
Salah satu unsur yang menunjang kehidupan
manusia yaitu Api. Ketika belum ada dunia modern seperti sekarang ini,
orang-orang dulu membuat api dengan cara tradisional yaitu menggesekan dua
batu, atau menggesakan kayu dengan kayu. Percikan-percikan api ini kemudian
membakar daun-daunan kering yang sudah disediakan.
Pada masa dulu api sangat berguna. Selain
untuk memasak juga untuk menghangatkan badan. Orang-orang dulu tinggal di
gua-gua atau di bawah pohon-pohon besar. Saat malam atau saat hujan datang,
kehadiran Api Unggun menjadi sangat penting sekali untuk mengusir rasa dingin
yang menusuk sampai ke tulang-tulang.
Pada masa sekarang, Api juga masih sangat
penting. Pada era modern sangat mudah untuk mendapatkan Api. Sudah banyak
sumber-sumber Api berkah kemajuan akal dan kecerdasan manusia yang terus
berkembang. Nyaris, kegelapan sudah tidak ada lagi. Era modern, malam laksana
siang. Terang sekali. Pola hidup pun mulai berubah. Ada yang bekerja malam,
siang tidur. Kerja siang, malam tidur. Itulah kehidupan modern saat sekarang
ini.
Dulu kegelapan tidak mengagetkan sekali. Sudah
terbiasa dengan kegelapan. Sekarang kegelapan seperti menjadi musuh manusia
yang sangat menjengkelkan.
Orang kafir atau orang munafik pada masa
nabi digambarkan seperti api yang padam. Mereka bingung, marah, emosi. Tapi
tidak mempunyai jalan keluar untuk menyelesaikan persoalan tersebut. Mereka
hidup dalam kegelapan. Q.S. Al-Baqarah menjelaskan sebagai berikut:
مَثَلُهُمْ كَمَثَلِ الَّذِى اسْتَوْقَدَ نَارًاۚ فَلَمَّآ اَضَاۤءَتْ مَا
حَوْلَهٗ ذَهَبَ اللّٰهُ بِنُوْرِهِمْ وَتَرَكَهُمْ فِيْ ظُلُمٰتٍ لَّا
يُبْصِرُوْنَ ١٧
صُمٌّ ۢ بُكْمٌ عُمْيٌ فَهُمْ لَا يَرْجِعُوْنَۙ ١٨
Artinya:
Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api. Setelah (api itu)
menerangi sekelilingnya, Allah melenyapkan cahaya (yang menyinari) mereka dan
membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.
(Mereka) tuli, bisu, lagi buta, sehingga mereka tidak dapat kembali.
Al-Qurtubi menjelaskan bahwa ketika orang munafik bertemu dengan orang
muslim sebenarnya ia sedang mendapatkan api. Ia bisa berjalan dengan keadaan
terang dan tidak tersesat. Namun saat mereka tidak mau menerima nasihat, maka
ia seperti membuang api dalam kehidupan sehari-hari. Ia hidup dalam keadaan
gelap gulita
Perbedaan orang yang gelap hati dan orang yang mempunyai cahaya hati. Seandainya orang-orang yang benar-benar hati nya sudah qalbun salim, hati nya sudah terang karena iman kepada Allah, maka seandainya dunia ini gelap tetap terasa terang. Sebab Allah selalu hadir pada dirinya. Berbeda bagi orang yang hatinya tidak mendapatkan cahaya Ilahi. Hatinya gelap. Maka akan mendapatkan ketakukan. Sebab hati nya kosong. Hanya berisi kekhawatiran dan kecemasan akibat gelap nya malam hari.
Lihat: https://imamghozali.id/post/menetralisir-racun-kebencian-menjadi-obat
Hakikat kegelapan bukan karena malam yang gelap, tapi hati yang gelap
karena tidak mendapat petunjuk dari Allah SWT. Kini bayang-bayang kegelapan
telah terjadi di dunia yang terang benderang. Hal ini ditandai semakin banyak
orang yang frustasi akibat persaingan hidup semakin komplek dan kebutuhan hidup
semakin meningkat. Sedangkan lapangan pekerjaan semakin sempit.
Perguruan tinggi semakin hari semakin bertambah, kursus keahlian semakin menjamur. Para orang-orang hebat, pakar ilmu ekonomi terus dilahirkan untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan dan kesenjangan hidup. Tapi seiring dengan pertumbuhan pendidikan tinggi dan semakin banyak para pakar, semakin bertambah meningkat pula pengangguran.
