Avatar

Vijianfaiz,PhD

Penulis Kolom

250 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Q.S. Al-Baqarah Ayat 62 : Jalan Menghilangkan Rasa Sedih Akut



Sabtu , 04 Oktober 2025



Telah dibaca :  355

Kisah panjang dan terpanjang tentang sejarah peradaban manusia yang terekam dalam Al-Qur’an yaitu kisah perjalanan hidup Kaum Yahudi. Sejarah tersebut seolah-olah mewakili beragam sifat manusia yang mempunyai beragam keinginan, cita-cita dan segala langkah-langkah politik untuk mendapatkan kekuasaan dan kejayaan dunia. Kaum Yahudi yang tidak pernah melewati stratifikasi zaman sebagaimana bangsa lain melalui beragam tahap perkembangan peradaban -seperti zaman batu dan logam-telah meletakan dinamika kehidupan sosial seperti yang kita lihat saat sekarang ini. Jika hari ini kita melihat konflik kepentingan politik di internal yang sering kita lihat dalam perjalanan bangsa Indonesia seperti: perkelahian dan perpecahan partai politik, demonstrasi terhadap penguasa dan konspirasi politik, maka ini juga terjadi pada Kaum Yahudi. Ketika terjadi pemutusan hubungan kekeluargaan karena persoalan kekuasaan dan kekayaan, maka juga terjadi di tubuh Kaum Yahudi. Pendek kata, apa yang terjadi pada Kaum Yahudi dalam dinamika kehidupan sosial dari dulu hingga saat sekarang ini tidak berbeda jauh dengan umat-umat bangsa lainnya, termasuk bangsa Indonesia.

Seluruh pola kehidupan sosial yang tercipta saat sekarang ini selalu menimbulkan potensi-potensi ketidaksempurnaan dan selalu muncul kekurangan-kekurangan. Bahkan ketika muncul penemuan-penemuan yang dianggap sempurna dalam kehidupan, disisi lain justru membuka kekurangan tersebut. Itu sebabnya ketika kita memerlukan sesuatu dan terpenuhi keinginan tersebut maka akan terbuka kekurangan lain akibat adanya keinginan yang sebelumnya telah terpenuhi.

Dulu ketika era internet belum ada dan hidup masih terlihat sederhana. Malam hari hanya dengan penerang berupa Sentir atau Dian dengan bantuan bahan bakar minyak. Orang tua ingin mengirim duit kepada anak nya yang sedang kuliah di kota atau nyatri di pesantren nun-jauh disana, harus menggunakan istilah “wesel” melalui Kantor Pos. Kita menitipkan duit kepada petugas pos dan mereka yang akan mengantar nya ke tempat tujuan. Proses ini kadang membutuhkan waktu dari 4-7 hari baru sampai tujuan.

Pola hidup yang demikian katanya kurang efektif. Masyarakat ini hidup lebh canggih lagi. Ketika terjadi reformasi dan kemudian tumbuh subur penemuan-penemuan teknologi hingga pada era saat sekarang ini disebut dengan era internet atau digital. Pola semakin canggih. Mengajar tidak lagi pakai papan tulis hitam dan kapur putih, kini berubah papan tulis putih dengan spidol warna hitam atau biru. tidak cukup itu, mulai menggunakan infocus. Lalu setelah ada infocus, ada masalah baru yaitu keamanan. Lokal-lokal perkuliahan tidak cukup dikasih infocus atau alat teknologi lain, tapi juga butuh teralis besi di pasang di jendela-jendela dan pintu. Butuh juga bantuan pengaman dengan memasang CCTV.Tujuannya agar aman dari pencurian dan sejenisnya. Semakin mengejar kesempurnaan, semakin terbuka kebutuhan-kebutuhan lainnya.

Di era teknologi setiap bangsa berlomba-lomba menjadi bangsa yang unggul. Negara-negara yang sering disebut negara maju terus melakukan inovasi baik dalam ilmu pengetahuan, teknologi internet termasuk juga teknologi senjata perang. Mereka menciptakan senjata canggih tersebut sebenarnya agar bangsa nya tidak diganggu oleh bangsa atau negara lain. Kini justru masing-masing negara modern semakin stress. Saat teknologi sudah menjadi milik semua manusia, maka semua negara bisa membuat teknologi perang yang super canggih dan sangat membahayakan kehidupan umat. Kini setiap bangsa modern stress akibat karya nya sendiri. negara-negara yang belum modern pun ikut stress melihat kebijakan-kebijakan yang merugikan negara-negara berkembang baik dalam segala aspek kehidupan. kekacauan politik dan anjloknya  ekonomi dunia saat ini karena kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh negara-negara modern. Mereka ingin mendapatkan suatu kejayaan dan kebahagiaan, tetapi justru hidup mereka terancam dalam tataran kehidupan dunia global.

Allah telah menegaskan tentang konsep kehidupan dalam rangka mencapai suatu kebahagiaan sejati. Ini untuk berlaku secara umum dan seluruh bangsa di muka bumi. Ini berlaku juga dalam kontek kehidupan berbangsa dan bernegara maupun dalam kontek kehidupan yang lebih kecil seperti dalam kehidupan keluarga. Berikut ini firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 62 sebagai berikut:

اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَالَّذِيْنَ هَادُوْا وَالنَّصٰرٰى وَالصَّابِــِٕيْنَ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ ۝٦٢

Artinya:

Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Sabiin, siapa saja (di antara mereka) yang beriman kepada Allah dan hari Akhir serta melakukan kebajikan (pasti) mendapat pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut yang menimpa mereka dan mereka pun tidak bersedih hati.

