Avatar

Vijianfaiz,PhD

Penulis Kolom

250 ARTIKEL TELAH DITERBITKAN

" "

Ujian Nasional


 DIARY

Kamis , 02 Oktober 2025



Telah dibaca :  273

Beberapa waktu belakangan ini bangsa Indonesia sedang mendapatkan ujian nasional, mulai dari kebakaran kilang pertamina, kebakaran ruang sekolah, kebakaran rumah warga,gempa bumi, hingga beredar video  lempar-lemparan kursi memilih seorang pemimpin. Semua itu adalah gambaran diri kita, sifat kita dan bisa jadi isi ruhaniah kita. Semua adalah proses perbaikan agar pikiran, perilaku, watak, dan ruhaniah kita semakin matang untuk melihat rencana-rencana kebaikan Tuhan. Ujian nasional ini sebenarnya ujian untuk kita semua agar sama-sama kita lulus dengan nilai cumlaude.

Orang tua dulu selalu mengajarkan tentang arti penting datang nya ujian yang kadang menyesakan dada. Saat masih kecil dan saat anak-anak orang berada -orang kaya-melintasi rumah sambil berpandangan sinis dan kadang sambil mengejek diriku, ucapan yang sering keluar dari mulut ibuku adalah kata “sabar”. Saat itu bagi orang tua ku sabar menjadi jargon filsafat kehidupan yang paling baik sebagai penghibur bagi orang-orang yang sedang mendapatkan ujian. Kata orang tua ku: “wong sing sabar luhur wekasane”, artinya orang sabar akan senantiasa sukses di ujung kehidupannya”.

Nasehat -wejangan- orang tua ku atau kadang mbok de ku akan pentingnya sabar dalam menghadapi ujian tentu saja bukan rangkaian kosong tanpa makna. Sebagai keluarga yang berlatar pendidikan agama di pesantren, tentu filsafat Jawa tersebut tidak lepas dari kolaborasi nilai-nilai keislaman yang digali dari Al-Qur’an, Hadist dan sejarah perjalanan hidup para nabi, para sahabat dan para mujahid pada masa lalu.

Saya -dan Insya Allah anda- tentu sangat familiar dengan kisah Nabi Yusuf. Untuk mencapai level mashurun fi as-sama’ wa al-ardh, dan saat matahari, rembulan dan sebelas Bintang bersujud kepada nya-ayah, ibu dan sebelas saudaranya-, yusuf harus menghadapi ujian kehidupan yang sangat mengerikan. Ia hampir saja mati di tengah hutan akibat konspirasi saudara-saudaranya sendiri. Ia tidak tahu makna mimpi. Tapi saudara-saudaranya sudah mengetahui kualifikasi Yusuf kecil sudah menunjukan kesempurnaan pribadi yang agung dan kecerdasan serta keahlian di atas rata-rata saudaranya. Hal ini yang membuat mereka melakukan konspirasi politik untuk menyingkirkan yusuf dari pandangan kasih sayang ayah nya.

Yusuf tidak dendam. Hatinya terlalu bersih dari penyakit hati. Saat saudara-saudarnya datang meminta bantuan di musim paceklik bertahun-tahun, Yusuf memberi bantuan gandum. Bukan hanya itu, ia juga memberi bantuan uang -semacam BLT saat sekarang ini- kepada keluarga besarnya. Saat itu juga terjadi adegan yang sangat dramatis sekali. Ayah, ibu dan saudara-saudaranya menangis tersedu-sedu. Tangisan haru, kagum bercampur penyesalan karena ingatan masa lalu atas segala kesalahan, kesombongan dan kejahatan yang mereka -saudara-saudaranya- kepada Yusuf.

