Hari ini lomba Karya Tulis Ilmiah Qur'an
(KTIQ) tingkat Kabupaten Bengkalis. Saya ikut menemani para Dewan hakim: Prof
Samsul Nizar, Buya Amrizal, Dr. Rozali Akbar, Dr. Syahbudin, Dr. Almaarif, Musa
Ismail,M.Pd,Dr. Khodijah,dan Dr. Asubli,serta Mas Tamami,ST. Pelaksanaannya di
SDN 10 Pinggir.
Peserta KTIQ sebanyak 20 orang; 10 peserta
putra,10 peserta putri. Mereka menjadi utusan setiap Kecamatan untuk ikut
berlomba menulis karya Ilmiah.
Saya duduk di kursi depan. Terlihat mereka sibuk mengetik, membuka buku, artikel dan sumber-sumber bacaan lainnya. Bagi Peserta yang berlatar belakang mahasiswa sudah terbiasa membuat karya ilmiah. Sedang peserta yang masih sekolah tingkat SLTA, perlombaan ini menjadi sangat Istimewa sekali. Pengalaman yang sangat berharga dan menjadi kenangan yang sangat sulit dilupakan.
Pemandangan ini tentu berbeda pada masa
dulu. Belum ada Laptop. Masih memakai Mesin Ketik. Suaranya terasa khas sekali
ketika tombol-tombol huruf diketuk dengan jari-jari tangan. Seperti nyanyian
malam yang melahirkan inspirasi-inspirasi untuk terus menulis.
Kenapa MTQ ada cabang perlombaan KTIQ?
Filosofisnya sederhana: membangun mata rantai ilmu pengetahuan. Alloh
berfirman; "Sesungguhnya kami menurunkan Al-Quran dan kami juga yang akan
menjaga keberadaannya."
Penulis Artikel ini teringat perdebatan
terjadi antara sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khatab,tentang persoalan
keberadaan Al-Quran. Umar memberi usul agar Al-Qur'an dikumpulkan menjadi satu
mushaf. Tujuannya agar firman Alloh tidak hilang dari muka bumi. Sebab dia melihat peristiwa peperangan pada
masa nya telah ikut berperan memperkecil
jumlah para hafidz. Sehingga kekhawatiran Al-Qur'an semakin hilang ketika para
hafidz ikut ke Medan pertempuran.
Usul brilian Umar bin Khatab dianggap
terlalu liberal dan dianggap bertentangan dengan Nash Al-Qur'an dan Hadist. Abu
Bakar menolak. Menurut nya, jika dia mendapat tugas mengangkat Gunung Uhud
lebih masuk akal bisa laksanakan daripada menjadikan Al-Qur'an yang secara
tekstual tidak ada dasar dalam kedua sumber hukum Islam.
Namun perdebatan intelektual terus
berlanjut. Kedua melakukan argumentasi dalam beragam prespektif. Akhirnya,
analisis logis Umar bisa diterima oleh Abu Bakar. Walaupun secara tekstual ide Umar tidak ada
dalam kedua sumber hukum Islam,secara subtansional justru akan ditemukan beragam
ayat dan hadist tentang penting nya membubukan Al-Qur'an dalam satu mushaf.
Jika saat permulaan generasi Islam sudah
sangat terasa urgensi sebuah mushaf (buku atau kitab),maka kondisi saat
sekarang ini tradisi tulis-menulis jauh lebih sangat dibutuhkan. Apalagi
perkembangan zaman,saint dan teknologi yang melahirkan beragam problematika
yang sangat komplek. Agama sebagai problem solving sangat diharapkan peran untuk menyelesaikan
nya dengan cara baik,benar dan sesuai firman-firman-Nya. Dari sini perlu ada
tulisan-tulisan yang mampu menafsiri ayat -ayat Al-Qur'an yang bisa memberikan
solusi dengan pendekatan qurani
Tradisi seperti ini harus terus-menerus
dilakukan. Persaingan informasi melalui karya ilmiah dengan kajian Al-Quran
terus melahirkan karya-karya yang tidak terhitung jumlahnya. Bahkan non-muslim
sudah sangat banyak menjadi pakar agama Islam.
Mereka mampu menjelaskan Al-Qur'an dalam segala aspek kehidupan. Bahkan
tidak sedikit karya mereka menjadi rujukan dalam memahami ajaran Islam.
Tulisan-tulisan mereka yang enak dibaca dan dilengkapi dengan referensi yang
lengkap telah menjadi pilihan pilihan generasi Islam untuk mengambil
tulisan-tulisan mereka sebagai sumber rujukan baik dalam wujud karya ilmiah
atau dalam praktek-praktek kehidupan sehari-hari.
Bagaimana dengan umat Islam.Terutama para
generasi Islam. Apakah mereka sudah mempunyai kualitas seperti bangsa barat
dalam memperdalam kajian-kajian Al-Qur'an? Pertanyaan-pertanyaan ini
membutuhkan jawaban melalui data yang akurat. Hanya saja, dalam dunia
tulis-menulis secara umum, generasi Islam masih jauh tertinggal dari generasi
non-muslim.
Ukuran-ukuran sederhana saat membuka tulisan-tulisan artikel ilmiah. Jika di "klik" jurnal Internasional, maka generasi Islam belum begitu banyak mewarnai di wilayah tersebut.
Dari sini penulis bisa mengambil pelajaran
bahwa dunia tulis-menulis menjadi sebuah keharusan yang sangat penting. Melalui
tulisan yang baik, akan mampu menjelaskan keindahan Al-Quran dan segala
rahasia-Nya. Untuk mencapai tersebut, latihan secara terus-menerus menjadi
kunci yang harus dilakukan. Tentu saja, banyak faktor lain yang membantu hasil
lebih maksimal lagi.
Semoga tradisi menulis para peserta KTIQ
bukan sebatas musiman. Semoga ini menumbuhkan kesadaran mereka untuk mencintai
Al-Quran melalui karya ilmiah. Dari sini tumbuh semangat orientasinya untuk
ibadah,dan bukan sebatas untuk mendapat hadiah.
Penulis : Imam Ghozali
Ilmu Tawakal Hatim Al-Ashom; Rizqi Yang Tidak Tertukar
13 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   856
Doaku, Doamu, dan Doa Harimau
12 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   530
Doa Kebaikan Untuk Orang Lain, Sebenarnya Untuk Diri Sendiri
11 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   613
Puasa, Idul Fitri dan Perubahan Pola Makan
06 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   636
Idul Fitri dan Misi Perdamaian
05 April 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   752
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      7848
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      2740
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2202
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2081
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2006