara-negara yang belum modern pun ikut stress melihat kebijakan-kebijakan
yang merugikan negara-negara berkembang baik dalam segala aspek kehidupan.
kekacauan politik dan anjloknya ekonomi
dunia saat ini karena kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh negara-negara
modern. Mereka ingin mendapatkan suatu kejayaan dan kebahagiaan, tetapi justru
hidup mereka terancam dalam tataran kehidupan dunia global.
Allah telah
menegaskan tentang konsep kehidupan dalam rangka mencapai suatu kebahagiaan
sejati. Ini untuk berlaku secara umum dan seluruh bangsa di muka bumi. Ini
berlaku juga dalam kontek kehidupan berbangsa dan bernegara maupun dalam kontek
kehidupan yang lebih kecil seperti dalam kehidupan keluarga. Berikut ini firman
Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 62 sebagai berikut:
اِنَّ
الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصٰرٰى وَالصَّابِــِٕيْنَ مَنْ
اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ
عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ ٦٢
Artinya:
Sesungguhnya
orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan
orang-orang Sabiin, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan
hari Akhir serta melakukan kebajikan (pasti) mendapat pahala dari Tuhannya,
tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.
Tafsir Al-Qurthubi
menjelaskan tentang Kaum Yahudi dinisbatkan kepada pengikut Yahudza anak tertua
dari Nabi Ya’kub as dan Nasrani-nama kampung Nabi Isa, nashraniyyun-serta
kelompok shabi’in-orang yang keluar dari agama masuk ke agama lain-dan siapa
saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta beramal kebaikan.
Orang-orang tersebut mendapatkan pahala dari Tuhan nya dan tidak ada rasa takut
dan sedih hati
Orang yang
beriman kepada Allah menjadi pembuka diterima seluruh amal kebaikan. Ketika
seseorang melakukan kebaikan dengan dasar iman sebenarnya ia telah melakukan
seluuh aktifitasnya sebagai wujud ibadah. Perwujudan ibadah ini terletak dari
kesadaran orang tersebut -mu’min-yang mendesain seluruh aktivitas dengan
rambu-rambu iman. Ada garis pemisah yang jelas dalam hidup antara hak dan batil
seperti jelas nya warna hitam dan putih. Jika garis hitam merupakan batas
larangan-larangan tuhan, maka seorang mu’min melakukan segala aktivitas amal
sholeh selalu pada wilayah-wilayah yang berwana putih. Ini yang menyebabkan
orang beriman sangat percaya diri dengan keputusan tersebut dan mempunyai
keyakinan total bahwa apa yang ia lakukan merupakan keputusan tepat dalam
mencari ridha Allah SWT. Keputusan-keputusan ini yang kemudian ia hidup menjadi
tenang dan bahagia. Sebab ia sudah tahu arah kehidupan di masa mendatang. Arah
kehidupan bukan sebatas pada persoalan duniawiyah, tapi lebih jauh yaitu
kehidupan di hari akhirat.
Pada kontek
kehidupan berbangsa dan bernegara teori kebahagiaan tersebut tentu masih sangat
relevan dalam kehidupan sekarang ini. Apalagi di era digital yang berisi
informasi yang semakin absurd,manusia semakin kehilangan pegangan hidup.
Mereka mengalami kesetresan tingkat tinggi, bukan hanya masyarakat biasa juga
para pengambil kebijakan mengalami hal demikian. Semakin memikirkan persoalan
dunia, semakin tinggi tingkat kegelisahan dan kestresan. Era digital yang
diharapkan mampu menyelesaikan berbagai aktivitas kini mulai menunjukan
gejala-gejala yang membahayakan diri manusia sendiri. Seperti bocor nya rahasia
negara, dan penggunaan data pribadi untuk kejahatan dunia maya seperti pencurian
data seseorang digunakan untuk judi online yang kini sangat marak dan merusak
perekonomian masyarakat.
Pilihan-pilihan yang kita putuskan untuk mengisi proses
kehidupan di dunia sepanjang masih memahami tentang arah kehidupan masa depan
dengan tetap berpegang kepada dasar-dasar keimanan kepada Allah SWT dan hari
akhir, maka masih ada harapan besar bahwa segala aktivitas kita menjadi bagian
dari amal sholeh yang diterima di sisi Allah SWT. Bisa jadi perjalanan hidup
sangat berat dan menyakitkan bahkan bisa jadi penuh dengan penderitaan. Dan hal
yang seperti ini juga dialami oleh orang-orang sholeh pada masa lalu. Hanya
wujudnya saja yang berbeda-beda. Namun kita tetap bisa tersenyum dan optimis
penuh kebahagiaan. Sebab di dalam penderitaan hidup yang kita lakukan tetap
ditulis oleh Allah sebagai ladang amal sholeh yang akan panen kebahagiaan saat
berjumpa dengan-Nya di akherat nanti.
Dari sini
sebenarnya gambaran kebahagiaan orang beriman. Ia tidak takut dan tidak sedih. Bagaimana
bisa sedih. Semua kehidupan akan berakhir di hari kiamat. Orang beriman yang
dipikirkan adalah sesuatu yang sangat penting yaitu memikirkan kedekatannya
dengan Allah SWT. Selain-Nya itu hanya tambahan. Sebab semua dunia dalam
kendali Allah. Maka berfikir dan merealisasikan dalam rasa batiniah kedekatan
cinta kepada Allah SWT merupakan puncak kebahagiaan manusia.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Q.S. Al-Baqarah Ayat 66 : Pesan Terbuka Bani Israel Bagi Umat Islam
11 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   96
Q.S. Al-Baqarah Ayat 65 : Ketika Allah Mengutuk Bani Israel Menjadi Monyet
17 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   295
Q.S. Al-Baqarah Ayat 63 : Akibat Inovasi Meninggalkan Kitab Suci
07 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   272
Q.S. Al-Baqarah Ayat 61 : Memaknai Ujian dan Kenikmatan dari Sudut Ruhaniah
02 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   287
Q.S. Al-Baqarah Ayat 60 : Bangsa Israel dan Bencana Kemanusiaan
18 September 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   302
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10391
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3200
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120