
Beberapa waktu belakangan ini bangsa Indonesia sedang
mendapatkan ujian nasional, mulai dari kebakaran kilang pertamina, kebakaran ruang
sekolah, kebakaran rumah warga,gempa bumi, hingga beredar video lempar-lemparan kursi memilih seorang
pemimpin. Semua itu adalah gambaran diri kita, sifat kita dan bisa jadi isi
ruhaniah kita. Semua adalah proses perbaikan agar pikiran, perilaku, watak, dan
ruhaniah kita semakin matang untuk melihat rencana-rencana kebaikan Tuhan. Ujian
nasional ini sebenarnya ujian untuk kita semua agar sama-sama kita lulus dengan
nilai cumlaude.
Orang tua dulu selalu mengajarkan tentang
arti penting datang nya ujian yang kadang menyesakan dada. Saat masih kecil dan
saat anak-anak orang berada -orang kaya-melintasi rumah sambil berpandangan
sinis dan kadang sambil mengejek diriku, ucapan yang sering keluar dari mulut
ibuku adalah kata “sabar”. Saat itu bagi orang tua ku sabar menjadi jargon
filsafat kehidupan yang paling baik sebagai penghibur bagi orang-orang yang
sedang mendapatkan ujian. Kata orang tua ku: “wong sing sabar luhur wekasane”,
artinya orang sabar akan senantiasa sukses di ujung kehidupannya”.
Nasehat -wejangan- orang tua ku atau
kadang mbok de ku akan pentingnya sabar dalam menghadapi ujian tentu saja bukan
rangkaian kosong tanpa makna. Sebagai keluarga yang berlatar pendidikan agama
di pesantren, tentu filsafat Jawa tersebut tidak lepas dari kolaborasi
nilai-nilai keislaman yang digali dari Al-Qur’an, Hadist dan sejarah perjalanan
hidup para nabi, para sahabat dan para mujahid pada masa lalu.
Saya -dan Insya Allah anda- tentu sangat
familiar dengan kisah Nabi Yusuf. Untuk mencapai level mashurun fi as-sama’
wa al-ardh, dan saat matahari, rembulan dan sebelas Bintang bersujud kepada
nya-ayah, ibu dan sebelas saudaranya-, yusuf harus menghadapi ujian kehidupan
yang sangat mengerikan. Ia hampir saja mati di tengah hutan akibat konspirasi
saudara-saudaranya sendiri. Ia tidak tahu makna mimpi. Tapi saudara-saudaranya
sudah mengetahui kualifikasi Yusuf kecil sudah menunjukan kesempurnaan pribadi
yang agung dan kecerdasan serta keahlian di atas rata-rata saudaranya. Hal ini
yang membuat mereka melakukan konspirasi politik untuk menyingkirkan yusuf dari
pandangan kasih sayang ayah nya.
Yusuf tidak dendam. Hatinya terlalu bersih
dari penyakit hati. Saat saudara-saudarnya datang meminta bantuan di musim
paceklik bertahun-tahun, Yusuf memberi bantuan gandum. Bukan hanya itu, ia juga
memberi bantuan uang -semacam BLT saat sekarang ini- kepada keluarga besarnya. Saat
itu juga terjadi adegan yang sangat dramatis sekali. Ayah, ibu dan
saudara-saudaranya menangis tersedu-sedu. Tangisan haru, kagum bercampur
penyesalan karena ingatan masa lalu atas segala kesalahan, kesombongan dan kejahatan
yang mereka -saudara-saudaranya- kepada Yusuf.
Ujian hidup yang menimpa Nabi Ayub. Saya tidak
tahu ia terkena penyakit apa. Seperti cacar atau-kata orang melayu- penyakit
buah kayu. Sekarang ini ada penyakit baru yaitu cacar monyet atau monkeypox. Informasi
dari mantan kadis kesehatan, cacar ini jika imun tidak kuat bisa merusak mata,
otak dan organ tubuh yang sangat vital. Mengerikan.
Jika membaca literatur Duratunnasihin, seluruh
kulit Nabi Ayub dimakan oleh virus. Konon bibirnya pun hampir habis dimakan. Bagi
Nabi Ayub, bibir sangat penting untuk menyebut keagungan Allah. Itu bagian
tubuh yang sangat vital. Ia pun berdoa agar bibir dan lidah jangan sampai
dimakan oleh virus atau bakteri agar Ia senentiasa bisa memuji keagungan Allah SWT.
Akhirnya, Nabi Ayub sembuh dari penyakit yang sudah berlangsung sekitar 7
tahun.
Banyak kisah nabi dan rasul lainnya yang
ujiannya jauh lebih berat lagi. Jika membaca sirah nabi Muhammad saw, maka kita
akan menemukan bahwa sejarah keagungan -menurut Michael hart- dan paling agung
manusia di muka bumi berangkat dari ujian kehidupan yang sangat mengharu biru.
Saya -dan mungkin anda- tentu bukan seorang
nabi, rasul, ulama, mujahid, mujtahid atau orang-orang hebat lainnya. Kita pada
sisi tertentu mungkin hanya sebatas debu yang menempel di kaca Jendela Rumah. Pada
moment tertentu kehadiran kita seperti tidak ada dan ketidakhadiran kita tidak
ada orang yang tanya. Ini moment yang dalam hati kecil kita mungkin sangat
menyakitkan sekali.
Meskipun demikian, kita adalah manusia yang
tercipta terbaik. Bahkan Tuhan menciptakan kita bukan sebatas “nongol”
semata dalam aktivitas sosial yang maha luas. Tuhan menginginkan kita sebagai
khalifah, yaitu orang yang berkonstribusi untuk kemaslahatan umat. Kedudukan yang
mulia untuk mencapai status ke-khalifah-an, kita akan dihadapkan pada
ujian-ujian kehidupan yang tidak sederhana. Bahkan terkadang perjuangan hidup
kita belum sampai terwujud malah meninggal duluan. Ini bukan sebuah kegagalan,
sebab banyak sekali tangan-tangan anak bangsa yang akan mewujudkan cita-cita
tersebut. dan nama kita akan senantiasa disebut sebagai orang yang memberi
spirit keagungan peradaban. Itulah nama terbaik yang bisa kita ciptakan.
Tentu saja kita sangat sedih melihat
penderitaan orang lain, kelaparan, kematian bangsa lain akibat genosida, rumah
kebakaran, dan sekolah-sekolah kebakaran hingga mereka tidak bisa belajar di
ruang kelas yang lebih representatif. Kita sedih melihat semua ujian dan
penderitaan. Namun begitulah cara Tuhan membangun jiwa-jiwa khalifah sejati. Jiwa-jiwa
yang bisa menampung dan sekaligus menanggung penderitaan dengan penuh
kedewasaan dan ketawakalan kepada Allah SWT. Namun ingatlah, dibalik dari
ujjian kehidupan berupa penderitaan dan kekurangan harta serta lainnya, akan
muncul jiwa-jiwa yang tangguh yang bisa jadi di masa mendatang akan menjadi
manusia-manusia penerang cahaya peradaban dalam beragam aspek kehidupan.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Lomba Debat
06 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   121
Little is Beautiful:Catatan Expo HMPS KPI
05 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   191
Melihat Kejadian dengan Kacamata Iman
04 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   176
Cahaya Ketenangan Batin
04 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   104
Expo Kemandirian Pesantren: Tantangan Bukan Rintangan
30 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   258
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10393
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3201
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120