Lihat: https://imamghozali.id/post/standarisasi-kebencian-pada-suatu-kaum
Orang-orang beriman tentu saja menyikapi hal tersebut dengan tetap
pendekatan iman, bukan sebatas kecerdasan saja. Iman yang melahirkan ketenangan
hati, pikiran yang melahirkan solusi. Pendekatan iman berarti, pertama, bahwa
segala yang menimpa kita sebenarnya berasal dari Allah SWT. Hal ini mendasarkan
pada Q.S. At-Taubah ayat 51 sebagai berikut: “Katakanlah (Muhammad) sekali-kali
(tidak ada manfaat dan madzarat) yang akan menimpa kami melainkan telah
ditetapkan Allah bagi kami”. Kedua, perlu ada pemahaman bahwa musibah atau bala
bencana sebenarnya bersifat netral
Islam jelas mengatur kehidupan mempunyai tujuan yang mulia yaitu untuk
mengabdi kepada Allah SWT. Kuliah, kursus, bekerja, jabatan, kekayaan
sebenarnya sebatas sarana. Jika anda bercita-cita menjadi anggota legislatif
atau eksekutif, tapi gagal dan malah menjadi orang biasa saja dan bekerja
serabutan dalam kontek Islam tidak ada masalah sama sekali. Dan tidak perlu
malu sekali. Kegagalan tetap terbaik bagi orang beriman. Sebab semua proses
regulasi dilaksanakan, dan belum mencapai pada cita-cita puncaknya. Tetap Islam
melihat sebagai keberhasilan dalam bentuk yang berbeda.
Anda mungkin mempunyai anak banyak. Semua sekolah di sekolah elit.
Jurusan bagus-bagus. Tapi selesai kuliah nasib nya tidak bagus. Jika anda
menyekolahkan anak-anak menitikberatkan pada tujuan, maka anda mungkin akan
menanggung malu dan menderita. Sehingga dengan enteng anda mengatakan begini: “Sudah
disekolahkan mahal-mahal, malah menjadi pengangguran”.
Dari paparan di atas, bahwa salah satu yang menyebabkan api kehidupan
kita mati dalam hati karena kita tidak sadar menganut pola hidup orang-orang
kafirin atau munafikin, yaitu hidup ingin kekal selama-lamanya di dunia. Hidup
terus bekerja dan saat ia sukses di usia tua, lalu meninggal dan hartanya yang
milyaran lepas dari tangannya.
Silahkan anda bekerja dan belajar serta mengasah keahlian untuk mencapai
kebahagiaan di dunia. Tapi ingat, saat anda mencapai puncak karir, itu bukan
tujuan. Tapi sarana. Tujuan kita semua yaitu beribadah mencari ridha Allah SWT.
Semoga pekerjaan kita bagian dari ibadah yang diridhai-Nya.
Penulis : Vijianfaiz,PhD
Q.S. Al-Baqarah Ayat 66 : Pesan Terbuka Bani Israel Bagi Umat Islam
11 November 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   97
Q.S. Al-Baqarah Ayat 65 : Ketika Allah Mengutuk Bani Israel Menjadi Monyet
17 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   296
Q.S. Al-Baqarah Ayat 63 : Akibat Inovasi Meninggalkan Kitab Suci
07 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   273
Q.S. Al-Baqarah Ayat 62 : Jalan Menghilangkan Rasa Sedih Akut
04 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   356
Q.S. Al-Baqarah Ayat 61 : Memaknai Ujian dan Kenikmatan dari Sudut Ruhaniah
02 Oktober 2025   Oleh : Vijianfaiz,PhD   287
Mengintegrasikan Iman, Islam dan Ihsan dalam Kehidupan Sehari-Hari
Minggu , 17 September 2023      10392
Pentingnya Manusia Ber-Tuhan
Minggu , 03 September 2023      3201
Puasa dan Ilmu Padi
Rabu , 03 April 2024      2287
IMPLEMENTASI HAK-HAK POLITIK KELOMPOK MINORITAS MENURUT ABDURRAHMAN WAHID
Rabu , 18 Januari 2023      2255
Sejuta Rasa di Hari Idul Fitri
Kamis , 11 April 2024      2120