Ujian hidup yang menimpa Nabi Ayub. Saya tidak tahu ia terkena penyakit apa. Seperti cacar atau-kata orang melayu- penyakit buah kayu. Sekarang ini ada penyakit baru yaitu cacar monyet atau monkeypox. Informasi dari mantan kadis kesehatan, cacar ini jika imun tidak kuat bisa merusak mata, otak dan organ tubuh yang sangat vital. Mengerikan.

Jika membaca literatur Duratunnasihin, seluruh kulit Nabi Ayub dimakan oleh virus. Konon bibirnya pun hampir habis dimakan. Bagi Nabi Ayub, bibir sangat penting untuk menyebut keagungan Allah. Itu bagian tubuh yang sangat vital. Ia pun berdoa agar bibir dan lidah jangan sampai dimakan oleh virus atau bakteri agar Ia senentiasa bisa memuji keagungan Allah SWT. Akhirnya, Nabi Ayub sembuh dari penyakit yang sudah berlangsung sekitar 7 tahun.

Banyak kisah nabi dan rasul lainnya yang ujiannya jauh lebih berat lagi. Jika membaca sirah nabi Muhammad saw, maka kita akan menemukan bahwa sejarah keagungan -menurut Michael hart- dan paling agung manusia di muka bumi berangkat dari ujian kehidupan yang sangat mengharu biru.

Saya -dan mungkin anda- tentu bukan seorang nabi, rasul, ulama, mujahid, mujtahid atau orang-orang hebat lainnya. Kita pada sisi tertentu mungkin hanya sebatas debu yang menempel di kaca Jendela Rumah. Pada moment tertentu kehadiran kita seperti tidak ada dan ketidakhadiran kita tidak ada orang yang tanya. Ini moment yang dalam hati kecil kita mungkin sangat menyakitkan sekali.

Meskipun demikian, kita adalah manusia yang tercipta terbaik. Bahkan Tuhan menciptakan kita bukan sebatas “nongol” semata dalam aktivitas sosial yang maha luas. Tuhan menginginkan kita sebagai khalifah, yaitu orang yang berkonstribusi untuk kemaslahatan umat. Kedudukan yang mulia untuk mencapai status ke-khalifah-an, kita akan dihadapkan pada ujian-ujian kehidupan yang tidak sederhana. Bahkan terkadang perjuangan hidup kita belum sampai terwujud malah meninggal duluan. Ini bukan sebuah kegagalan, sebab banyak sekali tangan-tangan anak bangsa yang akan mewujudkan cita-cita tersebut. dan nama kita akan senantiasa disebut sebagai orang yang memberi spirit keagungan peradaban. Itulah nama terbaik yang bisa kita ciptakan.

Tentu saja kita sangat sedih melihat penderitaan orang lain, kelaparan, kematian bangsa lain akibat genosida, rumah kebakaran, dan sekolah-sekolah kebakaran hingga mereka tidak bisa belajar di ruang kelas yang lebih representatif. Kita sedih melihat semua ujian dan penderitaan. Namun begitulah cara Tuhan membangun jiwa-jiwa khalifah sejati. Jiwa-jiwa yang bisa menampung dan sekaligus menanggung penderitaan dengan penuh kedewasaan dan ketawakalan kepada Allah SWT. Namun ingatlah, dibalik dari ujjian kehidupan berupa penderitaan dan kekurangan harta serta lainnya, akan muncul jiwa-jiwa yang tangguh yang bisa jadi di masa mendatang akan menjadi manusia-manusia penerang cahaya peradaban dalam beragam aspek kehidupan.



Penulis : Vijianfaiz,PhD


Bagikan Ke :

Tulis Komentar


   Berita Terkait

Lomba Debat
06 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   121

Little is Beautiful:Catatan Expo HMPS KPI
05 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   191

Melihat Kejadian dengan Kacamata Iman
04 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   176

Cahaya Ketenangan Batin
04 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   104

Expo Kemandirian Pesantren: Tantangan Bukan Rintangan
30 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   258

   Berita Popular

Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10393


Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3201


Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287


Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120