Tafsir Al-Qurthubi menjelaskan tentang Kaum Yahudi dinisbatkan kepada pengikut Yahudza anak tertua dari Nabi Ya’kub as dan Nasrani-nama kampung Nabi Isa, nashraniyyun-serta kelompok shabi’in-orang yang keluar dari agama masuk ke agama lain-dan siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta beramal kebaikan. Orang-orang tersebut mendapatkan pahala dari Tuhan nya dan tidak ada rasa takut dan sedih hati (Qurthubi, 2015). Tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa Allah selalu membuka pintu taubat bagi orang-orang darimana pun golongannya untuk beriman dan beramal sholeh kepada-Nya. Pada tafsir ini Prof Qurays Shihab menolak pendapat yang mengatakan semua agama  sama selama beriman kepada Allah dan hari akhir yang akan memperoleh keselamatan. Padahal akidah dari setiap agama tersebut di atas berbeda-beda. Itu sebab nya menganggap semua agama sama merupakan bentuk kesalahan (Shihab, 2002). Ini berarti makna beriman kepada Allah dan hari akhir lebih tepatnya mereka mengikuti agama Nabi Muhammad SAW.

Orang yang beriman kepada Allah menjadi pembuka diterima seluruh amal kebaikan. Ketika seseorang melakukan kebaikan dengan dasar iman sebenarnya ia telah melakukan seluuh aktifitasnya sebagai wujud ibadah. Perwujudan ibadah ini terletak dari kesadaran orang tersebut -mu’min-yang mendesain seluruh aktivitas dengan rambu-rambu iman. Ada garis pemisah yang jelas dalam hidup antara hak dan batil seperti jelas nya warna hitam dan putih. Jika garis hitam merupakan batas larangan-larangan tuhan, maka seorang mu’min melakukan segala aktivitas amal sholeh selalu pada wilayah-wilayah yang berwana putih. Ini yang menyebabkan orang beriman sangat percaya diri dengan keputusan tersebut dan mempunyai keyakinan total bahwa apa yang ia lakukan merupakan keputusan tepat dalam mencari ridha Allah SWT. Keputusan-keputusan ini yang kemudian ia hidup menjadi tenang dan bahagia. Sebab ia sudah tahu arah kehidupan di masa mendatang. Arah kehidupan bukan sebatas pada persoalan duniawiyah, tapi lebih jauh yaitu kehidupan di hari akhirat.

Pada kontek kehidupan berbangsa dan bernegara teori kebahagiaan tersebut tentu masih sangat relevan dalam kehidupan sekarang ini. Apalagi di era digital yang berisi informasi yang semakin absurd,manusia semakin kehilangan pegangan hidup. Mereka mengalami kesetresan tingkat tinggi, bukan hanya masyarakat biasa juga para pengambil kebijakan mengalami hal demikian. Semakin memikirkan persoalan dunia, semakin tinggi tingkat kegelisahan dan kestresan. Era digital yang diharapkan mampu menyelesaikan berbagai aktivitas kini mulai menunjukan gejala-gejala yang membahayakan diri manusia sendiri. Seperti bocor nya rahasia negara, dan penggunaan data pribadi untuk kejahatan dunia maya seperti pencurian data seseorang digunakan untuk judi online yang kini sangat marak dan merusak perekonomian masyarakat.

Pilihan-pilihan  yang kita putuskan untuk mengisi proses kehidupan di dunia sepanjang masih memahami tentang arah kehidupan masa depan dengan tetap berpegang kepada dasar-dasar keimanan kepada Allah SWT dan hari akhir, maka masih ada harapan besar bahwa segala aktivitas kita menjadi bagian dari amal sholeh yang diterima di sisi Allah SWT. Bisa jadi perjalanan hidup sangat berat dan menyakitkan bahkan bisa jadi penuh dengan penderitaan. Dan hal yang seperti ini juga dialami oleh orang-orang sholeh pada masa lalu. Hanya wujudnya saja yang berbeda-beda. Namun kita tetap bisa tersenyum dan optimis penuh kebahagiaan. Sebab di dalam penderitaan hidup yang kita lakukan tetap ditulis oleh Allah sebagai ladang amal sholeh yang akan panen kebahagiaan saat berjumpa dengan-Nya di akherat nanti.

Dari sini sebenarnya gambaran kebahagiaan orang beriman. Ia tidak takut dan tidak sedih. Bagaimana bisa sedih. Semua kehidupan akan berakhir di hari kiamat. Orang beriman yang dipikirkan adalah sesuatu yang sangat penting yaitu memikirkan kedekatannya dengan Allah SWT. Selain-Nya itu hanya tambahan. Sebab semua dunia dalam kendali Allah. Maka berfikir dan merealisasikan dalam rasa batiniah kedekatan cinta kepada Allah SWT merupakan puncak kebahagiaan manusia. 



Penulis : Vijianfaiz,PhD


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


   Berita Terkait

Q.S. Al-Baqarah Ayat 66 : Pesan Terbuka Bani Israel Bagi Umat Islam
11 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   96

Q.S. Al-Baqarah Ayat 65 : Ketika Allah Mengutuk Bani Israel Menjadi Monyet
17 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   295

Q.S. Al-Baqarah Ayat 63 : Akibat Inovasi Meninggalkan Kitab Suci
07 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   272

Q.S. Al-Baqarah Ayat 60 : Bangsa Israel dan Bencana Kemanusiaan
18 September 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   302

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10391


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3200


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120