Avatar

Vijianfaiz,PhD

Penulis Kolom

250 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Renungan 10 Hari Terakhir di Bulan Ramadhan



Senin , 24 Maret 2025



Telah dibaca :  876

Sahabat-sahabat ku yang sudah tercatat sebagai maqam kyai, ustadz dan sahabat-sahabat yang tidak mau disebut ustadz[tapi ibadahnya melebihi level ustadz] sudah mempunyai program menghidupkan sepuluh terakhir di bulan ramadhan tahun ini. Mereka tentu bersandar kepada hadist Nabi Muhammad SAW sebagai berikut:

ماعلمته صلى الله عليه وسلم قام ليلة حتى الصباح

Artinya:

Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadhan hingga menjelang subuh

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله  
Artinya:

Rasulullah saw ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya.

Saya ingin seperti teman-teman ku, duduk di masjid, i’tikaf dan meditasi, merenungkan diri tentang seberapa besar kemanfaatan puasa di bulan ramadhan saat ini. Tapi, kelihatannya saya gagal. Di sepuluh hari terakhir saya lebih suka emosi. Semakin mendekati habis bulan ramadhan, semakin terlihat kebutuhan hidup; baju istri, anak-anak, kueh, rumah belum dibersihkan, rumput sudah panjang, dan masih banyak kebutuhan hidup yang tiba-tiba “nylonong” dan membuyarkan meditasi ku dalam rangka mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Lebih emosi lagi, laptop eror. Program words tidak bisa untuk mengetik. Sudah dicoba berkali-kali tidak juga bisa. Mungkin “kesambet”. Ia benar-benar membuat daftar panjang kemarahan ku di sepuluh terakhir bulan ramadhan.

Idealnya, puasa memang mempunyai grafik menanjak. Itu grafik istiqomah. Teori sederhana begini: “Barangsiapa yang amalan hari ini sama dengan hari kemaren itu rugi. Jika lebih jelek, itu celaka”. Jika anda waktu puasa pertama, sahur langsung tidur. Maka seharunya malam-malam selanjutnya harus ada program menyisihkan waktu sedikit-demi sedikit untuk bertafakur sekaligus berdzikir kepada-Nya. Begitu juga waktu berbuka puasa. Jika hari pertama berbuka puasa tanpa adanya kendali. Apa-apa di makan. Semua diminum. Maka idealnya, hari-hari berikutnya mulai membuat program “membaca al-qur’an, angen-angen sa’ maknane”.

Bagaimana baca Al-Qur’an waktu sedangkan berbuka puasa?. Itu filosofis hidup. Makanan dan minuman adalah ayat-ayat Al-Qur’an. Di dalamnya ada perintah nabi kalau makan dan minum harus yang toyibah. Kita disuruh untuk berfikir tentang makanan tersebut tidak sebatas statusnya halal, tetapi apakah toyibah bagi kesehatan kita. Jangan-jangan ketika anda berbuka puasa malah menambah tensi darah naik, kolesterol bertambah akut, detak jantung bertambah kencang dan lain-lain. Jadi, puasa mengajarkan diri untuk bisa “menahan” nafsu kita untuk tidak memakan semua makanan. Kita diajarkan oleh puasa untuk bisa menahan diri terhadap makanan yang baik, tapi harus dihindari makanan dan minuman tertentu untuk menjaga kesehatan diri.

Puasa yang ditandai dengan sahur dan berbuka puasa sebenarnya mengajarkan kepada umat Islam untuk bisa menahan nafsu diri terhadap makan dan minum yang kelewat batas. Kita mungkin melihat secara kasat mata persoalan buka puasa dan sahur merupakan persoalan remeh-temeh. Tapi justru sumber bencana diri, keluarga, masyarakat, bahkan bangsa dan negara karena persoalan makanan. Anda krusak-krusuk kerja banting tulang malam dibuat pagi, pagi dibuat malam, membawa map lamaran kerja, pergi ke luar negeri kerja, daftar menjadi anggota legislatif, eksekutif, kampanye “entah apa-apa yang disampaikan, yang penting ngomong, penampilan seperti dewa penyelamat, gagah, sopan, santun, murah senyum dan berwibawa. Semua dilakukan jika di sederhanakan sebenarnya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Maka sehebat apapun suatu program, hanya bisa dianggap bisa berhasil jika masyarakat nya bisa mengisi perutnya dengan makanan yang halal dan tayibah. Rumah bagus, kendaraan bagus tapi beras tidak ada, pastinya “klenger”, pusing dan stres.

Dari sini kita memahami, bahwa pesan sepuluh terakhir dari Rasulullah agar kita mengencangkan ikat pinggang dan menghidupkan malam-malam ramadhan selain karena persoalan ritual, juga persoalan kehidupan sosial. Pada malam sepuluh terakhir kita harus bisa mengambil suatu kesimpulan pelajaran puasa ini. Mau dibawa kemana tarbiyah puasa. Apakah setelah selesai puasa, selesai juga baca al-qur’an, sedekah, bangun malam, dan selesai juga empati kita kepada sesama manusia? Atau sebaliknya, setelah bulan ramadahan berakhir kita semakin menjadi manusia paripurna; baik ibadahnya, berkualitas amal sholeh kita di tengah-tengah masyarakat.

Puasa memang harus bisa menyadarkan diri tentang persoalan ibadah dan persoalan kehidupan sosial yang semakin komplek. Puasa harus bisa menyatukan dua dimensi antara persoalan dunia dan akherat pada satu tarikat nafas dalam definisi lail al-qadr. Puasa harus benar-benar melahirkan manusia baru, yaitu manusia “tahan banting”, yang bisa manunggaling dhohir dan batin untuk siap-siap berkarya, mengukir prestasi agar kita mempunyai kehidupan semakin baik di masa mendatang dan semakin baik juga dalam hal beribadah kepada Allah SWT. 



Penulis : Vijianfaiz,PhD


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


Avatar

Imam Hakim

Eling eling siro menungso... Laptop jugawayahe puasa Yai...wayahe disampingkan sejenak, perhatian seakan akan fokus kepada yg mesti...wayahe mendefrag jg laptop niku menawi....Ampunnn

Admin

hehehehe, benar juga ya?

Avatar

   Berita Terkait

Ilmu Tawakal Hatim Al-Ashom; Rizqi Yang Tidak Tertukar
13 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   928

Doaku, Doamu, dan Doa Harimau
12 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   568

Doa Kebaikan Untuk Orang Lain, Sebenarnya Untuk Diri Sendiri
11 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   681

Puasa, Idul Fitri dan Perubahan Pola Makan
06 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   703

Idul Fitri dan Misi Perdamaian
05 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   831

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10395


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3201


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120